Wednesday, December 14, 2011

Kim: Saya Menikah karena Cinta

Sebuah repost

PERNIKAHAN bak cerita dongeng, Kim Kardashian dan Kris Humpries kandas. Cukup butuh waktu 72 hari saja pasangan ini saling berkomitmen. Benarkah bukan karena Kris yang telah berselingkuh hingga Kim mengajukan perceraian, namun sebenarnya ada alasan lain dibalik perceraian mereka?

Sehari setelah menandatangani berkas perceraiannya, Kim melakukan klarifikasi perihal pemberitaan yang semakin memanas yang menyatakan pernikahannya dengan Kris semata-mata hanya menyoal uang.

Dalam akun twitternya, Kim secara jelas mengungkapkan, "Saya menikah karena cinta. Saya tak percaya harus mengatakan ini. Saya tak akan mengambil uang sepeser pun untuk cinta ini, atau apapun demi sebuah acara TV!" tegasnya.

Ya, kebanyakan perempuan akan lebih mementingkan cinta dan kebahagiaan ketimbang uang dalam pernikahan yang dijalani, kecuali pasangannya bekerja. "Ironis bahwa perempuan lebih berat pada cinta daripada uang, tapi tak mau menikah jika calon pasangan mereka, atau mereka sendiri, tak bekerja,” kata Meghan Casserly, seperti dilansir CyberNews dari Forbeswoman.

Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh situs Forbeswoman diketahui, tiga dari empat perempuan mengatakan tak akan menikah dengan pria yang tak punya pekerjaan, sedangkan 65 persennya merasa tidak nyaman menjalani pernikahan jika mereka sendiri tidak bekerja, dan lebih dari 91 perempuan lajang lebih memilih menikah demi cinta ketimbang uang.

Sementara studi lain juga dilakukan situs diskon terkemuka di Inggris, MyVoucherCodes.co.uk. Penelitian terhadap 2.173 perempuan Inggris itu dalam upaya menemukan alasan mereka menikah, seiring pemberitaan pernikahan singkat Kim Kardashian dan Kris Humpries.

Mark Pearson, Ketua MyVoucherCodes.co.uk, mengatakan, "Setelah perceraian bintang realita show, Kim Kardashian dan pebasket Kris Humphries, kami pikir penelitian ini akan menarik untuk menemukan alasan dibalik keinginan perempuan ketika menikah."

Hasil penelitian tersebut sangat mengejutkan, lebih dari sepertiga responden, 34 persennya menjawab, mereka memilih menikah untuk uang. Sementara 41% menyatakan mereka menikah dengan alasan agar masa depan keluarga terjamin, sementara 19% menginginkan kehidupan mewah paska menikah.

Menikah demi cinta

Tanyakan pada semua pasangan menikah di dunia ini, perceraian adalah hal yang menyakitkan, yang tak ingin siapapun menginginkannya. Ketika badai datang mengguncang biduk rumah tangga, mulai dari perlakuan kasar hingga skandal, demi cinta, beberapa pasangan urung bercerai dengan alasan, "saya masih mencintainya."

Cinta memang sanggup menyingkirkan akal sehat kita. Atas nama cinta, Anda dan pasangan memasuki gerbang pernikahan. Namun, ditengah perjalanan pernikahan, cinta itu menyurut karena ternyata Anda berdua lalai menjaga volume cinta itu tetap utuh. Saat itulah Anda mulai diserang perasaan tidak yakin, "benarkah cinta itu masih ada dalam pernikahan kami?", "berapa banyak cinta yang saya perlukan untuk mempertahankan pernikahan ini?"

Alih-alih, mempertahankan pernikahan, Anda dan pasangan pun seperti dilanda gamang dan galau mengingat janji pernikahan yang dulu terucap, “dalam keadaan baik atau pun buruk, kaya atau pun miskin, sehat atau pun sakit, sampai maut memisahkan kita”. Demi anak-anak dan kebahagiaan mereka di masa depan, Anda dan pasangan pun memilih menyingkirkan ego.

Stephanie Coontz dalam bukunya, "Marriage, a History: From Obedience to Intimacy, or How Love Conquered Marriage", berujar, "Cinta adalah alasan murah untuk sebuah pernikahan" Ya, Stephanie dalam statemen-nya boleh jadi benar, karena sejatinya, kita dan siapapun didunia ini tidak benar-benar menikah demi cinta belaka.
Risty yang berusia 20-an memilih menikah muda karena ia siap menjadi seorang istri dan ibu. Malinda, janda berumur 40-an itu menikah lagi demi alasan ekonomi. Bambang, duda keren berumur 50-an tahun menikahi wanita lajang demi status sosial dan kenyamanan di masa senja. Sementara si wanita lajang bersedia dinikahi, mungkin saja demi alasan kemapanan hidup di masa depan.
Lantas, jika bukan demi alasan cinta, apakah pernikahan mereka bisa dianggap tidak valid?

Dan tak ada yang perlu ditutupi, ketika pasangan bertanya, "apa alasanmu mau menikah denganku?" Katakan sejujurnya, meski itu menyakitkan. Berkaca pada kisah Tori Spelling, salah satu pesohor Hollywood itu pernah terguncang hebat saat banyak media menuding Dean McDermott, sang suami, menikahinya hanya demi uang dan popularitas.

Namun, jika ternyata memang cinta adalah alasan terbesarnya untuk menikahi Anda, maka cukup katakan kepadanya bahwa cinta saja bukanlah alasan yang mencukupi.

Salam


Monday, December 12, 2011

The Reader, Menjaga Setia Sebuah Rahasia

Sebuah repost

Sebuah rahasia hidup. Berkisah tentang seorang remaja puber usia lima belasan bernama Michael Berg yang jatuh cinta pada Hanna Schmitz, seorang wanita paruh baya nan menawan.

Hanna dan Michael mungkin saja ditakdirkan Tuhan untuk saling melengkapi dan lalu pada hati keduanya diletakkan sebentuk cinta untuk dirasai bersama. Saat Michael meranum, gairah masa mudanya tersalurkan pada Hanna. Hubungan intim lantas menjadi keseharian mereka. Begitu juga Hanna, hidup sendiri tanpa keluarga, lantas menganggap hubungan yang tercipta bersama Michael selayaknya ibu dengan putra remajanya.

Michael tumbuh sebagai pemuda pintar yang menjaga dengan setia rahasia hatinya yang kasmaran pada Hanna. Sedang Hanna, menua dengan pribadinya yang penuh misteri, tak pernah suka membaca dan lebih ingin mendengarkan saja.

