Friday, November 06, 2009

Pizza dan Pramunikmat, Sampah yang 'Berkelas'


Sebuah repost

Pizza. Siapa sih yang tak suka? Saya Pizza Lover!. Meski dibilang tak menyehatkan bagi raga, tapi penikmatnya *termasuk saya* justru makin banyak. Pizza terbilang cemilan murmer *baca = murah meriah*, tapi karena dikemas mewah, junk food macam ini di Indonesia malah dipandang mewah dan mahal.

Pernah disuatu waktu saya kencan berdua dengan suami selepas pulang bekerja. Penat dan lelah tentu saja membuat kami lapar. Kami buas dan sedang ingin sekali menyantap hangatnya Pizza tersaji diatas piring kami. Pizza dengan toping daging asap, paprika, keju parut dan saus sambal, merah nan menggairahkan, dilengkapi pinggiran pizza terisi lelehan keju gurih yang menggoda. Saya nikmati honey lemon tea dan suami menikmati pesanannya, segelas besar coca cola. Penawar dahaga kami di sore itu.

Tiba waktu menyantap nikmat dan hangatnya Pizza, saya malah bingung dihadapkan pada berderet-deret sendok dan garpu yang tersaji di atas meja kami.

"Ah..sekelas pizza ternyata bisa juga bikin penikmatnya jadi ribet ya?"

Lalu terbersit pertanyaan di benak saya,

"Apa karena resto Pizza ini begitu mewah dan istimewa jadi penyajian Pizza haruslah mengikuti standar table manner?"

Tak peduli table manner, kami lapar dan butuh dipuaskan dengan sepotong pizza dihadapan kami saat itu. Dobrak saja kungkungan itu. Meski kami penikmatnya sejati, tak perlulah Pizza diperlakukan istimewa. Makan saja sepotong lalu sepotong lagi, sampai perut benar-benar menolaknya. Tak perlu piring, apalagi garpu dan pisau. Tak perlu juga jijik, saus yang menempel di sela jari-jemari itu jilati saja *asal sudah mencuci tangan loh ya*. Menjilat makanan seperti ini justru di-sunnah-kan di agama saya.

Sambil menikmati sepotong demi sepotong Pizza yang siap tandas di dalam perut, saya berimaji, mengibaratkan Pizza yang saya nikmati ini layaknya seorang pramunikmat. Meski dianggap 'sampah masyarakat' keberadaannnya mampu menembus kalangan 'high class'. Tak menyehatkan jiwa sih, tapi bisa bikin bugar raga. Ia dikemas mewah dan 'mahal'. Jika ingin mencicipinya, perlulah merogoh kocek lebih dalam.

Saat akan menikmati raganya, ada semacam standar dan perlu pakai ribet yang harus dijalani. Penikmat mesti pakai kondom, dan penikmat tak boleh ejakulasi di mulutnya.

Kata si pramunikmat "it's disgusting!".

"Apa karena kamu merasa mahal dan istimewa, lalu kamu minta saya perlakukan sama?, Saya sudah bayar kamu mahal, saya berhak atas kamu, saya lapar dan butuh dipuaskan".

Tak peduli standar-standar itu, si penikmat tubuhnya lakukan apa saja sesuka yang dia mau pada si pramunikmat. Menyantap tubuh indahnya. Menikmati setiap jengkal demi jengkal tubuhnya seperti sedang menikmati sepotong pizza. Penawar lapar dan dahaga yang menggoda.

Dan di tengah resto yang mewah itu, di suatu senja beberapa waktu lalu, saya nikmati saja sepenuhnya dua 'sampah' yang sangat 'berkelas' itu, sepotong Pizza dan imaji saya tentang si pramunikmat ;)

Penikmat Teh yang Menikmati Hidup

Sebuah repost

"Mau teh atau kopi?,"..Bukan pertanyaan sulit semacam pertanyaan "ingin hidup atau mati saja?,"..hahaha. Ya, tentunya saya akan pilih teh karena masih ingin terus bisa menikmatinya sepanjang sisa usia saya yang entah sampai kapan.

Sorry to say nih, saya bukan penikmat apalagi penggila kopi. Kecuali kopi made in Excelso yang tak bikin saya mual, hihihi. Aaah..perut saya memang suka jual mahal, gengsi dan menolak mentah minum kopi tubruk. :D

Bagi saya, Pisgorcok (pisang goreng coklat) atau suguhan Rondo Royal selalu saja asik dinikmati sepaket dengan segelas besar teh nasgitel *panas, legi, kentel*. Suguhan di sore hari sambil menikmati senja 'angslup' di balik bukit. Surga dunia benar-benar milik saya.

Penikmat teh macam saya ini selalu mengandalkan teh untuk membuat lebih rileks tubuh dan pikiran ketika dihadapkan pada setumpuk deadline. Teh menenangkan jiwa, juga menghangatkan raga. Saat aroma teh yang harum itu terhirup, ada kelegaan yang menjalar ke dalam tubuh.

Dari pinggiran gelas itu, seruput teh legi *manis* yang masih memanas, sedikit kental tak apa, justru disitulah letak nikmatnya. Makin pekat dan kentel *baca: kental* berarti teh yang di 'cong' berhasil menarik selera lidah saya mengecap nikmatnya.

Teh tak hanya mampu menyuguhkan rasa tawar atau manis saja kok, bahkan teh bersedia dimix dengan apapun untuk memanjakan lidah penikmatnya. Milk tea, ginger tea, vanilla tea, rose tea, lemon tea, bahkan teh dengan kreamer pun hmmm..nikmato! *khususnya tea kreamer made ini suami* :D

Saya mengibaratkan hidup ini seperti sedang menikmati segelas teh, kadang menikmati tawarnya dan terkadang juga mengecap manisnya. Menjadi lebih berwarna hidup ini manakala saya bersedia mencampurkan ke dalam teh saya berbagai macam rasa untuk dimix.

Ada masam yang dikecap semasam menikmati lemon tea. Ada segar, sesegar mereguk nikmatnya fruit tea. Ada hangat seperti sebuah pelukan kala menikmati ginger tea. Ada gairah, kala mengecap nikmatnya milk tea. Sebuah suguhan menggemaskan, perpaduan pas kental yang manis.

