Friday, October 26, 2018

Sarari, Cegah Kanker Payudara Sejak Dini

Kanker adalah suatu kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.

Berdasarkan data di organisasi kesehatan dunia (WHO), kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai sekitar 40 kasus setiap 100.000 penduduk pada tahun 2012. 

Dibandingkan dengan negara tetangga kita, Malaysia, kanker payudara di Indonesia lebih banyak diderita oleh wanita usia muda dan pada tahap yang lebih lanjut. Namun, Kanker payudara tidak hanya menyerang kaum wanita tapi juga pria walaupun jarang.

Dr Subianto, spesialis bedah tumor dari RS Columbia Asia mengatakan gejala kanker payudara biasanya tidak terdeteksi. Karena itu, pemeriksaan payudara sendiri (sarari) setiap bulan sebaiknya dilakukan sebagai tindakan pencegahan sejak dini.

Sarari dianjurkan sesudah haid hari ketujuh sampai kesepuluh sejak hari haid pertama. Lalu, mengapa pada rentang tersebut yang lebih baik untuk diambil? Dr Subianto menjelaskan, "karena hormon estrogen paling rendah, sehingga retensi cairan pada tubuh termasuk payudara lebih rendah. Hal ini memudahkan untuk meraba benjolan pada payudara."

Belum diketahui penyebab timbulnya kanker payudara. Lebih jelasnya, karena dipengaruhi faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam yakni faktor genetik. 

"Apabila ada ibu atau saudara perempuan yang pernah terkena kanker, maka kita harus waspada," imbuh Dr Subianto.

Pemicu kanker payudara dari luar adalah dari pola makan yang terlalu banyak mengandung kolesterol. Seperti kita ketahui, kolesterol menjadi bahan dasar membentuk hormon estrogen. "Sehingga bila hormon estrogen banyak, maka rangsangan terhadap payudara juga tinggi," jelasnya.

Agar bisa lebih dini dicegah, segera diwaspadai adanya benjolan pada payudara sampai terbukti secara hisapatologis sel kanker tersebut tidak ganas. "Puting susu yang gatal, dan tidak juga sembuh juga harus dicurigai sebagai gejala awal kanker payudara. Apalagi jika keluar cairan pada puting payudara, terutama dengan warna seperti cucian daging."

Mengenai benar tidaknya kanker payudara lebih rentan terjadi pada wanita yang tidak menyusui atau tidak hamil, Dr Subianto mengungkapkan, pada wanita yang menyusui dan hamil tidak mengalami haid. Pada fase menyusui dan hamil inilah payudara dan sel-sel di dalamnya diberi kesempatan beristiraha. "Secara statistik, memang ada kemungkinan pada wanita yang tidak menyusui terkena kanker payudara lebih tinggi, karena terus menerus ada rangasangan pada payudara," ungkap Dr Subianto.

Ia menegaskan juga, sebaiknya pengguna KB yang pernah terkena tumor jinak pada payudara disarankan tidak menggunakan KB hormonal (pil, susuk, dan suntik). Penggunaan KB hormonal yang bisa memicu naiknya hormon estrogen juga perlu mempertimbangkan faktor usia. "Usia lanjut sebaiknya tidak menggunakan KB hormonal," imbuhnya.

Dr Subianto menggarisbawahi, "Pada hakekatnya semua orang bisa terkena kanker, dengan prosentase satu persen penderita kanker payudara pada laki-laki. Jadi, Tuhan sebenarnya sudah menyusun sistem agar sel tubuh mampu membelah diri (memperbaiki diri). Jadi, kenapa kanker timbul? hal itu karena sel tubuh tidak melakukan tugasnya untuk memperbaiki diri."

Diungkapkannya, sebesar 70-80 persen, pasien datang kepada dokter pada usia stadium lanjut. Ini amat disesalkan. Untuk itu,  mendeteksi lebih dini gejala kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan pada payudara sendiri sangat diperlukan.

"Perlu sarari (pemeriksaan payudara sendiri) sejak dini, dan pada yang sudah usia menopouse harus rajin memeriksakan diri ke dokter. Apabila ada benjolan pada payudara harus segera diwaspadai."

Lantas, apa saja terapi yang diperlukan bagi penderita kanker. 

"Kita perlu melihat dulu stadiumnya melalui metode TNM. Tumor size (ukuran), Node (kelenjar getah bening regional), Metastasis (anak sebar). Di samping itu, tergantung pemeriksaan tambahan yang lebih tepat lagi (terapi). Karena prinsipnya memberi terapi pada pasien kanker payudara adalah seperti tailoring, artinya tidak semua kasus kanker payudara memerlukan terapi yang sama," jelas Dr Subianto.