Ya, bagi Hanna, Michael adalah 'the reader'nya. Dari Michael-lah, Hanna lalu mendengar banyak kisah, tentang 'The Odyssey', 'The Lady with the Little Dog', 'Adventures of Huckleberry Finn' hingga 'Tintin'. Tak ingin membuat Michael kecewa, sebagai hadiah karena telah membacakan untuknya, Hanna memberi Michael tubuh untuk direngkuh dan dibelai.

Mereka bersisian, namun pada keduanya rahasia tentang satu sama lain tak pernah terungkap. Dan pada`rahasia yang tersimpan kuat itulah kemudian bermuara konflik yang berkepanjangan. Hanna terpaksa pergi dari sisi Michael tanpa sempat mengucapkan salam perpisahan. Sedang dengan kelukaannya, Michael tetap tegar, terus menjalani hidup dan sukses menjadi seorang pengacara muda.

Dibalik segala misteri dan rahasia, Tuhan telah menyelipkan sebuah rencana. Bisa jadi indah atau mungkin buruk untuk dihadapi. Tapi itulah hidup, seberat apapun memang harus dijalani. Ya, pada sidang yang mengadili mantan anggota Nazi yang dituduh bertanggung jawab atas tewasnya 300 kaum Yahudi, disanalah Michael bertemu Hanna. Hanna yang ternyata menjadi salah satu terdakwanya.

Andaikan keduanya mau menyingkirkan ego masing-masing, jalan hidup mereka tentu tak akan jadi begitu rumit. Andaikan keduanya mau membuka sedikit rahasia yang tersimpan kuat dalam diri mereka, tentu Hanna tak akan dihukum seumur hidup. Ya, Hanna yang tetap setia menjaga rahasia hidupnya, terpaksa mengakui bahwa dia yang menuliskan perintah membunuh. Pun Michael tak akan hidup dalam penyesalan berkesudahan karena tak kuasa membantu Hanna menjadi saksi, padahal sesungguhnya hanya Michael yang tahu rahasia Hanna, yang tak bisa membaca apalagi menulis.

Terlihat konyol? Memang. Apa mau dikata mereka ingin tetap hidup dalam rahasia-rahasia itu. Tapi meski tak terkuak, dua manusia ini lalu belajar satu sama lain pada rahasia, untuk sama-sama menyembuhkan luka dan kecewa. Meski berat dan pahit.

Tebusan rasa bersalah Michael adalah mengajari Hanna, meski dari jauh, untuk bisa membaca dan menulis. Buku, kaset dan tape recorder yang dikirim Michael menjadi sarana Hanna belajar di dalam penjara. Semangat kuat yang masih dipunyai seorang Hanna, meski ternyata menjadi sia-sia karena Hanna memilih bunuh diri sebelum hari kebebasannya. Sedang Michael berjuang membantu meluluskan pinta Hanna pada wasiat terakhirnya, mendirikan sebuah yayasan buta huruf. Ada lega yang terpancar karena rahasia itu telah terkuak dan melebur bersama waktu.
How far would you go to protect a secret? Rahasia tetaplah rahasia, tapi seberapapun kuat kita menyimpannya rahasia tak akan pernah jadi abadi. Dan sebuah cerita rahasia akhirnya akan berurai menjadi sejarah hidup yang panjang untuk diceritakan.
Saya, Hanna dan Michael dan semua orang di belahan dunia manapun memiliki rahasia. Apakah pada rahasia itu saya atau kalian dan mereka akan belajar? itu semua tergantung masing-masing kita, tetap mau hidup dalam rahasia-rahasia itu, atau memilih membongkar rahasia, meski kecil, demi hati menjadi lega.


Salam

Doubt, Sebuah Ragu yang Menyerang

Sebuah repost

Ingin dan harap pada sebuah keraguan yang bergulir di depan mata adalah terkuaknya sebuah kebenaran. Sedang benar atau salah, dosa atau tidak hanya Tuhan yang mengetahuinya. Lalu bagaimana manusia menyikapi sikap ragu *skeptis* ini, sedang dengan sebentuk analisa dan penelitian yang mengandalkan rasio pun bisa juga memunculkan salah.

Dikisahkan, Pastor Brendan Flynn dengan keberaniannya ingin mendobrak tradisi yang mengekang kuat di dalam gereja St.Nicholas. Keputusannya menerima Donald, seorang anak lelaki kulit hitam menjadi murid di sana dan mengangkatnya sebagai putra altar tentu saja menimbulkan ketidaksenangan di diri Suster Aloysius, sang suster kepala gereja.

Rasa tak senang pada seseorang memang selalu bisa memunculkan sikap curiga dan penolakan. Suster Aloysius sangat yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi antara pastor Flynn dan Donald. Apalagi kecurigaan ini makin diperkuat dengan khotbah bertema keraguan yang pernah disampaikan Pastor Flynn. Bahwa sebuah sikap ragu punya kekuatan menyatukan sama kuatnya dengan sebuah sikap yakin.

Penolakan makin gencar dilakukan suster Aloysius dengan memberi perintah kepada suster James, wali murid Donald, untuk mengawasi gerak-gerik sang pastor. Makin kuatlah analisa suster Aloysius selama ini, mendapati cerita suster James yang memergoki sang pastor meletakkan kemeja putih secara diam-diam ke dalam loker Donald. Masih ditambah pula penuturan suster James di lain hari, yang mencium bau alkohol menyengat dari mulut Donald setelah menghadap pastor Flynn.

Keduanya lalu mencipta prasangka atas kejadian yang dilihat sekejap mata. Prasangka buruk lebih dominan muncul, itu jelas. Tersimpulkan keduanya, bahwa pastor Flynn telah melakukan tindakan yang tak senonoh pada Donald. Ragam cara dilakukan suster Aloysius demi menguak ketidakberesan hubungan antara Pastor Flynn dan Donald. Debat kuat digulirkan, dan saling mempertahankan ideologinya masing-masing. Sedang suster James berada dalam kebimbangan.

Tepat disini suster James dihadirkan sebagai perwakilan sisi diri penonton yang juga ragu dan bingung, termasuk saya, siapakah yang seharusnya dibela. Suster Aloysius atau Pastor Flynn?

Demi sebuah pembenaran, Aloysius telah menebar fitnah dan berhasil menyingkirkan sikap ragunya. Teringat betul di ingatan saya, penggalan kalimat yang terucap dari bibir suster Aloysius,

"Selangkah keluar dari jalan Tuhan, untuk sebuah kebenaran". Wow!

Cukup hanya berbekal dugaan saja dari cerita sejarah masa lalu sang pastor, suster Aloysius akhirnya berhasil mendepak Pastor Flynn keluar dari gereja. Betapa hebatnya suster Aloysius. Tak ragu menilai dan memutuskan atas apa yang dia lihat, dan rasakan, karena itulah kekuatannya untuk mencari kebenaran.