Ya, bahkan filosofi teh memberi banyak pemahaman pada saya dalam menjalani hidup. Ritual menuangkan teh pada sebuah acara perjamuan di Jepang mengajarkan saya memberikan yang terbaik bagi orang lain.

Saat menuang teh, harus dilakukan itu untuk diri sendiri dulu. Terlihat janggal, aneh dan egois sih, tapi memang seperti itulah pelayanan yang sebenarnya.

Karena dalam sebuah teko teh, kualitas cairan teh di lapisan atas tak sebaik teh yang berada di bagian bawah. Dengan menuang teh terlebih dulu, itu artinya kita memberikan teh yang terbaik untuk tamu.

Pun, ritual menuang teh ini memberi saya pelajaran betapa pentingnya untuk bersikap sabar.

Bahwa saat teh yang telah dituangkan itu tidak lantas kita boleh meminumnya seketika. Ada kesabaran yang harus kita tunjukkan, yaitu menunggu meminum teh kita setelah tamu yang lain memperoleh tehnya masing-masing.

Sebuah pelajaran yang simpel tapi sangat mengena.

Sambil mengetik postingan ini, di pojokan kubikel, ditemani segelas panas teh Vanilla, saya menghangatkan tubuh yang terserang dingin 16 derajat.

Sudahkah kau nikmati teh *hidup* mu hari ini, temans?

Merasa Seksikah Kamu?..

Sebuah repost

Tanyakan itu jauh ke dalam hatimu, saat diri berpatut di depan cermin. Tataplah lekat-lekat raga yang membungkus jiwamu. Kamu seksi dan cantik. Meski kadang kamu mengingkari itu.

Saya merasa seksi saat terlihat perut saya makin membuncit karena mengandung. Tak lagi menjadi ketakutan saya mengharap raga yang dulu langing singset itu bisa kembali ke bentuk semula. Dengan kehamilan yang saya jalani justru menjadikan saya sebagai wanita yang seksi seutuhnya *menurut saya loh ya*.

Bagaimana tidak?. Payudara yang dulu mungil itu makin hari makin membesar dan mengencang dengan sendirinya tanpa perlu saya repot melakukan operasi pembesaran payudara. Pantat yang dulu, aah..tak pernah saya banggakan malah terlihat membesar, padat dengan sendirinya.

Dan setelah anak malaikat terlahir ke dunia dan itu artinya saya telah menjalani proses 'turun mesin', sisa-sisa kehamilan itu masih terlihat. Perut berkerut, tubuh, pipi, lengan, betis pun menggemuk. Keputusan memberikan yang terbaik dengan memberikan si kecil ASI pada waktu itu malah membuat saya terbantu untuk kembali merasa seksi. Terselip rasa bangga saat suami menikmati ritual kala saya menyusui si kecil.

.."Kamu seksi.." dia bisikkan dengan halus kalimat itu di telinga saya.

Wow!..jadi tak perlulah saya bermake-up tebal menutupi kekurangan pada wajah saya atau liposuction dimana-mana untuk bisa mati-matian tampil cantik, dong. Ya, karena ternyata tampilan di luar itu pada akhirnya akan mengering, lalu mengusut dan kemudian binasa seiring jaman dimakan waktu.

Modal untuk menjadi seksi ternyata hanya cukup menyakini pada diri sendiri bahwa "saya seksi". Dengan membangun rasa nyaman terhadap diri sendiri, mensyukuri dan menikmati hidup. Itu saja.

Hohoho..ternyata menjadi seksi tak perlu butuh ribet ya?..;)

Setengah Perjalanan Penuh Sensasi..

Sebuah repost

pagi itu..adalah hari terindahku, meski hanya duduk bersebelahan denganmu di dalam bis yang membawa kita ke jurusan yang sama.

kau tidak memperhatikan aku saat itu, sibuk menatap pemandangan di luar jendela. tubuh atletis, tegap dengan bahu kekarmu itu, makin sempurna dengan kulit putihmu nan bersih. jujur, aku tak suka pria berkulit putih, tapi kulit putih yang melekat pada ragamu itu, sungguh menggodaku.

perjalanan 45 menit masih tertempuh setengahnya. kunikmati suguhan dirimu yang menggetarkan pagiku, sendirian saja, dan apakah kamu tahu aku menikmatimu?. tak tahu tak apalah, setidaknya kau sudah berpahala. mengijinkan aku berimaji tentangmu.

bersender sedikit lenganmu, menyentuh kulitku. terciptalah desir-desir hangat itu.

melirik sedikit ke arahmu, berharap kau tidak menangkap kilatan di sudut mataku. ternyata muda, segar dan sangat cuek.

'oh gosh!,..menataplah ke arahku, please!'..iblis dalam tubuhku mulai usil,

benar saja..

tubuh tegapnya membalik cepat, melihat ke arah tempat duduk di belakang. berharap itu kepura-puraanmu semata yang juga penasaran denganku. kilatan mata coklat itu tertangkap olehku, meski sekilas. dan kini, mata coklat kami saling tatap, dalam setengah perjalanan penuh sensasi itu..

begitu dekat tatapan itu, hingga dalam hitungan detik aku leluasa menikmati wajah tampanmu. rahang kuat, alis mata hitam nan lebat, garis bibir yang tegas..good kisser, pasti itu. great! karunia indah yang Tuhan berikan atasmu..

sayang, kenikmatan sensasi itu harus terhenti, aku telah sampai pada tujuanku, dan kini kutinggalkan dirimu sendirian di bangku nomor 4 dari depan.

aku tahu, kau berat melepasku kan?..sorot mata elangmu itu tersirat jelas mengirim sinyal..

ini bukan akhir, tapi sebuah awal. Tuhan maha baik, dan pasti mengijinkan kita bertemu kembali. saat itulah, aku mau tak hanya sekedar imaji belaka, berharap tawaran bagus itu, kau pun setuju..menjadi teman seperjalanan bersama denganku, selamanya.

