Monday, May 24, 2010

Luka Senja

Perjumpaan ini tak kuduga, dear..Di ujung senja, tepatnya kami bertemu dalam satu atmosfer yang sama. Begitulah dunia yang begitu luas ini ternyata cukup sempit bagiku, kamu dan dia.

Senja, Jumat itu, rupanya berbaik hati. Bersama senja, kaki-kaki kecil ini melangkah gontai memasuki ruang favorit kita, dulu. Disanalah dunia kita, pria gelapku. Kurindui selasar ruang penuh deret keping-keping CD yang tertata rapi di raknya, tenggelam dan larut bersamamu di sana. Masih mampu inderaku mencium aroma tubuhmu di senja itu. Sayang, sekarang kau tak lagi dekat erat padaku. Harapku, senja kala itu bisa membantuku menemukan kembali sosok bayang tegap kekar tubuhmu disana, dear.

Ahh..tapi meski kita jauh sekarang, kau ternyata masih inginkan aku menceritakan kisah-kisah dalam film yang sudahlah membuat hari-hariku dijerat penat, tanpamu. Ada yang seru, kau tahu? Sudah kujanjikan padamu kan, aku ingin ceritakan tentang Hans Landa yang bengis dan tiga idiot yang sangat konyol minta ampun.

Sayang, senja menipuku, dear. Ternyata diam-diam senja berkonspirasi denganNya. Atas kuasaNya, senja malah mempertemukan aku dengan wanitamu itu.. di tempat yang menjadi tempat favorit kita, dulu itu. Siyal bukan?

Argghh!! mengingat senja dan dia, kini seperti membuka luka, kau tahu?

Semoga kau masih ingat, dear, senja menghangat itu selalu menjadi milik kita. Karena dia, kita dipertemukan, meski hanya sampai di batas senja saja, saat itu aku bisa memilikimu seutuhnya, sebelum aku melepas topeng dan terbang menuju langit, memasuki duniaku yang abadi, dunia nyataku. Semoga masih teringat diingatanmu, dear, di antara selasar toko itu, mata kita saling bicara, dan merindu syahdu.

Dan kini, kau tahu? aku tak lagi suka senja,

Bodoh saja aku masih mau mengingat senja kita, kini senja malah memaksaku mengingat jelas bola mata sayunya, gesture tubuh juga busana yang membalut tubuhnya. Ya, semua yang dimiliki wanitamu itu. Sempurna. Seakan dia melekat erat dalam memori, menari-nari di pelupuk mataku. Dia mengejekku. Ugh!

Ya, senja itulah saksi pertemuan aku dengannya, wanitamu. Dua anak manusia yang miliki satu hati dan satu jiwamu.

Begitu dekatnya kami, hingga bisa tertangkap lewat sudut mataku, dia sedang memandangku, sangat detail dari atas ke bawah. Jangan-jangan dia pernah merasa bertemu denganku, dalam mimpinya mungkin? Ataukah harus kuperkenalkan diri, akulah mimpi buruknya?.

"Hai, wanita, kau seperti sedang menebak siapa aku. Tapi ketahuilah, kau sudah mengenalku, jika saja kusebut, aku adalah adik temanmu, wanita gelap priamu kini" Aku polos saat itu, hingga senja mengubahku seperti sekarang ini. Menjadi penghangat raga priamu, yang kau tahu, wanita, diam-diam priamu senang menelusupkan bayangku dalam imajinya saat dia mendekap erat tubuhmu.

Ah, andai saja kau hadir di tengah-tengah kami saat itu, dear, akankah kau bersedia membenci senja dan tak akan lagi mau menemuiku di senja milik kita?

Tak tahulah aku.., dan aku mencoba untuk tak peduli, meski itu begitu perih menggores hati. Tapi jika pun kau hadir di tengah kami, kuyakin matamu sudah memberikan jawabnya, dear..tak usah pula bibirmu berucap "maaf.."

Dan aku kembali bersama senja..membawa luka, menikmatinya dan Tracyanne Campbell yang menangis, bersama petikan gitar 'Tears for Affairs' yang mengalun lembut, memberiku penghiburan..

Dear, sejauh apa kau sekarang dariku..semoga kau bisa rasakan juga nikmatnya luka karena senja..senja kita dulu dan senja saat itu..

Shedding tears for affairs I’m a funny little thing I can tell you this for nothing Affairs don’t win Can you handle one more dirty secret one more dirty night Is it true what they say Will it make us go blind

*
di publish juga di sini