Kanker payudara bisa "sembuh". "Tahun pertama setelah dimanipulasi dengan terapi yang baik kemungkinan recurrant ada, namun di tahun kedua, ketiga, keempat. kondisi pasien jauh menurun. Dan di tahun kelima lebih, ada kemungkinan recurrant itu tumbuh lagi. Namun tak perlu dikhawatrikan, semakin lama, teknik pemeriksaan kanker semakin bagus, meski dengan kemajuan pelan namun pasti."

Aman tidakkah mengobati kanker dengan tanaman herbal, dok? Dokter Subianto menjelaskan, herbal hanya pelengkap dan alternatif saja dari pengobatan. 

"Biasanya yang merugikan di Indonesia, banyak orang lebih memilih pengobatan alternatif dulu. Padahal tidak semua kandungan pada tanaman herbal, memiliki efek menyembuhkan bagi tubuh. Misal kulit manggis. Unsur kandungannya banyak sekali, ada yang bermanfaat ada yang merugikan. Namun, unsur yang bermanfaat mungkin lebih sedikit dari unsur yang merugikan. Hal ini yang menyebabkan, satu penyakit sembuh, muncul penyakit baru," demikian dijelaskan Dr Subianto.

Dengan pemeriksaan EHC, dijelaskan Dr Subianto, tidak perlu menggunakan kemoterapi, hanya hormonal terapi. Meski tetap ada persyaratan tertentu. "Namun apabila sudah stadium lanjut, maka kita harus melakukan tindak operasi pengangkatan payudara, radiasi, kemoterapi yang semuanya mengeluarkan biaya tak sedikit."

Sementara, jika kanker payudara sudah diketahui sejak stadium awal, tindakan dokter tidak mengangkat seluruh payudara.

"Kita ambil benjolan dengan jaringan sehat sekitarnya dan dilakukan pembersihan saja. Payudara masih utuh meskipun sebagian diambil namun bentuk dan putingnya masih ada. Itu harus memenuhi persyaratan tertentu," jelasnya.

Untuk itu, sebaiknya pencegahan sejak dini terhadap penyakit ini sangat diperlukan. "Makin awal gejala diketahui makin bagus, hasil pencegahannya lebih baik. survival lifenya juga jauh lebih baik," tandasnya.

* Akan ada masanya segala usaha kita menjadi berguna. Tak sia-sia. Satu lagi, artikel kesehatan yang pernah saya susun, dengan narsum om sendiri. Di mana jauh lebih tegang dibanding mewawancarai narsum lain. 😊

Friday, October 19, 2018

Singa Sabana yang Sombong

Seekor singa yang sangat besar, kuat dan gagah hidup di sebuah padang luas Sabana di Afrika. Ia dikenal sebagai si Raja Sabana, singa penguasa dan pejantan terkuat. Di antara penghuni padang luas Sabana, Raja dikenal sangat sombong dan tidak pernah mau mendengarkan kawan-kawannya.

Raja Sabana ganas dan terkenal suka melibas mangsa-mangsanya tanpa ampun. Tuhan menciptakannya begitu sempurna dengan kemampuannya bertempur dan berburu. Raja memiliki otot besar dan kaki belakang yang kuat, yang memungkinkannya menerkam mangsanya dengan mudah. Cakar dan rahangnya kuat. Giginya tajam dan surai lebat di wajahnya membuatnya semakin terlihat angkuh.

Saat cuaca panas, Raja lebih senang duduk di bawah pohon sembari menikmati semilir angin. Ia tak akan berkutik meski semut-semut rangrang di atas pohon melewati tubuhnya.

Raja sedikit terusik saat semut-semut itu berbaris rapi keluar sarangnya hendak mencari makan. "Kenapa kalian harus bersusah payah mencari makan beramai-ramai seperti ini. Lihat aku, aku bisa bertahan hidup meski tak ada kawan-kawan singaku yang membantu," ujar Raja angkuh.

Semut-semut itu mendengarkan Raja bicara, tapi terus berbaris rapi menuruni pohon. Salah satu semut, yang diketahui sebagai pemimpin dalam kelompok semut itu tak senang mendengar keangkuhan Raja, "karena kami kecil, apakah lantas kami tak bisa menjadi sekuat dirimu, wahai Raja?," ujarnya."

"Kalau saja aku mau, tubuh kecilmu itu sudah remuk, dan mati karena tergilas kaki besarku," kata Raja sembari mendongak sombong.