*bis antar kota di kursi deret keempat dari depan jadi saksi atas imaji saya kali ini..dan pemuda berkulit putih itu, aahh..semoga dia juga menikmati sensasi kala lengan kita saling bersentuhan..

Menikmati 'Ketersesatan'

Sebuah repost

Barra Pattiradjawane si
chef ber-tatto nan seksi itu tak ingin mengikuti jejak sang ayah, menjadi diplomat. Dia malah asik 'tersesat' ke dalam dunia masak memasak. Dunia yang justru dia nikmati kala berhasil menemukan sensasi menakjubkan di setiap resep-resep baru yang diciptakannya.

Di suatu kesempatan mencicipi resep Barra yang terasa seksi di lidah itu, bertanyalah Barra pada saya..

Apakah kamu tersesat dan menikmati juga 'ketersesatan' mu itu, May?

Saya lantas menjawab cepat,

Yap, i'm lost! dan sama sepertimu, Barra, aku menikmatinya.

Bukannya takut tak akan kembali ke jalur utama karena tersesat, saya malah senang menyibak belantara maha luas itu, berharap mendapatkan yang indah disana, dan betul saja, memang begitu indah dan saya berharap tak ingin kembali ke jalur utama, meski itu berarti saya harus memulai lagi dari awal, separuh perjalanan yang sudah tertempuh.

Adalah saya dulu, yang terbiasa berkutat dengan coding-coding itu hingga mata jereng mendadak. Dunia yang sama sekali tak asing dengan disiplin ilmu yang 4 tahun sudah saya geluti. Jobdesk pertama, mengurus web content sebuah media online. Mulai dari merapikan web content yang acak kadut tampilannya sampai troubleshooting, dari urusan server macet, koneksi internet down, pfiiuuhh! saya kenyang melahapnya.

Lalu saya disuguhi sebuah tantangan, dihadapkan pada dunia yang jauh dari tempat saya berpijak saat itu. Berkubang dengan remaja dan segala pernak perniknya. Sebuah loncatan yang sungguh maha dahsyat. Butuh perjuangan untuk bisa menyelami kembali dunia mereka, mencoba memahami gejolak remaja, dan akhirnya menyebarkan spirit kaum muda lewat tulisan-tulisan. Jadi, dengan penuh kerelaan, saya tinggalkan segala hal berbau teknis itu, dan berkutat dengan dunia olah kata, olah rasa.

Terkikik saja mengingatnya, bagaimana tidak, jiwa seorang ibu muda tersesat dan dipaksa masuk ke dalam dunia remaja gaul. Ini menggoda, sungguh, dan saya tertantang memasukinya. Berharap sih ada yang segar dan indah disana. Dan benar saja, nyata-nyata makin jauh ke dalam, saya malah menikmati ketersesatan, berada diantara remaja, lengkap dengan tumpukan kata-kata dan kalimat-kalimat khas anak gaul. Ah, jangan-jangan saya sukses terkontaminasi menjelma jadi ibu muda gaul ya? ;)

Saya percaya saja, tangan Tuhan saat itu sedang bekerja, sibuk menunjukkan arah hidupnya untuk saya. Sengaja mungkin Tuhan menunjukkan jalur lain dari jalur utama hidup saya yang sudah saya tempuh, untuk memberitahu saya,

'ini yang terbaik untukmu, masukilah jalur tak terduga ini, kelak disana menanti rencana-rencana indah dan Aku yakinkan di balik rencana itu terselip berkah untukmu..'

Hai, Barra..tetaplah jadi chef seksi untukku ya?..karena sesungguhnya resep-resep ciptaanmu itu adalah berkah untuk semua orang, termasuk aku..si ibu muda yang gaul ini..hihihi ;)

Wanita Lebih Kuat

Sebuah repost

Saat mengetahui eyang putri jatuh sakit dan terkena stroke hingga mengalami lumpuh setengah badan, eyang kakung saya seperti kehilangan 'spirit'nya, menjadi tak berdaya. Melihat kelumpuhan eyang putri, membuat eyang kakung merasa feeling guilty, hingga membuat eyang kakung sakit dan akhirnya memilih menyerah, meninggal diusianya yang 75 tahun. Eyang putri malah lebih tegar, melanjutkan hidup dengan kelumpuhannya selama hampir 11 tahun lamanya. Tanpa pendamping, hanya anak dan cucu yang setia di samping beliau. Sampai akhirnya eyang putri berada di titik puncak kehidupannya, menyusul eyang kakung, tutup usia di usia 86 tahun.

Di sisi lain, menilik pada keluarga teman saya. Ayahnya memilih menikah lagi beberapa bulan setelah kematian sang istri tercinta. Bukan karena nafsu semata, tapi karena ayah teman saya ini merasa tak mampu tanpa pendamping di usianya yang makin renta. Meski sebenarnya ketakutan itu tak perlu karena anak-anak dan cucu pasti akan selalu mendampinginya. Dan sederhana sih alasannya, karena ternyata ayah teman saya ini tak ingin kesepian menghabiskan sisa hidupnya di ujung waktu.

Menilik cerita klasik dua keluarga ini, tertariklah kesimpulan sepihak dari saya,

bahwa wanita adalah bintang dan pelita bagi lelaki. tanpa pelita, laki-laki bermalam dalam kegelapan. dan tanpa wanita, laki-laki bagai pohon tak memiliki akar, akan mudah tumbang dan goyang..

Senyata-nyatanya wanita lebih kuat dan tegar tanpa laki-laki pendampingnya. Itulah kenapa banyak janda dibandingkan duda ya? hihihi. Saya mengambil contoh terdekat, eyang putri saya yang lumpuh dan kehilangan pendamping, justru membuat beliau tegar dan kuat menjalani sisa hidupnya yang lumpuh selama 11 tahun dengan keikhlasan.

Optimis!. Mungkin sikap positif itu pula yang ditunjukkan eyang putri saya. Meski harus bergantung pada kursi roda atau kurk, eyang putri optimis bisa menjalani masa-masa sulitnya. Dan eyang putri saya terbukti bisa melewati semuanya dengan perasaan ikhlas, 11 tahun dengan kelumpuhannya, tanpa pendamping yang seharusnya menguatkannya. Luar biasa!. Bahkan sikap optimis eyang putri memandang hidup juga mendapatkan penguatnya pada sebuah pengkajian yang dilakukan para peneliti di University of Pittsburgh.