Lalu, pada kita, bisakah kita melakukannya? menyingkirkan sikap ragu demi mendapatkan sebuah kata benar?

Sedang Descartes pun menemukan banyak kesalahan yang telah pernah diperbuatnya selama melakukan penelitian. Sempatlah dia kehilangan kepercayaan dan keyakinan, ada keraguan yang terselip dalam pikirnya hingga lalu tak tersisa sedikitpun lagi keyakinan di dalam dirinya.

dan dalam ragu serta bimbangnya, dia tersentak dan berkata,
"Sekalipun saya ragu terhadap semua yang telah saya dapat selama ini, sekalipun saya ragu terhadap segala sesuatu yang ada di depan mata saya, namun satu hal yang TIDAK SAYA RAGUKAN adalah, bahwa saya TIDAK RAGU kalau saya sedang ragu"
Ya, seperti Descartes, Aloysius pun tak ragu ketika keraguan tengah menyerangnya. Keraguan Aloysius terlambat hadir justru setelah pilihan dijatuhkan, apakah itu benar atau salah, entahlah!. Itulah buah resiko dari pengadilan buta Aloysius atas kontroversi moral di masa itu.


***

Two thumbs up! dan menjura untuk John Patrick Shanley yang berhasil membawa pulang Pulitzer Award dan Tony Award dalam genggaman tangannya. Berhasil dirinya sebagai penulis menggulirkan kisah yang tertuang dalam novelnya berjudul "Doubt: A Parable" dan lalu sebagai sutradara, ia menuangkan kisah novelnya itu ke dalam media film berjudul hampir sama, "Doubt".

Hebatlah kerja semua tim yang bersatu di 'Doubt', tak hanya sutradara, bahkan empat pemain utama film ini pun berhasil mendapatkan nominasi Oscar. Meryl Streep dan Philip Seymour Hoffman sangat kuat dan berhasil masuk ke dalam karakter mereka masing-masing. Sedang Amy Adams tampil gemilang menghidupkan sosok Suster James yang muda, polos, mudah bimbang dan lalu cepat percaya pada orang lain. Lain lagi dengan Viola Davis, meski hanya diberi satu adegan dialog saja, namun ia mampu menyeimbangkan kemampuan aktingnya di hadapan Meryl Streep.

Jujur, saya tak begitu suka cerita film dengan ending yang sudah bisa tertebak, happy atau sad? itu sudah biasa. Memunculkan pertanyaan yang menggantung di akhir cerita, justru membuat diri belajar menarik kesimpulan dari sebuah cerita yang disuguhkan. Kesimpulan apapun itu, sah-sah saja.

Senanglah saya diombang-ambingkan dalam keraguan (doubt), dan mencari tahu sendiri apakah Pastur Flynn yang wibawa dan bermulut manis itu tidak salah atau suster Aloysius yang memang sangat diktator itulah yang sejatinya benar. Suguhan beragam pertanyaan inilah yang membuat sebuah film, semacam Doubt, terasa begitu menarik untuk dibahas. Tak hanya asik saat ditonton tapi juga seru saat digulirkan ke dalam sebuah forum diskusi.


Salam


Saturday, December 10, 2011

Burn After Reading, Kerumitan yang Menggelikan

Sebuah repost

Inilah film yang berhasil membuat saya memikirkan ending ceritanya yang terus tinggal di kepala selama beberapa hari. Gila! saya menjura untuk sang penulis cerita, dua bersaudara Joel dan Ethan Coen. Mereka mampu menyajikan cerita dengan plot yang berputar-putar bak sebuah bola bilyar yang menggelinding di antara karakter-karakter yang amusingly complicated.

Kisah dibuka dengan pengunduran diri sepihak Osborne Cox (John Malkovich). Atasan Ozzie di CIA menilai Ozzie memiliki kinerja yang buruk karena sering mabuk. Ozzie dipindah ke unit lain, namun Ozzie yang bertemperamen tinggi menolak. Tak terima didepak paksa, Ozzie pun berniat balas dendam. Keinginannnya sudah bulat untuk keluar saja dari CIA dan menjadi penulis. Disinilah kisah ini bergulir cepat, mata dan otak pun harus dipaksa terus fokus. Ketinggalan satu scene, akan kesulitan mencari 'clue'nya.

Katie (Tilda Swinton), istri Ozzie yang seorang dokter protes suaminya keluar dari CIA. Namun Ozzie yang jobless, tak lagi berguna sebagai seorang suami justru makin menguatkan alasan Katie untuk bercerai darinya. Lagipula selama ini Katie telah menjalin perselingkuhan dengan Harry Pffarer (George Clooney). Seorang flamboyan beristri penulis yang mengaku bekerja di departemen luar negeri, si tukang selingkuh yang gemar mengencani banyak wanita yang dijaringnya di jejagad maya.

Katie dan Harry berkonspirasi, mereka berminat menjual 'informasi' rahasia CIA yang ditulis Ozzie. Data itu dicuri Katie dan disimpan dalam sekeping CD. Konyol yang lalu terjadi, CD itu raib di pusat kebugaran dan ditemukan seorang instruktur fitness, Chad Geldheimer (Brad Pitt). Bersama dengan Linda Litzke (Frances McDormand), mereka berdua mencoba memeras Ozzie. Bukannya takut diperas, Ozzie yang temperamental malah menantang balik. Tak hilang akal, Chad dan Linda memilih menjual 'informasi' itu di kedutaan Rusia.

Alasan Linda bergabung dengan Chad untuk memeras Ozzie bukanlah tanpa sebab, dirinya terobsesi operasi plastik dan butuh dana besar. Plot bergulir makin hebat dan rumit. Linda, si perawan tua yang desperate ini ternyata juga menjalin hubungan dengan Harry.

McDormand dan Malkovich memang sudah terbiasa dengan peran-peran aneh, namun jangan heran melihat akting Pitt yang selalu dekat dengan peran serius, justru terlihat sama anehnya dengan mereka, konyol dan sok tau. Perannya ternyata sangat penting, meski hanya muncul di beberapa scene. Hilangnya Chad justru memunculkan badai yang berputar di satu setengah jam film digulirkan, dialah biang atas 'chaos' yang terjadi. It goes around and around and comes out here, there, everywhere. All nicely put together, of course.

Inilah komedi gelap, tanpa adgean slapstick a la Charlie Chaplin. Kekuatan film ini justru terletak pada akting para pemainnya dan dialog-dialog yang terjadi di sepanjang film berputar. Tak perlu mencari tahu siapa yang salah, karena semua yang terlibat di dalamnya punya andil berbuat salah. Kita hanya perlu menonton dan menertawai kebodohan para tokohnya saja. Karena sangat konyol, sebuah CD yang isinya sama sekali tak penting punya kekuatan untuk meledakkan siapapun yang berurusan dengannya.

