Wednesday, January 09, 2019

Menyibak Rahasia Alam

ADA banyak hal yang terjadi di dalam kehidupan, pada semesta yang luas ini yang lalu menyimpan banyak rahasia dan misterinya. Ajaib dan langka, begitulah ketika anak-anak dengan imajinasi mereka lalu membayangkan alien dan piring terbang memasuki galaksi Bima Sakti, di mana Bumi berdiam di sana.

Rasa penasaran mereka tentu saja belum tuntas terjawab, hingga mereka perlu menyenangi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk mencari tahu jawabannya.

Rasa penasaran, inilah kunci terpenting bagi anak-anak yang ingin menyenangi pelajaran IPA, ungkap Dr. Asep Yoyo Wardaya, M.Si, Dosen Fisika Teori Jurusan Fisika, di Fakultas MIPA, Undip.

"Harus ada rasa penasaran yang begitu besar dulu pada keindahan dan keteraturan alam semesta. Misalnya saja, kenapa sih bisa terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, yang semuanya tersebut berada di luar jangkauan kita sebagai manusia," ujar Asep, demikian ia biasa disapa.

Tentang adanya kehidupan di Mars, yang diperoleh dari sumber Nasa, di mana data temuannya dari Compact Reconnaissance Imaging Spectrometer for Mars (CRISM) dan instrumen lainnya pada Orbit Pengintaian NASA di Mars, Asep pun memiliki pendapatnya sendiri.

"Mars memang memiliki kemiripan dengan bumi. Mengenai informasi yang menyebutkan tanah di Mars bisa ditanami, itu mungkin saja. Namun, tanaman yang bisa tumbuh di sana adalah tumbuhan tingkat rendah, karena keadaan alam di sana yang berbeda dengan bumi, dengan suhu yang lebih tinggi seperti di Antartika. Jadi kemungkinan Mars bisa dihuni, masih perlu dilakukan penelitian lebih mendalam," ungkapnya menjelaskan.

Sementara, kabar tentang Pluto yang tidak lagi masuk ke dalam 9 planet di tata surya kita, Asep menjelaskan, "Pluto adalah planet yang jaraknya ribuan kilometer dari matahari, ukurannya pun juga hanya setengah dari ukuran bumi. Dari segi ukurannya yang lebih mirip asteroid, Pluto pun dianggap tidak lagi masuk dalam kategori planet," jelasnya.

Lantas, bagaimana Asep menyikapi kejadian langka adanya piring terbang yang melintasi bumi dan makhluk luar angkasa bernama alien?

Asep menjelaskan dari kacamata pemikirannya, bahwa di kehidupan alam semesta, planet seperti juga bumi dan 200 miliar lebih bintang berada dalam lingkup galaksi Bima Sakti. "Piring terbang itu bisa jadi wujud dari bintang-bintang dalam galaksi kita, atau bintang yang datangnya justru dari galaksi lain," ujarnya sambil terkekeh.

Alien dan Meteor

Menurut hukum relativitas Einstein, demikian Asep mencoba memaparkan tentang fenomena alien, disebutkan bahwa ruang dan waktu itu bersatu, di mana kecepatan paling tinggi adalah kecepatan cahaya.

"Jadi, singkatnya, kita sebenarnya bisa kembali ke masa silam dan menciptakan dimensi lebih dari satu, dan Alien mungkin saja makhluk yang datang dari dimensi lain tersebut," jelasnya.

Dan, ketika meteor diramalkan akan menabrak bumi, Asep memercayai itu sebagai tanda kiamat kecil. Dijelaskannya, galaksi bima sakti mengitari bumi di mana matahari mengalami perputarannya pada galaksi tersebut. "Pada masa jaman purba, bumi berada pada daerah lintasan yang rapat meteor. Meteor yang jatuh ke bumi lalu membuat peradaban di jaman purba hilang, " jelasnya

"Nah, dipercayai bahwa setelah jutaan tahun, matahari kembali berputar pada lintasan yang sama pada saat jaman purba itu terjadi, di mana meteor begitu rapat dan berpotensi menabrak bumi. Inilah yang lalu kita sebut sebagai kiamat kecil," imbuhnya.

Diakui Asep, penelitian yang terus berkembang di masa kini, hingga selalu muncul pembaruan di bidang ilmu fisika modern, perlu juga didasari penelitian mendalam dan data-data yang akurat, "meski itu tak lepas juga dari imajinasi anak-anak yang terus tumbuh, sehingga selalu ada keinginan untuk menemukan dan menciptakan hal-hal baru," pungkasnya.

* Yang terserak di antara folder dilaptop, kemudian dikumpulkan sebagai portofolio. sebagai pengingat, bahwa menyenangkan rasanya (pernah) menjadi kontributor suplemen anak (Junior).