Ah, bercermin pada cerita eyang kakung dan ayah teman saya, ternyata meski laki-laki diciptakan dengan fisik yang lebih kuat dibanding wanita, dengan badan kekar dan otot kuatnya, tak lantas membuat pria selalu terlihat kuat. Bahwa faktanya, justru wanita lebih kuat dan mampu bertahan hidup dibandingkan pria. Mau tahu kenapa?

- Wanita cenderung suka main aman. Sedang laki-laki yang mengalami gejolak 'badai testosterone', cenderung melakukan sesuatu yang berbahaya dan memicu adrenalin lebih tinggi dan pada akhirnya banyak pria yang terbunuh atau bunuh diri.

- Wanita tahan dan sensitif terhadap rasa sakit, tapi justru itu wanita mampu menangani rasa sakit itu dengan baik dan jarang mengeluh. Hebatnya, rasa sakit yang dialami tak membuat aktivitas harian mereka terganggu, mengurus rumah tangga tetap dilakoni dan bekerja juga dilakukan seperti biasa. Mama saya termasuk dalam poin ini. Saya saksinya.

- Yap..wanita (termasuk saya, yang wanita juga tentunya) peduli kesehatan. Tilik saja gaya hidup wanita cenderung teratur, dibanding pria. Lebih rajin menjaga pola makan, rajin olahraga, tak suka merokok, dan menghindari alkohol berlebihan. Itulah kenapa usia harapan hidup wanita jatuhnya lebih tinggi.

- Secara mental, wanita juga terbukti kuat dibanding pria, lebih tahan kesepian. Sedang pria boleh saja tak merasa berat musti 'jungkir balik' mencari nafkah untuk keluarga, tapi bakal 'nangis darah' saat ditinggal pasangan. Dan tak perlu menunggu lama, para pria yang 'kehilangan' ini akan mencari penggantinya *seperti ayah teman saya itu*.

Ingin menambahkan alasan lainnya?..monggo silahkeun!


*kepala mendadak pening*

Pria dan Air Mata

Sebuah repost

Sosoknya yang tegar, kuat dan begitu tangguh di hadapan saya menangis. Tak pernah saya melihatnya begitu rapuh. Ada sakit terdalam yang tak bisa ia obati hanya dengan diam atau tegar. Teramat menyesakkan, hingga bulir air matanya jatuh juga. Sepuasnya dia mencoba mengobati luka batinnya, wajah tegarnya yang lelah menahan beban menyandar ke dada saya, mata tajamnya yang selalu saya lihat penuh dengan semangat, meredup..dibasahi mata air yang membuncah keluar tak terkendali. Saya menguatkannya..'menangislah sayang, agar kamu lega'.


Pria saya bukan sedang mengiba cinta atau haus dibelai, dia sedang penat. Butuh pegangan baginya menyandarkan diri, dan sayalah tempat paling tepat untuknya bersandar. Dia bisa juga lemah, tak tangguh, dan label 'super' pada dirinya bisa juga luntur. Melihatnya menangis, membuat saya memahaminya. Bahwa dia sedang meminta..'tolonglah, pahami saya'. Bahwa tak selamanya saya bisa egois saat kami mulai mendebatkan suatu masalah, bahwa dia butuh kepercayaan kuat dari saya dan bukan malah menyudutkannya.


Pria saya sama seperti juga pria-pria lainnya di berbagai belahan dunia manapun. Makhluk bernama pria yang diciptakan memiliki sembilan logika dan satu perasaan. Itulah kenapa laki-laki selalu mengandalkan logikanya dalam menyelesaikan masalah.

Seperti rumah joglo, begitulah pria diibaratkan. Punya satu tiang soko guru dan ribuan batu bata, tapi jika satu tiang soko guru itu tercerabut, maka seluruh bangunan itu akan runtuh.
Dan saat wanita menangis?..itu sih wajar. Karena wanita selalu mengandalkan rasa. Sebuah bentuk pelampiasan emosi a la wanita. Wanita menangis belum tentu dinilai cengeng, sedang pria menangis, meski hanya menitikkan setetes air mata tetap saja dinilai 'cengeng'..terdengar tak adil, tapi begitulah realitanya. Wanita 'halal' menangis, dan pria 'haram' menangis.

Saya lalu mencoba mencari jawab atas tangis pria saya..

Saya pikir tangisan pria saya adalah buah dari emansipasi yang didengung-dengungkan sejak jaman Kartini hingga sekarang. Bahwa meski tak kasat mata, bukan hanya wanita yang ingin sejajar dengan pria. Pun, pria saya dan kebanyakan pria ingin setara dengan wanita, rela menanggalkan separuh citra dirinya yang kekar dan maskulin menjadi sedikit feminin. Lagi-lagi karena emansipasi, kini, mereka, para pria-pria itu berubah menjadi pribadi yang halus tapi tegar, pasif namun agresif, dan akrab tapi tetap menjaga jarak. Pria-pria yang berubah jadi lembut dan ekspresif.


Hebatnya, saat memaknai tangisan pria saya ini, saya malah mendapati pengakuan dari seseorang tentang pria-pria yang juga memiliki siklus layaknya wanita.
Bahwa siklus pria dimulai dari tanggal 17 sampai 23 per bulan, dimana saat-saat itu pria tengah dalam puncak kelelahan dan keletihan atau dalam istilah psikologinya, 'burn out'
Jadi, jangan pernah ganggu priamu di rentang waktu itu, nanti dia akan menangis sejadi-jadinya..;) Lalu, masih tetap mencari jawab kenapa pria-pria itu menangis..saya mencoba menyibak akal pikiran terdalamnya. Bahwa akal ternyata menjadi penentu pria-pria ini menangis. Kenapa?..karena saat air matanya berderai-derai, itu tanda, bahwa dia sesungguhnya telah lelah berpikir. Akalnya sedang tak mampu diajak kompromi, dan lalu terjadilah, logikanya kalah telak oleh rasa.