Inilah hebatnya Coen brothers, duo master film independen yang jenius dan gemar menerabas batas-batas ini masih sangat setia menggarap film ber-genre screwball comedy. Sekedar informasi, karya mereka sebelumnya "No Country for Old Man" berhasil menyabet kemenangan besar di ajang Oscar tahun 1998.


Salam

Duplicity, Penipu yang Tertipu

Sebuah repost

Film-film full twist yang cerdas adalah kesukaan saya dan Duplicity mampu menyuguhkan itu. Di sepanjang film berputar, saya dihadapkan pada banyak intrik dan konspirasi indah penipuan kelas tinggi berbalut drama asrama antara dua penipu yang terlibat di dalamnya.

Claire dan Ray bertemu pertama kali di sebuah pesta. Ray yang saat itu bergabung sebagai agen M16 berhasil mengajak Claire, sang agen CIA 'get laid', ini semua demi mendapatkan informasi tentang kasus yang sama-sama mereka tangani. Namun, bukan Claire namanya jika ia tak bisa mengelabui Ray terlebih dulu. Claire membius Ray dan berhasil mengambil semua hasil penyelidikan Ray.

Lima tahun kemudian..

Takdir mempertemukan mereka kembali di New York. Keduanya tak lagi bekerja sebagai agen pemerintah namun tergabung dalam tim sebuah grup pencari informasi (counter-intelligence). Ray bergabung di Equikrom dan Claire sebagai informan di Burkett & Randle.

Dua perusahaan kelas kakap ini selalu terlibat persaingan yang intens untuk menjadi yang terbaik. Howard dan Garsik selaku owner saling sikut dan berusaha mencari tahu kelemahan satu sama lain. Sedikit menghibur di opening-nya, Tom Wilkinson dan Paul Giamatti yang sukses memerani dua owner perusahaan bergengsi ini saling adu jotos dalam gerak slow motion.

Sebagai agen Equikrom, Ray ditugaskan menelusup diam-diam ke dalam perusahaan Burkett & Randle. Claire tak lengah, ia tahu dirinya sedang diawasi. Iapun mencurigai dan terus memata-matai aksi Ray yang hendak mencuri formula produk yang bakal diluncurkan Burkett & Randle.

Ray tak hilang akal, ia berhasil melempar jurus terjitu dan membuat Claire 'mabuk'. Bisa ditebak, sekali lagi, reuni dua penipu ulung itupun berakhir di atas empuknya kasur, dalam kedekatan raga penuh peluh membasuh tubuh mereka. Lalu benarkah Ray dan Claire terjebak pusaran badai cinta? Tak bisa ditolak, mereka terjebak dan terperangkap dalam getar-getar rasa yang hadir di hati mereka, ada cinta yang sekuat mungkin coba ditepis keduanya.

Ahh..cinta memang aneh, dia punya kuasa memutarbalikkan apapun juga. Hmm, nice!. Inilah serunya 'Duplicity', dikemas tak kacangan. Tak hanya intrik dan tipu menipu di level jenius tapi ada cinta dan cemburu yang juga dihadirkan di sini. Claire dan Ray yang semula beranggapan mereka seperti musuh dalam selimut pun akhirnya memilih bekerjasama. Demi meraup keuntungan besar, mereka membelot dari tim. Mengincar juga formula produk yang diingini Howard dan Garsik.

Sampai pada puncak cerita, saya dihadapkan pada siapa yang harus dipercaya dan siapa yang bukan. Sempatlah saya berpikir Ray mengkhianati Claire dan dia memilih menyimpan sendiri formula produk yang sudah dicurinya. Namun kenyataan yang lebih pahit terjadi. Dibalik konspirasi maha rumit itu ternyata ada lapis konspirasi lain yang terungkap. Ray dan Claire dijebak, inilah yang lalu tepat saya nilai, mereka penipu yang tertipu.

Jangan pernah kedipkan mata saat menyaksikan serunya 'Duplicity'. Anda mungkin saja melewatkan plot-plot penting yang bergulir. Maklum saja, Tony Gilroy cukup cerdas meramu cerita ini dan menghadirkan berbagai lapisan dan plot twist ke dalamnya. Tony bahkan menyisipkan sebuah pertanyaan untuk kita jawab: bisakah ada cinta dan sebentuk kepercayaan yang hadir dalam diri seorang penipu kelas kakap macam Claire dan Ray?

Kembali lagi, inilah reuni duo bintang besar, Clive Owen dan Julia Roberts. Tak akan sulit bagi keduanya membangun chemistry, karena mereka pernah melakukan itu di 'Closer'. Untungnya mereka berdua sangat lihai bermain watak. Sangat asik menikmati dialog yang menunjukkan ketertarikan mereka satu dengan yang lain, tetapi di kesempatan lain, ada ketakutan seorang penipu yang menghinggapi diri mereka, ketakutan jika ditipu.


Salam

Erotisme Wanita Berkebaya

Sebuah repost

MINTARJO, sebut saja nama pria paruh baya asal desa Selarejo, Magetan itu sebagai sosok "tua-tua keladi". Ia rupanya sedang kesengsem (suka, red) pada Ngatirah yang ayu dan kenes. Ngatirah, yang tak lain istri tetangganya itu telah membuat hati Mintarjo berdebar tak keruan.

Melihat Ngatirah berkebaya dan berselendang biru hendak kondangan, Mintarjo dari balik tembok rumahnya tak sengaja bersenandung lagu karya Ki Narto Sabdo: kedhep tesmak aku nyawang slendang biru, gelungane methok, lamatan tasikane, ngagem kebayak ungu nyamping bathik, eseme solahe, salagane gawe bingung (terpesona kumelihat selendang biru, konde menantang dengan bedak tipis, berkebaya, senyum dan gayanya bikin pusing, red)

Hm, ya begitulah kiranya pesona wanita berkebaya sanggup membuat sebagian pria, tak terkecuali Mintarjo kelimpungan. Bahkan di mata seseorang (terutama sebagian pria) yang tumbuh dan besar dalam iklim Jawa yang konservatif, sosok wanita berkebaya identik dengan keseksian yang tersaji dalam satu paket keindahan. Tak hanya anggun menawan namun juga eksotik, sanggup memancarkan aura sensualitas tersendiri.

Lihat, bagaimana kebaya berbahan brokat menerawang serta kain jarik yang membungkus tubuh dari pinggang hingga kaki selalu mengekspos jelas bentuk lekuk tubuh pemakainya. Bagai siluet jam pasir yang berjalan, pinggul menawan itu memperlihatkan lekuk torso yang menggairahkan, pun jarik yang dibalut ketat pada tubuh itu sanggup menampilkan pantat yang terangkat sempurna.