Namun, semut-semut itu tak mau menggubris kesombongan Raja. Mereka tetap berbaris rapi dan meninggalkan Raja yang masih asyik beristirahat di bawah pohon. 

Semut dikenal sebagai hewan yang rajin dan juga ramah. Mereka selalu bergotong-royong saling membantu mencari makanan yang lalu dikumpulkan di sarang yang mereka bangun bersama-sama.

"Sudah-sudah, perkataan Raja tidak usah didengarkan. Suatu saat nanti dia akan terkena batu atas ucapannya sendiri," kata pemimpin semut.

Bertahun-tahun Raja menjadi penguasa Sabana. Selalu ada sekawanan singa-singa muda yang ingin menggeser posisinya sebagai penguasa, tapi Raja nyata-nyata terlalu kuat. 

Musim demi musim berlalu, Raja tak menyadari dirinya semakin tua dan tak lagi gesit seperti dulu lagi. Kekuatannya berkurang. Ia tak lagi ganas. Tubuhnya layu dimakan usia, dan ia mulai sering sakit-sakitan. Raja tak lagi jadi penguasa, dan hidup sengsara dengan sisa-sisa tenaga yang masih dimilikinya.

Melihat semut-semut yang dari musim ke musim semakin kuat dan solid bahu membahu mencari makan dan membuat sarang yang lebih besar, Raja diam-diam iri.

Tapi bukan Raja yang mau mengakui kelemahannya. Ia tetap merasa dirinya kuat. Meski ia tetap seperti dulu, kesepian, tak memiliki teman. Kini, Raja pun hanya memakan sisa-sisa daging yang ditinggalkan kawan-kawannya. 

Raja yang kondisinya semakin melemah dari waktu ke waktu membuat semut-semut yang tinggal tak jauh dari tempat Raja bernaung ingin sekali membantu. 

Pemimpin semut dalam sarangnya lalu mengatur strategi, mengerahkan para semut untuk membantu mencari makanan bagi Raja.

"Jangan lihat bagaimana dia dulu meremehkan kemampuan kita, tapi inilah saatnya membuktikan apa yang dikatakanya tentang kita selama ini salah. Ayo, tunjukkan kita bisa membantunya dengan segenap kekuatan yang kita punya," seru pemimpin semut.

Dengan bantuan berbagai koloni semut yang hidup di luasnya hamparan sabana, hampir setiap hari, tanpa kenal lelah mereka mengumpulkan daging segar untuk Raja. Akhirnya, sedikit demi sedikit daging-daging untuk persediaan makanan Raja terkumpul. 

Betapa malunya Raja yang mengetahui hal itu. Iapun menyesal telah bersikap sombong selama ini. 

Ia berkata, "aku tak mengira kesombonganku akan berbalas kebaikan dari kalian semua, semut-semut. Aku malu dan tak sepantasnya aku menyombongkan diri. Maafkan aku, ya."

"Sesungguhnya tak ada kesombongan yang akan bertahan di muka bumi ini, Raja. Semuanya akan jatuh dengan kehancuran. Bagus kamu sudah menyadari sikap burukmu. Dan tak ada lawan untukmu, jika kamu mau menganggap semuanya sebagai kawan," ujar Semut bijak. 

Jangan Abaikan Kebiasaan Mendengkur Saat Tidur


Ketika waktu tidur kita justru terasa melelahkan, maka kita harus waspada. Bisa jadi karena sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Sleep apnea ini ditandai dengan dengkur dan terbangun karena seperti tersendak saat tidur. Dengkur terjadi karena adanya struktur dalam saluran napas kita yang bergetar karena aliran udara, biasanya di posisi tersebut terjadi penyempitan. 

Saat tidur, otot-otot tenggorokan menjadi rileks dan lemas. Biasanya pelemasan otot tenggorokan ini tidak berpengaruh pada kebanyakan orang, tapi bagi penderita apnea tidur, otot menjadi terlalu lemas hingga menyebabkan penyempitan atau bahkan menutupi saluran udara. Ini yang lalu kita sebut dengan kebiasaan mendengkur (mengorok).

Meski mendengkur adalah hal biasa yang sering kita alami, namun sesungguhnya mendengkur bukanlah hal normal, bahkan mendengkur bisa memperpendek umur. "Kalau orang mendengkur, maka oksigen dalam darahnya makin tidak senormal orang normal," ungkap Dr Henny Kartikawati, Mkes SpTHT-KL dari RS Columbia Asia Semarang.

Dijelaskan, hambatan pernapasan yang terus menerus karena mendengkur bisa mengakibatkan gangguan jantung, hipertensi, mengantuk di siang hari sehingga saat mengemudi kendaraan bisa membahayakan jiwa, atau bahkan kematian mendadak karena sleep apnea (henti napas saat tidur). 