Tangisannya adalah kelegaannya bahwa saya masih ada untuknya. Bahwa, seburuk apapun hidup dan kehidupan kami, saya akan tetap berada di sampingnya, mencoba tegar untuknya. Bahwa saya tak boleh lemah, karena tolol saja jika saat pria saya butuh dikuatkan malah saya melemah. Bahwa saat pria saya sedih, hanya sayalah tempat penghiburannya. Bahwa saat dia menangis, label 'egois' dalam diri saya mendadak ikutan luruh.

dan menangislah, bila harus menangis..
satu lagi,
keluarkanlah air matamu hanya pada saat yang tepat!..
That's my advice for you, man ;)

to Give and Receive..

Sebuah repost dari situs sebelah

Libur telah berlalu, energi yang dilesatkan demi merayakan kemenangan sekarang tinggal tersisa beberapa serpih saja, tapi pasti semangatnya masih tetap ada. Rindu pada yang jauh di mata dekat di hati telah saya tuntaskan. Bersenang-senang sebentar, relaksasi, dan menikmati kumpul bocah, juga mengais kenangan setelah lama tak sua, membuat rindu saya terobati sudah.

Dan lalu saya disini, kembali mengakrabi lagi atmosfer ruangan dan pojokan itu, ternyata rindu pada pojokan itu makin menggebu. Ah, saya lebay!.Biar!. Memang begitulah adanya perasaan saya sekarang. Maklum, jatah libur dua hari di hari raya bukan sekali dua kali saya mengalaminya, sudah kebal saja kalau pada akhirnya banyak yang mencibir, 'kerja di hari libur, atas nama loyalitas atau koyalitas semata?'

Terserah saja siapapun yang akan menilai. Tak munafik, loyalitas saya terhadap profesi ini dihargai dengan sebentuk reward yang menggiurkan. Memang sudah seperti itu play rule-nya. Peluh keluh saya haruslah berbuah, meski sekecil apapun itu.

Ngantor di tengah atmosfer libur yang masih menggila, meninggalkan yang terkasih dan tersayang atas nama profesionalitas. Saya ikhlas. Dan perusahaan yang merasa punya karyawan teladan macam saya ini, haruslah tahu diri bagaimana menghargai karyawannya. Saya sudah menuntaskan kewajiban, maka saya berhak atas hak-hak itu, reward yang setimpal dengan ‘harga' yang telah saya bayarkan.

"Hari gini mana ada yang gretongan?!," *meminjam istilah gaul*. Kentut pun *mungkin* bisa jadi kena denda, karena sudah mencemari udara, melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Ah, itu hanya andai-andai saya saja loh ya. Tiliklah, sekelas penjaja seks yang menjual nikmat lewat raganya pun tak akan mau dibayar cuma-cuma hanya dengan ucapan 'terimakasih, semalam itu kamu benar-benar hebat'. Cih!. Sekedar SSI alias speak-speak iblis, short time, atu one night stand, tentu saja sudah jelas 'harga' yang mesti dibayar si penikmat tubuh mereka.

Bahkan Tuhan yang maha sempurna pun memberlakukan hal yang sama pada umat-Nya. Dia mengajarkan umat-Nya untuk belajar menghadapi ujian hidup melalui proses ikhtiar, berdoa dan lalu ikhlas dan berserah diri pada-Nya atas apa yang Dia kehendaki atas kita. Jika lulus ujian, maka Tuhan akan memberikan reward, menjawab doa-doa yang dipanjatkan untuk-Nya dengan meluluskan permintaan kita.

Inilah hukum alam, hukum Tuhan atau Sunnatullah yang sudah berlaku dari dulu, sekarang dan di masa yang akan datang. Adanya hubungan timbal balik antara diri kita dengan orang lain, juga dengan Tuhan kita yang dikenal dengan konsep 'to give and receive'. Ada keikhlasan yang terpancar di sana meski ada pula terselip ke-semu-an belaka.

Teringat lalu saya pada sebuah quote, tentang sebuah senyuman..mengena juga pada konsep to give and receive ini

"Pada perjalanan karirmu, kamu akan bertemu banyak orang. Semuanya penting!. Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan sepotong senyuman, atau sekilas "hallo"!

Bahwa saat sunggingan senyum yang ikhlas pada tatap muka dengan orang yang mungkin tidak saya kenal sekalipun, pasti akan berbalas sebuah senyuman yang menyejukkan hati. Itulah reward atas keikhlasan yang terpancar dari senyum saya. Bisa jadi dari senyum itu pula saya telah mempererat persaudaraan dengan sesama.

Back to concept!. Tak saya namai konsep hubungan timbal balik itu dengan konsep 'Take and Give', karena bagi saya konsep itu salah kaprah dan terdengar pilon. Secara konsep 'take and give' lebih diartikan mengambil dulu kemudian memberi. Seperti halnya konsep ini mengakar kuat di ranah politik, melekat dekat dengan birokrasi kita.

Tengoklah dan mungkin kalian merasakannya, birokrasi yang berbelit saat mengurus dokumen di sebuah departemen atau instansi pemerintah. Saya pastikan tak akan semudah yang dibayangkan, karena pengurusannya tak akan selesai dalam tempo satu bulan padahal persyaratan sudah lengkap, pejabat yang berwenang sudah membubuhkan tanda-tangannya.

Lalu kenapa begitu lama?. Jelas, karena oknum-oknum keparat itu sengaja mengulur waktu, dan baru akan 'give' dokumen yang kalian butuhkan jika mereka sudah 'take' sesuatu dari kalian. Dengan begitu mereka bakal rela-rela saja dan senang hati disogok berapapun. Suap-menyuap pun dihalalkan. Sigh! Mental 'take and give' yang mengakar kuat hingga kini. Tuhan saja bisa dipermainkan apalagi kita-kita ini. Siyal!