Dan meski busana khas Jawa itu terlihat ribet, namun tak membatasi gerak tubuh pemakainya sehingga mereka masih sanggup melenggang seksi. Tak ayal, keindahan ragawi yang terpancar dalam balutan kebaya ini semakin menggugah rasa penasaran dan penuh misteri. Apalagi kalau bukan lewat cara bertutur yang halus dan tertata, dengan pandangan mata menggoda, menyambar dan menggetarkan jiwa para penikmat keindahan pesona kecantikan Jawa.

Kebaya yang erat terkait dengan simbol keseksian itu barangkali bermula dari tarian sakral Bedhaya Ketawang di Surakarta. Konon, sembilan orang penari perempuan yang menarikan tarian tersebut haruslah pilihan terbaik. Mereka, para penarinya, haruslah berwajah rupawan. Tubuh mereka dibalut kain jarik, sedang bagian atas tubuh terbuka, memancarkan kulit kuning langsat yang berkilau lulur. Dengan rambut yang disanggul rapi, para penari bergerak gemulai, pelan mengikuti irama gending jawa, seakan sedang menyampaikan sebuah pesan.

Lalu, pesan apa yang hendak disampaikan para penari tersebut? Di salah satu tulisannya, budayawan Seno Gumira Adjidarma menyebut tarian ini amat sakral sekaligus sarat makna birahi dan seksualitas. Bahkan berkembang anekdot, para penari haruslah perawan, sebab raja akan memilih salah seorang penari untuk menemaninya tidur malam itu.

Seksualitas yang kentara dalam tarian itu, kata Seno, bukan pada bagian tubuh yang terbuka. Justru bagian tubuh yang sesekali terlihat mengintip di balik kain jarik yang dikenakan penari tersebut yang mengundang decak kagum dan rasa penasaran. Ya, lekukan kaki diantara tumit dan mata kaki, saat kaki menyapu kain jarik yang menjuntai ke bawah, itulah keseksian sejati yang tertangkap mata.

Wanita dengan lekuk kaki yang sensual, konon, dianggap mampu menunjukkan kemampuan permainan cintanya di atas ranjang. Meski aneh, kedalaman lekuk kaki menjadi patokan hebat tidaknya wanita dalam bercinta. Artinya, semakin berkurang lekuknya, semakin rendah pula seksualitas (daya tarik seks) seseorang. Hmm..

Kembali pada kebaya. Disebutkan dalam sejarah, Soekarno, mantan presiden RI itu juga menyukai wanita berkebaya dan berkain jarik. Di masanya, kain jarik dan kebaya bahkan muncul di kalangan elit di wilayah publik dan berstatuskan sebagai pakaian nasional.

Kesukaan Soekarno pada wanita berkebaya itu diperkuat dalam disertasi Saskia Wieringa yang berjudul "The Politization of gender relations in Indonesia: The Indonesian women’s movement and Gerwani until the New Order state". Disebutkan, sikap Soekarno terhadap perempuan yang berkebaya cenderung hanya didasarkan pada rasa kagum semata dan hasrat yang tertahan.

Tak hanya kebaya

Erotisme itu tak hanya milik kebaya semata, suku Dayak Kenyah juga menyuguhkan erotisme serupa dalam balutan pakaian Ta'a. Keseksian nampak pada rok yang terbelah dari atas hingga ke bawah di bagian belakang. Dari balik belahan itulah pria Dayak menikmati erotisme yang sesungguhnya. Tepatnya rajah yang melingkar di paha dan kaki perempuan adalah keindahan yang mereka nikmati. Rajah inilah penanda erotisme dan seksualitas para wanita Dayak Kenyah.

Lalu apa yang menarik dari baju Bodo, pakaian adat masyarakat Bugis-Makassar itu? Baju berbahan kassa tipis yang nyaris transparan itu sekilas memang mirip baju tidur wanita, yang menonjolkan lekuk indah tubuh pemakainya. Konon, para perempuan Bugis dulunya tidak malu-malu mengenakannya tanpa apapun di balik busana itu, hal ini diungkapkan seorang penjelajah bernama James Brooke yang berkunjung ke Makassar di tahun 1840.

Namun, tak ada yang seksi dari gadis berbaju bodo itu, meski lekuk tubuh mereka terlihat jelas, seperti dituturkan sebagian pria Bugis. Bagi mereka, tubuh yang sering terekspos jelas itu justru secara perlahan melunturkan keseksian sang wanita. Tubuh polos dalam balutan busana transparan itu tak lagi penting, sebab orang lebih tertarik dan penasaran mengetahui sesuatu yang lebih menarik di balik tubuh tersebut. Tak lain, kecerdasan dan tutur kata seorang perempuan adalah keseksian sejati yang lebih diminati pria.

Seksualitas dalam kebudayaan

Jika dikaitkan dengan kebudayaan, sensualitas dan seksualitas memang bukan hanya perkara kedekatan raga saja. Seks adalah bagian dari budaya, yang dipelihara, ditularkan secara turun temurun dan menjadi pedoman yang memengaruhi tindakan dan prilaku seseorang dalam masyarakat. Kebudayaan serta latar belakang yang berbeda akan memengaruhi mereka dalam menilai sebuah seksualitas, sehingga seks pun dipandang dan dinilai relatif bagi setiap orang yang terbiasa hidup dalam berbagai keragaman.


Salam


Penikmat Film Biru Tak Cuma Pria


Sebuah repost

BERADA di dalam sarang penyamun bersama sekumpulan pria saat itu, membuat saya dihadapkan pada kondisi tak nyaman. Saya harus berbagi ruangan dengan pria-pria haus gairah. Dan dahaga di tengah siang yang dingin di dalam ruangan bersuhu 16 derajat itu mereka dapatkan pada sebuah tayangan sepasang anak manusia tengah telanjang.

Erangan menuju nikmat orgasme menyesaki telinga. Terlihat meski sekelebat, pria-pria yang saya akrabi dalam keseharian di tim kerja tengah duduk tak nyaman. Geser sebentar ke kanan lalu ke kiri, mengangkat pantat, mencari posisi yang pas. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal, yang tiba-tiba menyesak, melesak membuat sesak celananya.

Begitulah yang terjadi pada Vanya, lajang, seorang pekerja ditengah dominasi pria di kantornya. Vanya tentu saja merasa tidak nyaman dengan kondisi yang tengah dihadapinya tersebut.

Mata memang menatap monitor, tapi otak saya rupanya sedang tidak ingin sinkron dengan mata. Konsentrasi pun terpecah. Penasaran menggelitik hati, apa yang tengah mereka nikmati itu?, ingin mengintip, tapi rasa malu saya menahannya. Tampilan visual nan sensual sepasang manusia tengah intim rupanya berhasil memicu gairah mereka meledak-ledak.