Untuk menikmati "good night sleep" bagi kita para pendengkur, maka banyak hal yang perlu kita ketahui. Snoring atau mendengkur atau mengorok hanya akan muncul jika ada hambatan aliran pernapasan. Bisa terjadi hambatan di hidung, di mulut dan atau di tenggorok. Tepatnya lokasi mana yang menimbulkan bunyi dan menghambat pernapasan tersebut perlu pemeriksaan lebih lanjut dari dokter spesialis THT.

Pemeriksaannya sangat variatif. Secara pemeriksaan fisik bisa diperkirakan letak hambatan pernafasan misal: Concha hipertrophy (kerang hidung yang besar), tonsil hipertrophy (amandel yang besar), lidah besar, kegemukan (obesitas) akibatnya timbunan lemak di dinding tenggorokpun menebal sehingga rongga aliran nafas menjadi sempit sehingga bisa menghambat pernafasan. Langit langit tenggorok yang kendor dan anak tekak (uvula) yang panjangpun bisa menimbulkan bunyi pada dengkur. 

"Kecapekan bisa menimbulkan dengkur, karena terjadi relaksasi maksimal semua otot, sehingga lidah jatuh ke belakang, membuat lidah menjadi penghalang aliran udara, jelas Dr Henny.

Radang tenggorok kronis, dahak yang selalu ada tiap pagi, mulut kering kerap kali juga disebabkan karena dengkur. Jadi jika dengkurnya tidak disembuhkan maka tenggorokan tidak pernah nyaman.

Amati gaya dengkur pasangan tidur Anda, kalau perlu videokan kemudian berkonsultasilah dengan dokter THT, dokter jantung atau dokter paru. Mereka akan memberikan penjelasan terkait dengkur pasangan Anda. Resiko kesehatan yang bisa muncul akibat dengkur ini, harus dilihat kasus perkasus karena masing-masing pendengkur permasalahannya bisa berbeda-beda dan penangannya juga berbeda-beda. 

Bisa disimpulkan, bahwa obstructive sleep apnea (mengorok yang sampai menghambat aliran napas) adalah penyakit struktur yang hanya bisa diatasi dengan melonggarkan struktur yang menyumbat tadi.

Misal karena kerang hidung besar maka bisa dilakukan tindakan concha reductie atau conchotomy untuk mengecilkannya. Bila yang masalah adalah amandel yang besar maka pengangkatan amandel adalah solusi. Bila kegemukan maka solusinya menguruskan badan. Bila langit-langit dan anak tekak yang kendor solusiya dengan UPPP (uvulo pharyngo palato plasty). Besarnya lidah bisa diatasi dengan operasi tongue base channeling (mengkerutkan basis lidah).

Penanganan dengkur yang sampai menghambat pernafasan ini tidak hanya dengan cara operasi. Penggunaan alat seperti chin retractor, mouth piece tounge device, CPAP (continuous positive airway pressure) adalah pilihan disesuaikan dengan di level mana terjadi hambatan pernafasan pada penderita. Bila cara penggunaan alat-alat bantu tersebut masih belum memberi rasa nyaman pasien dan pasangan tidur, maka tindakan operatif adalah solusi.

Operasi untuk masalah obstuructive sleep apnea saat ini setelah ditemukan teknologi plasma coblation, bukanlah operasi yang berbahaya. Alat plasma coblation ini memiliki triple function pada satu ujung (sucction, controlled ablation, dripping NaCl), akibatnya hasil potongannya bisa dibilang tidak berdarah, tidak terbakar (karena suhunya hanya 40 derajat celcius) dan endingnya terbentuk pengkerutan.

Pengkerutan untuk kerang hidung yang besar, langit langit tenggorok yang kendor dan basis lidah yang besar adalah hal yang kita inginkan untuk memperlebar jalan napas pada kasus dengkur. Dan saat ini di negara maju, alat plasma coblation ini sudah sangat biasa digunakan untuk operasi pengangkatan amandel disebabkan tingkat keamanannya yang tinggi. Operasi UPPP (uvulo pharyngo palato plasty) juga sangat terbantu jika menggunakan alat ini.

* Salah satu artikel kesehatan yang pernah saya tulis untuk keperluan buletin kesehatan RS Columbia Asia Semarang. Menyenangkan kembali mengingat perjalanan menuju ke sana. Meet and greet with the doctor, dan banyak dapat sharing ilmu kesehatan. Next time, semoga akan ada masanya kembali ke sana. Be there done that!