Dan inilah hasil dari keikhlasan saya yang terpancar lewat tulisan ini, bahwa saya tak merasa berat hati melepas yang di rumah, karena saya harus berbagi tubuh, tak hanya disana, disini pun kontribusi saya ditunggu. Saya nikmati saja dengan lebih banyak memberi dan melayani orang lain. Karena saya percaya konsep 'to give and receive' berlaku tak pandang bulu, tak kenal waktu apakah kemarin, hari ini atau esok pagi.

Miyabi..Hebat tapi Malang

Sebuah repost

Entahlah saya mau bilang Maria Ozawa atau yang lebih beken dipanggil Miyabi itu hebat atau benar-benar malang. Belum saja dirinya menampakkan wajah, kehadirannya sudahlah membuahkan kontroversi.

Bahkan kejelasan hadir atau tidaknya Miyabi yang masih kabur itu mampu menyingkirkan sejenak berita penanganan gempa. Hebat! Status facebook dipenuhi namanya. Ada yang mengecam, ada yang pula memberinya semangat untuk tetap hadir, agar supaya rasa penasaran mereka *kaum Adam terutama* bisa tertuntaskan dengan hadirnya si pemilik tubuh indah itu.

Padahal, ada yang mesti kita tengok dari sekedar debat kusir tentang Miyabi, ada sekelumit cerita miris korban gempa di Padang beberapa waktu lalu. Ya, cerita miris Ramlan, yang berjuang antara hidup dan mati di tengah himpitan bangunan yang menenggelamkan tubuhnya. Dengan sadar diri berani mengambil sikap untuk memotong kakinya sendiri yang sudah mati rasa saat itu. Juga, kisah tragis penghuni hotel Ambacang yang terkubur hidup-hidup dan akhirnya mati.

Makin ramai bicara Miyabi, makin gerah pula MUI untuk melemparkan statement. Intinya tetap menolak Miyabi meski Miyabi tidak membuka aurat. Jelas, karena Miyabi berwajah mesum. Wajah sensualnya hanya akan makin merusak moral bangsa jika dia benar-benar hadir di Indonesia. Lalu, salahkah dia memiliki wajah begitu menggoda untuk diraba dalam imaji para pria?.

Yaelah, bakal jadi debat kusir tak berkesudahan jika sudah membicarakan porno atau tidak porno, mesum atau tidak mesum. Semua itu tergantung dari sudut mana kita memandang, kok. Persepsi tiap orang jelas beragam. Wajah Miyabi ditafsirkan porno karena memang dia terlahir sebagai bintang porno yang digilai.

Lalu, salahkah Miyabi, yang membuat sebagian otak pria-pria itu menyimpan memori kuat tentang lekuk tubuh indahnya atau erangannya kala orgasme? Berharap saja imaji yang kuat itu akan melahirkan rasa para pria seperti sedang having sex dengannya. Dan sekali lagi, salahkan Miyabi jika merusak moral kita, moral bangsa? merusak iman kalian? Jawabannya ada pada masing-masing kita.

Tak guna mengurus wajah Miyabi yang mengundang syahwat kaum Adam.

Menjadi porno atau tidak porno itu justru ada pada produk imaji yang terselip di otak kaum Adam, pria-pria kita.

Nah mungkin ini nih, karena imaji para pria tentang Miyabi nyelip di antara organ otak, jadi mengacaukan memori di kepalanya, hingga jadi kusut dan lalu terjadilah chaos di sana. Fatal kemudian muncul, terjadi perkosaan, incest, atau perlakuan seks anonoh bin aneh aneh demi mewujudkan keliaran a la Miyabi. Keliaran yang lalu dinilai sebagai sebuah bentuk perusakan moral diri, moral bangsa.

Wah, bener nih di akhir postingan saya, saya masih takjub. Yang dibicarakan belum juga muncul *atau jangan-jangan absen datang ya* tapi percakapan tentang dirinya sudah menjurus urusan 'imin yang konak' di bawah sana.

Miyabi, Miyabi *sambil geleng-geleng kepala melototin foto syurnya*...wajah imutmu itu ternyata menyimpan berjuta imaji..hebat tapi juga malang..

Saturday, August 08, 2009

no patah hati, no 'dilangkahi'

tak ada istilah 'didahului' atau 'mendahului', ya itu mama saya. pokoknya kalo untuk urusan dahulu-mendahului, langkah-melangkahi, beliau ini tak bisa diajak debat. semuanya harus urut sesuai dengan posisinya masing-masing. terkesan kolot sih, tapi memang seperti itu adanya mama saya.

mama saya sangat keras mendidik 3 anak perempuannya, mungkin karena pengaruh didikan eyang saya yang seorang tentara jadi menurun pada beliau ini. setelah ketauan ada pacar, mama saya pasti selalu meng-ultimatum anak gadisnya..'lulus dulu tepat waktu, baru kerja sambil nabung, setelah itu baru menikah'. pasti itu!

tak hanya anak gadisnya, pun, pacar-pacar kami yang pada akhirnya berguguran satu persatu dan menyisakan pejuang cinta alias calon suami anak-anaknya tak lepas juga dari wejangan rutin tiap malming. persisnya di kursi eksekutor, di ruang tamu rumah kami, mama saya selalu menyelidik, menginterogasi siapa pacar kami, bagaimana latar belakang keluarga pacar-pacar anaknya. pokoknya ditelisik sampai ke dalam-dalam, deh. intinya bibit, bebet, bobot harus memenuhi kriterianya. banyak akhirnya yang mundur teratur, takut dan bergidik dulu dengan macam-macam 'aturan main' yang diterapkan di keluarga besar saya.