Seorang perempuan dari kaum saya telanjang dalam film itu dan lantas menjadi objek pembangun hasrat. Gambar-gambar erotis nan dramatis sukses dihadirkan ke dalam otak mereka sebagai perangsang yang membangkitkan simpul syaraf hingga organ vital mereka mendadak sulit dikendalikan.

Vanya lantas merasa kawan-kawan prianya yang sedang asik berada di surga dunia dalam fantasi mereka itu tengah pula menghadirkan dirinya sebagai objek visualisasi seks. "Saya jadi resah, takut, jika dengan tanpa permisi mereka sempat menghadirkan saya tengah telanjang dalam imaji mereka."

Seksolog Dr Elna McIntosh menguatkan ketakutan Vanya tersebut dengan pendapatnya, "Pria tahu tidak bisa memiliki wanita idamannya, tapi mereka masih bisa melihat dan berfantasi tentangnya."

Tak hanya Vanya yang lajang, ketidaknyamanan serupa juga tak pelak menjangkiti kaum hawa yang telah memiliki pasangan. Tika, salah satunya. Ia pernah mendapati suaminya tengah asyik menikmati panasnya film "biru".

"Awalnya saya shock berat karena dia menyembunyikan file-file film itu. Namun, setelah agak lama, saya sadar, itu hal normal. Teman saya yang alim saja juga hobi nonton film begituan (blue film, red)."

Lalu, benarkah kebanyakan pria seperti itu? Terlempar komentar dari Toga menanggapi kaumnya yang menyukai film-film 'panas'. "Ini sih kata orang, penglihatan kan memang unsur sangat penting dalam seksualitas pria ya. Sementara bagi perempuan, sensualitas adalah perkara memejamkan mata. Hahaha."

Wanita juga suka

Ya, gairah pria memang mudah terstimulasi lewat rangsangan visual, sedang wanita butuh rangsangan emosional atau mental. Sementara, dari sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh BBC Radio 1 Newsbeat disebutkan, dari 1.000 responden usia 18-24 tahun, setengah dari mereka justru merasa takut jika terlalu banyak mengonsumsi video porno.

Rupanya tak hanya wanita yang jengah dan merasa malu menonton film biru, para pria juga dihinggapi perasaan yang sama. Lantas, menonton film porno secara sembunyi-sembunyi pun dipilih mereka sebagai kenikmatan tersendiri. Sensasinya lebih terasa karena berhasil memancing adrenalin terpacu deras mengalir kedalam tubuh mereka.

Ketakutan para pria-pria itu bukan tanpa bukti. Vanya mengungkapkan, agar tidak tertangkap suka menonton film biru, kawan-kawan prianya aman menyimpan koleksi file-file film ber-genre seks itu di folder berlapis pada memori komputer mereka. Bahkan, ada juga yang berani menyisipkannya pada file-file penting perusahaan.

Sementara, sebagian pria lain lebih suka menikmati film biru dengan cara memperkecil jendela tampilan video. Agar suara erangan dan desahan di film panas tersebut tak terdengar ke seluruh penjuru ruangan, para pria pun lebih memilih mengenakan headphone. "Ini lebih aman, disamping menjauhkan rekan-rekan kerja dari polusi suara ah uh ah uh," ungkap Mahendra, IT specialist di sebuah perusahaan swasta.

Fakta lain yang tak kalah mengejutkan dari penelitian oleh BBC Radio 1 Newsbeat tersebut terungkap, seorang remaja pria bisa menghabiskan dua jam setiap pekannya untuk menonton video porno. Sementara, wanita cukup menghabiskan waktu 15 menit setiap pekan untuk menonton video porno.

Meski tidak terlalu menikmati menonton video porno, wanita ternyata lebih menyukai film 'panas' yang memiliki alur cerita. "Perempuan banyak juga yang cukup suka dan menikmati film dengan adults content. Tergantung kemasan sih menurut saya. Kalau dikemas apik sih memang bisa jadi menarik. Tapi kalau cuma repetisi visual keluar-masuk-keluar gitu doang ya boseeeeeen!!!," ungkap Sabai blak-blakan.

Pendapat lain diungkap Candrakirana, "Gue terus terang nggak suka yang pure blue film, kayak eksploitasi tanpa purpose gitu. Beda seperti film 9 songs atau lie with me, masih ada ceritanya tuh."

Tumbuh dari masa kanak-kanak

Sementara, diungkap oleh Health24, aspek lain dari ketertarikan sebagian pria terhadap pornografi itu tumbuh dari masa kanak-kanaknya. Pada masa itu, anak laki-laki biasanya dilarang melihat majalah dewasa oleh orangtua, guru, dan masyarakat di lingkungannya.

"Anak laki-laki yang tengah mencari jati diri biasanya senang menantang dirinya. Bahkan, mereka melihat gambar porno sebelum mereka tahu bahwa mereka punya Mr.P (senjata mereka dalam bercinta, red). Tapi, mereka cukup tahu bahwa mereka tidak seharusnya melihat-lihat gambar porno itu," ungkap McIntosh. Karena itu, di masa pencarian jati diri inilah kebanyakan anak laki-laki rentan mengonsumsi pornografi.

Sementara, pendapat Heather Wood dari Portman Clinic mengatakan jika orang-orang yang menghabiskan waktu menonton video porno sebenarnya tidak punya banyak waktu untuk bersenang-senang. Oleh karena itu, untuk membunuh sepi dan menuntaskan gairah yang tidak sempat dilampiaskan, mereka pun lantas mencari surga dunia pada sebuah film biru.

Salam

Menjadi "Wanita Lain"


Sebuah repost

"MENCINTAI tak harus memiliki", sebuah pepatah lama menyebutkan. Bahwa cinta itu ternyata hadir dan abadi bukan pada pasangan jiwa (baca: pasangan resmi). Meski tak bisa memiliki, kekaguman, keterpesonaan serta cinta yang terkemas itu nyata-nyata ada dan telah hadir untuk dia yang lain.

Sah-sah saja jika cinta yang salah, pada tempat dan waktu yang salah itu kemudian dipersembahkan untuk sahabat, kawan kerja atau pada tetangga sebelah rumah yang (mungkin saja) memang tampan luar biasa. Ya, tepat lalu bunyi pepatah "rumput tetangga memang selalu lebih hijau daripada rumput di depan pekarangan sendiri"

Bukan tanpa dasar, para peneliti di Oklahoma State University sempat mengungkap akar dari perselingkuhan indah ini. Dari sebagian wanita sebagai objek penelitian, sebanyak 90 persennya terbukti sangat bersemangat berkencan dengan pria beristri.