bukan, mama saya bukan diktator. beliau membebaskan anak gadisnya berkawan dengan siapa saja, kok. buktinya, sejak mulai masuk sma, kami bertiga sudah dibolehkan pacaran. sengaja mama saya tak melarang, daripada main petak umpet, lebih baik dibebaskan saja, tapi dengan catatan terus dipantau. kalau mama saya bilang 'dilepas, tapi ekornya tetap dipegang biar tak lari kemana-mana'..hihihi

mama saya bersikap seperti itu karena tak mau anak gadisnya jadi anak yang terkekang, tak boleh ini-itu. anak gadisnya harus jadi anak-anak yang normal, mengenal juga lawan jenisnya, bukan jadi anak yang kuper alias kurang pergaulan. bahkan anak gadisnya diajarkan untuk tak pernah mengenal patah hati. saya masih ingat setelah 4 tahun menjalin hubungan dengan pacar LDR saya dan akhirnya putus, mama saya berusaha untuk membangkitkan semangat saya. membelikan macam-macam majalah remaja hanya supaya saya tidak suntuk, dan saat saya memilih untuk tidak pacaran lagi, mama malah mendorong saya untuk mencari pacar lagi. bukan apa-apa..mama saya hanya takut anaknya patah hati.

untuk mama, ketika anaknya patah hati dan sudah tak mau mengenal lawan jenisnya lagi, itu warning bagi beliau. contoh saja nih, semisal saya yang patah hati dan memilih mengasingkan diri untuk tak lagi berteman dengan pria-pria di luar sana, maka kata 'pacaran' atau 'menikah' bakal jauh-jauh dari saya, dan jika adik saya yang semisal punya pacar dan ingin segera menikah, otomatis harus menunggu sampai saya menemukan pasangan hidup. it's the meaning of dilarang mendahului.

masih banyak contoh di luar sana, kakak sepupu saya yang mengalami patah hati dan tak kunjung sembuh, harus menelan pil pahit 'dilangkahi' 2 adiknya yang menikah duluan, hingga kemudian dia lebih memilih menyibukkan diri berkarir sampai lupa usianya makin bertambah dan musti butuh teman hidup. tapi sepertinya sudah terlambat, karena begitu mapannya kakak sepupu saya itu malah bikin para lelaki yang mendekat padanya sudah ngga pede duluan.

mungkin dari contoh-contoh terdekat itulah yang bikin mama saya belajar membesarkan anak-anak gadisnya jadi anak-anak yang tangguh, tak mengenal patah hati. dan mama saya sadar betul, efek patah hati tak kunjung sembuh berakibat 'didahului' adalah hal yang menyakitkan jika itu menimpa anak-anak gadisnya. akan ada hati yang tersakiti dan akan ada hati yang merasa tak enak hati karena *suatu keadaan* lebih dulu harus mendahului.

thanks God, 'aturan main' mama rupanya sukses tertanam di diri kami, dan sampai kami bertiga melepas masa lajang, tak satupun dari kami yang mendahului atau didahului. kakak perempuan saya menikah di 2004, saya menyusul 3 tahun kemudian dan akhirnya adik bontot saya menyusul setahun kemudian.

menatap wajah-wajah polos itu..

Pernahkan kalian menatap orang-orang tercinta di lelapnya tidur mereka?, saya melakukannya. Ketika senja manja berganti malam kelam, begitu sepi sunyi, dan hanya terdengar desahan nafas dari tidur mereka, suami, anak, mama, papa, saat itulah saya berkomunikasi dengan wajah-wajah tanpa ekspresi, begitu polos. wajah-wajah yang menyisakan gurat lelah setelah melewati hari-hari yang sudah begitu berat mereka hadapi.

suamiku sayang, tidurmu begitu pulas, kamu pasti lelah setelah seharian bekerja, menguras isi otak, menyuguhkan kontribusimu bagi ladang tempatmu bekerja, inilah saatnya menyandarkan tugasmu, bermimpilah indah, semoga tumpukan tugas tak jua habisnya itu tak ikut masuk dalam mimpimu. bermimpilah tentangku saja, sayang. ajak aku ikut bersamamu menjelajah dunia antah berantah di bawah alam sadarmu. itu pasti akan jadi mimpi terindahmu.

anakku, malaikat mama..tidurmu begitu tenang sambil memeluk guling kumal kesukaanmu, napasmu yang teratur, berirama begitu jelas terdengar. kamu sedang mimpi apa, nak?, bermimpi naik pesawat bareng mama papa ya?..mimpi indah sayang, esok kita main lagi, lebih seru lagi, seperti hari-hari kemarin, mama janji akan selalu memberi hidup malaikat mama dengan keindahan, dengan kebahagiaan, supaya kamu tak kan pernah mimpi buruk dan menangis merintih lagi di tengah tidurmu.

mama, gurat lelah di wajahmu begitu kentara, nafasmu begitu berat, seperti ada yang membebanimu. mungkin mama sudah terlalu lelah menjaga malaikatku, maafkan aku merepotkan mama. dan meski badai dan masalah menghantam ketegaran mama menjalani hidup yang makin menua, kerapuhan itu terlihat jua di dalam tidurmu. mimpi indah ya, ma. aku yakin semuanya akan indah pada waktunya.

papa, mungkin hanya akulah satu-satunya anak papa yang durhaka. tak pernah kita cocok satu dengan yang lain, hanya aku anakmu yang keras kepala. lihatlah tanganmu yang kekar dan kuat itu melemah kusut di makan usia, kekuatan tangan yang pernah aku rasakan dulu saat aku menjadi bodoh, nakal dan bebal. sesungguhnya aku menyayangimu, papa. melihatmu menua bersama mama, membuatku sadar aku harus menjaga kalian. selalu berada di samping kalian. bahagialah bersama mama di sisa usia ini, yang kapan kita tak pernah tahu akan berakhir.