Alasan itu mengemuka karena perihal insting dasar wanita yang secara otomatis menyukai persaingan terbuka, dan parahnya salah satunya adalah dengan menggoda pria yang tidak lagi berstatus single.

Hal ini diungkap Helen Fisher, PhD, seorang ahli biologi-antropolog yang juga penulis buku Why We Love, "Saat melihat seorang pria berhasil menjalin hubungan yang membahagiakan, insting wanita yang terdalam akan berpikir jahat, bahwa ia pasti bisa merasakan kebahagiaan yang sama dengan pria tersebut". Wow!

Menjadi wanita lain, perempuan yang entah keberapa bersedia dilakoni, juga cap yang melekat di dada sebagai 'perebut, perusak atau pengganggu' dan segala atribut buruk lainnya pun seperti hukuman masyarakat (sanksi sosial) yang wajib diterima. Inilah konsekuensi atas cinta yang salah namun terasa indah, bahwa cinta itu terasa nikmat meski membawa sesat.

Namun bisakah cinta yang salah ini bertahan di tengah deraan guncingan orang, perasaan menyesal dan bersalah karena mengambil yang bukan menjadi miliknya, atau yang lebih besar adalah pengkhianatan pada pasangan yang dicintai, anak yang dikasihi dan keluarga yang disayangi?

Semuanya kembali pada yang menjalani. Seberapa yakin Anda siap untuk menanggung dan membawa ke arah mana cinta yang (mungkin) salah ini akan dituju. Ingat, seringkali orang terpesona dengan 'oase' yang terlihat indah dari kejauhan, namun ternyata hanya sekedar tipuan semata. Begitu juga menyoal cinta terlarang.

Sebuah lagu lama jika iming-iming menjadikan Anda sebagai pasangan resminya itu lalu mengemuka, atau Anda justru tergiur menjadi sekedar 'investasi syahwat' baginya, yang bisa memuaskan inginnya, kapanpun, dimanapun, asal tidak ketahuan. Oh tidak, pertimbangkan masak-masak untuk memutuskan menjalani ini semua lebih dalam.

Betul kiranya sebuah penggalan lirik lagu "unintended" yang dilantunkan grup band asal Inggris, Muse. You could be my unintended, Choice to live my life extended, You should be the one I'll always love. I'll be there as soon as I can. But I'm busy mending broken pieces of the life I had before.

Anda bisa saja menjadi yang "tidak sengaja" hadir dan melingkupi hidupnya. Ia janjikan cinta itu untuk Anda, seorang. Bahkan baginya, Anda adalah 'perekat' hidupnya yang sudah hampir hancur berkeping-keping bagai puzzle. Namun lihat dan rasakanlah, saat Anda membutuhkannya, ia malah terlihat asik merekatkan kembali pecahan-pecahan hidupnya yang dulu.

Ia lebih memilih sibuk menata hati dan perasaannya, saat yang dikasihi dan dicintainya dulu memintanya kembali. See, tak ada lagi cinta yang tersisa untuk Anda yang pernah merasa percaya diri (hanya) menjadi yang kedua.


Salam

Menemukan "Soulmate"

Sebuah repost

Bagi kebanyakan perempuan, soulmate adalah manifestasi dari sebuah obsesi cinta. Kaum dari planet Venus ini ternyata lebih percaya kedatangan soulmate dalam hidup mereka adalah karena suatu alasan dan tak pernah bisa diduga.

Sedang pria memiliki pemikirannya sendiri tentang konsep soulmate ini, "Soulmate itu ada, meski tidak selalu pada akhirnya berjodoh. Menurut saya, Tuhan menciptakan segalanya dalam perfect balance. Ada kiri dan kanan, baik dan buruk, yin dan yang. Jadi, somewhere out there, pasti ada soulmate yang bikin hidup kita jadi balanced." ujar Agung Priambadha (32), pria menikah, yang berprofesi sebagai Public Relations Officer itu.

Sementara bagi Adi Restuandi (31), seorang Project Manager, konsep soulmate lebih diidentikkan dengan pasangan selingkuh. "Saya nggak percaya! Karena belum pernah mengalami. Tidak mungkin ada dua orang yang cocok 100%. Setiap orang kan ada plus minusnya. Soulmate bagi saya artinya identik dengan selingkuhan, ha ha ha..."

Tak sepenuhnya salah apapun pendapat kaum Venus dan Mars dalam menemukan soulmate di kehidupan mereka. Karena soulmate tak selalu seseorang yang bersanding dengan Anda di pelaminan saat hari bahagia pernikahan Anda. Pun, tak selalu sang belahan jiwa kita yang sebenarnya adalah seseorang yang begitu dekat dengan hati Anda saat ini.

"Saya pikir dialah sang belahan jiwa, lalu mengapa dia meninggalkan saya?"

Seorang soulmate datang untuk belajar pada Anda tentang cinta, pun dia mengajarkan sesuatu yang berharga bagi perbaikan jiwa Anda. Menyakitkannya, saat Anda telah belajar banyak dari sang soulmate, ia tiba-tiba melepaskan diri dari Anda. Maknai saja rasa sakit itu dengan sebuah pembelajaran tentang "mencintai tanpa syarat" (unconditional love).

Apakah seorang soulmate adalah pribadi yang sarat dengan romatisme? Tidak selalu. Soulmate adalah seseorang yang hadir dan memiliki keterikatan batin yang begitu kuat dengan Anda. Tak ada yang mampu menjelaskan seberapa dalam dan kuatnya ikatan itu. Anda hanya perlu belajar untuk menemukan sang soulmate. Mulailah dengan saling berbagi kasih dan sayang berlandaskan keikhlasan.

Siapapun ia, dia bisa menjadi soulmate Anda. Ia bisa datang dari lingkungan keluarga, teman bahkan rekan kerja. Ia datang membawa perubahan yang baik bagi diri dan hidup Anda. Ia ikhlas memberi tanpa mengharap menerima, seperti sebuah konsep give and take, apapun yang terbaik untuk Anda, dia akan selalu berada di belakang Anda memberi semangat. Ia juga bahagia ketika Anda bahagia. Ia adalah jiwa yang spesial, unik, mengesankan dan memberi arti bagi hidup Anda.

Lalu, mungkinkah seorang soulmate adalah seseorang yang berlawanan dengan Anda. Bisa jadi, karena tak ada yang tak mungkin ketika cinta sudah berbicara. Entah Anda berdua adalah musuh sebelumnya, semua bisa terbalik 180 derajat. Dan tepatlah sebuah kata "benci" sebagai kepanjangan dari "benar-benar cinta".

Jadi, jangan dulu menganggap pasangan Anda saat ini membuat hidup Anda lebih kelam, membuat hidup Anda tak lagi lebih hidup ketika bersamanya. Tak pelak Anda menganggap dia bukanlah soulmate Anda. Ingatlah, soulmate datang dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Anda dan dia hanya perlu belajar untuk saling mengisi dan menerima segala keterbatasan itu sebagai sesuatu yang indah dan patut disyukuri.

Ia akan selalu bisa menerima siapa Anda, menyuguhkan yang terbaik dalam diri Anda, berjalan bersisian dengan Anda dan menjadi teman terbaik Anda. Karena seorang pasangan jiwa tidak akan pernah meminta Anda untuk berubah.

Selamat menemukan pasangan jiwa!


Salam


"Pria Tampan Ke Laut Saja, Sana!.."

sebuah repost

"TIDAK perlu cakep, yang penting hatinya baik," Begitulah Mitha memuji suaminya, Danu. Pasangan Mitha dan Danu memang ibarat pasangan dalam dongeng yang melegenda, Beauty and the beast. Danu yang secara fisik kurang menarik tidak membuat Mitha lantas berpaling.

Apakah ini semacam fenomena, ketika kaum hawa tak lagi memandang pria dari segi fisiknya saja, tapi juga dari kepribadian dan kepintarannya? "Buat apa ganteng kalo otaknya kosong," jawab Mitha semangat.

Fenomena ini bahkan diperkuat dengan sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli dari University of Tennesse. Dalam penelitiannya, para ahli psikologi dari universitas tersebut melibatkan setidaknya 82 pasangan suami istri dalam rentan usia sekitar pertengahan dua puluhan yang baru enam bulan menikah dan sebelumnya pernah berpacaran selama tiga tahun.

Analisanya, para wanita cantik yang menikah dengan pria berwajah biasa justru cenderung merasa lebih bahagia dibanding memiliki pasangan tampan. Sebaliknya, pria merasa lebih bangga dan percaya diri jika memiliki istri yang cantik.

Setelah ditelaah lebih jauh, kabarnya wanita memilih pria yang tidak menarik secara fisik karena mereka lebih mempertimbangkan karakter kuat pria. Para wanita percaya, pria berkarakter kuat sanggup memesona mereka. "Kenapa saya memilih Danu, karena saya menyukai pria yang pintar dengan attitude (kepribadian-red) diri yang bagus, meski secara fisik dia tidak menarik," ungkap Mitha.

"Setampan apapun pria jika dia amburadul, pemalas, arogan, egois, suka membantah dan mau menang sendiri, mending sana ke laut aja," ujar Mitha menggebu. Pria berkarakter kuat dinilai wanita justru lebih menonjol daya tariknya. Kekuatan daya tarik menarik inilah yang lalu menjadi penentu lecutan "chemistry" yang kuat dalam batin mereka.

Atas dasar alasan fisik yang tidak menonjol, wanita pun merasa lebih tenang hidup berdampingan dengan pria kurang menarik. "Mungkin karena merasa fisiknya tidak menonjol, Danu tak pernah bersikap neko-neko" jelas Mitha.

Namun terungkap dari para ahli dari University of Tennesse, kaum pria ternyata lebih memberikan penghargaan dan pujian terhadap kecantikan pasangannnya sementara wanita lebih merasa tenang karena memiliki dukungan dan perhatian suami. Meski cantik bersifat subyektif, studi tersebut juga menunjukkan adanya beberapa standar universal mengenai kecantikan yang diingini pria pada pasangannya, misal mata yang besar, wajah manis, atau bentuk wajah simetris.

Ini menunjukkan bahwa ternyata kecantikan mutlak penting dalam tahap awal suatu hubungan asmara, ujar kepala peneliti, James McNulty dari Universitas Tennessee. Hal ini diperkuat dengan penelitian terhadap sepertiga dari partisipan yang terdiri dari kaum istri yang tampil menarik, sepertiga lagi dari golongan kaum suami yang menarik dan sisanya adalah pasangan biasa.

Secara umum, pria pun disebutkan juga akan bersikap positif terhadap wanita atau istrinya yang terlihat cantik. Menariknya, penemuan ini mendapatkan pembenaran dari Dan Ariely, seorang profesor yang mengamati perilaku ekonomi di Program MIT di Media Arts and Sciences and Sloan School of Management.

"Pria sangat sensitif kepada wanita yang menarik. Sementara kaum wanita justru lebih peka terhadap tinggi badan dan penghasilan seorang pria," Bisa jadi ungkapan Dan ini mungkin yang lalu mendasari sebagian wanita menyukai pria berkantong tebal, meski tidak tampan namun tinggi tubuhnya ideal. Hingga banyak orang menjuluki wanita sebagai pribadi yang materialistis.

Sebenarnya dari hasil penelitian ini bisa menjadi cermin atas sebuah hubungan yang bisa saling menguntungkan, berkualitas dan saling mengisi. Suami yang kurang menarik pasti merasa bersyukur mendapatkan sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih daripada yang mungkin bisa ia dapat. Rasa bersyukurnya ini yang lalu ditunjukkan dengan berusaha keras menjaga hubungan asmara dan pernikahannya tetap berjalan baik. Seperti juga terwujud lewat sikap tidak neko-neko yang ditunjukkan Danu pada Mitha.

"Sebaliknya pria yang tampil dengan fisik menarik cenderung akan merasa hebat seperti berada diatas angin, anggapannya mereka bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik dibandingkan pasangannya saat ini," ungkap McNulty. Bahanyanya, kecederungan inilah yang seringkali menjadi penyebab timbulnya penyakit "selingkuh' yang tumbuh subur di dalam sebuah keluarga.

Namun nyatanya, wanita kini semakin cerdas dan bijak menanggapi hasil penelitian ini dengan tidak lagi condong untuk memilih pasangan yang rupawan. Pilihan yang menjanjikan pun jatuh pada pria yang fisiknya kurang menarik. "karena lebih nyaman dan tenang berada dekat dengan mereka. Pria seperti ini juga bersikap mendukung dan sangat pengertian, "ungkap beberapa partisipan.

Apapun hasil penelitian yang telah dilakukan para ahli tersebut, kembali lagi ini hal yang manusiawi. Bahwa perkara ganteng atau tidak, menarik atau tidak itu semuanya relatif untuk setiap pribadi. Tentu saja penampilan bukanlah parameter utama dalam menilai seseorang.

Percaya saja segala sesuatu yang tidak memiliki arti bisa begitu berarti jika kita bersedia untuk mencoba memaknainya, karena disetiap kekurangan yang dimiliki pasangan pasti terselip 'nilai lebih' yang jauh lebih berarti.

salam