Monday, August 03, 2009

tak mandiri karena 'superdad'

kenapa dia memilih saya sebagai pendamping hidupnya, salah satu alasannya adalah karena saya sangat mandiri. ya, saya mengakui itu. dulu, saat masih pacaran dengannya, saya ini tak pernah sekalipun bergantung padanya. apapun saya kerjakan sendiri. berangkat atau pulang dari manapun, tak pernah saya merengek meminta diantar/dijemput, apa yang bisa saya kerjakan sendiri, saya usahakan untuk saya atasi sendiri.

herannya, setelah menikah, sikap mandiri saya seperti lenyap begitu saja. meski tak lenyap sama sekali sih, tapi cukup bikin dia kelimpungan. apapun saya selalu mengandalkannya, mulai dari pekerjaan rumah tangga, mengurus si kecil, hingga making decision saat menghadapi masa-masa sulit di 'negara kecil' kami.

terlihat sekali betapa lemahnya saya, 'mana dirimu yang tangguh dan mandiri itu, sayang?'..entahlah, apakah karna dia begitu bisa diandalkan di berbagai urusan sehingga saya seperti ini, jadi lemah, tak mandiri dan cenderung manja. seharusnya saya bangga punya suami yang layak menyandang predikat 'superdad'.

dia tak pernah gengsi membantu saya mencucikan baju, merapikan tempat tidur, bahkan mengurus si kecilpun saya akui dia sangat jago, mulai dari memandikannya tiap pagi, memakaikan baju, mengganti celana basah saat si kecil pipis atau membersihkan pup si kecil, menidurkannya di pundaknya yang kekar, dan tak pernah absen menyelimuti kami yang tidur di sampingnya kala dingin menelusup tanpa permisi.

luar biasa dia, bahkan berbelanja ke pasar, blusukan di sana pun dia mau. tak segan dan tak risi dia ikut membeli sayur atau sembako, bahkan dia jago menawar *meski terbukti perempuan/wanita lebih jago dalam hal tawar/menawar*. segala apapun yang jadi masalah tak pernah sekalipun jadi beban untuknya. enteng saja dia menjalaninya, sampai terkadang saya bertanya dalam hati 'terbuat dari apa hatimu, sayang?'.

suami saya adalah sebuah karunia terbesar untuk hidup saya. predikat superdad untuk dia seharusnya tak boleh menjadi alasan bagi saya untuk jadi lemah, tak mandiri dan malah jadi manja di depannya. seharusnya saya lebih mensyukuri itu. seharusnya saya mengimbangi kekuatannya, menjadi yang tangguh dan mandiri layaknya supermom. doakan saya ya!

Monday, July 27, 2009

cerita sandal jepit

saya pecinta sandal jepit, teramat sangat, seperti juga Bob Sadino mencintai sandal jepitnya. saat santai, sangat membebaskan, seperti lepas dari kungkungan 'sumuk'. kecintaan pada sandal jepit pun saya bawa sampai ke zona kantor. meski formalitas mengajarkan kita berangkat bekerja ke kantor memakai sepatu, toh, sampai di kantor, saya lantas 'berpindah' ke sandal jepit. aneh sih, tapi nyata, seharusnya dari rumah saya pakai sandal saja, ya?.

pekerjaan saya memang tidaklah mengharuskan saya bekerja mengenakan sepatu dari pagi hingga senja. jadi, sepertinya sah-sah saja bersandal jepit di kantor, tak ada larangan sama sekali, meski sebenarnya itu tak cocok dengan etika berpenampilan di kantor. jelas, sepatu bagi saya pada akhirnya hanya sebagai simbol kerapian semata.

bersandal jepit di kantor, buat saya cuek sajalah, mau dibilang 'ndeso' juga terserah. inilah bentuk pengakuan yang teramat sangat jujur dari saya, sebuah pengakuan dari saya atas ketidakbetahan memakai sepatu berlama-lama. pengakuan atas asal-usul kebudayaan agraris, kebudayaan yang dibawa para petani.

lihat saja, para petani saat beranjak ke ladang atau sawah. hanya beralaskan kaki. pun jika mesti bersandal jepit sudah mereka anggap memakai sepatu. betapa sandal jepit meski sederhana, sudah amat sangat mewah bagi mereka.

sandal jepit mengajarkan pada kita *juga saya*, betapa sandal jepit yang kampungan itu mampu 'menaklukkan' kemewahan gedung-gedung modern, tempat para pekerja-pekerja kantoran itu menuai kesuksesan. pun, sandal jepit menunjukkan kejujuran pada sejarah, bahwa masa lalu tidak bisa dibunuh, apalagi diingkari.

malaikat pendosa



tak perlu lipstik merah basah menggoda, tak perlu raga terbungkus ketat sutra, tak perlu wajah sendu memikat, tak perlu desah napas merayu. cukup butuh berani membujuk iblis keluar, bermain-main dengan api, asal tak sampai terbakar. cukup butuh lecutan, semacam imaji liar, menjadi nakal, sebentar saja. tapi, ingatkan dia, di perbatasan senja malaikat pendosa harus kembali, ke semesta penuh damai, kembali memeluk anak malaikat, memeluk cinta ternoda dosa..

Monday, July 13, 2009

dua iblis liberal

ingat pesanku, kita ini dua iblis liberal
hanya cari kesenangan semata
'aku selalu mengingatnya, dear'

dan sebegitu kuatnya kau mempengaruhiku, kau berhasil..
aku mulai menikmati menjadi iblis yang kau mau..
tapi setelah kita wujudkan bersama, kesenangan itu..
aku merasa, kau tak sebanding dengan dia..
dia tetap yang sempurna, teramat sempurna malah..
bahkan setelah pengkhianatan itu, ku makin mencintainya..
maaf iblisku, ternyata benar, kau hanya kesenangan bagiku
karena setelah ini, aku tak akan mencarimu lagi..
byee..

from
iblis betina

jauh di dasar hati terdalamnya,
iblis jantan tak kuasa menahan cemburu, lidahnya kelu,
rasa itu mulai tumbuh,
rasa cinta pada si iblis betina..

Saturday, May 23, 2009

rasa yang tertunda

tujuh tahun berlalu sudah..

kami dipertemukan lagi. seperti yang kau bilang, mengenangku membangkitkan gairahmu akan aku.

"are you sure, honey?"
"ya..i
'm sure"
"anggap saja kita bermuka dua, berkepribadian ganda"
"kau tahu sayang, aku selalu memujamu dari dulu, dan fantasiku tentangmu selalu hadir di puncak kenikmatan..
toh tak akan ada yang berkurang porsinya di masing-masing kita
"
"aku tetap sayang istriku, begitu juga sebaliknya kamu"
"hmm..masuk akal juga sih, tapi sepertinya akan terasa berat buatku.."
"karena ternyata aku mulai menyayangimu, babe"
"rasa yang dulu tertunda.."


*kangen bikin shortstory lagi :)