Periuk cantik (watrungsatekamu.org)
SEORANG perajin tanah liat yang karyanya sudah sangat terkenal di penjuru negeri membuatkan periuk untuk istrinya yang gemar memasak. Ia sudah membuatkan istrinya beberapa periuk yang hingga kini masih setia menjadi wadah memasak.
Periuk-periuk yang ia buat dikumpulkan istrinya dalam rak alat-alat memasak di dapur. Karena kerap dipakai memasak, periuk-periuk tua itu pun terlihat tua dan hitam legam.
Namun suatu hari, atas permintaan istrinya, si perajin tanah liat kembali membuat satu buah periuk. Istrinya merasa periuk-periuk tuanya perlu pengganti. Dan jadilah sebuah periuk baru yang cantik.
Periuk itu diletakkan bersama dengan periuk-periuk tua di atas rak dapur. Periuk-periuk tua pun terlihat sangat senang kedatangan satu teman periuk yang cantik.
"Hai, kamu baru ya? kenalkan kami periuk-periuk yang sudah lama tinggal di rak ini," ujar salah satu periuk tua yang paling legam di antara periuk lainnya.
Periuk baru hanya melirik sekilas, "iya, aku sudah tahu kok. Terlihat sekali dari legamnya kulitmu. Pasti kamu sering sekali dipakai memasak, ya?."
Periuk-periuk lain penghuni lama rak dapur kaget, "Sombong sekali sih, kamu. Iya, sebentar paling-paling nasib kamu juga akan sama seperti kami. Disiksa tungku panas, dan menghitam," ujar salah satu periuk tua gemas.
Periuk baru nan muda dan cantik itu sepertinya tak peduli. Ia makin terlihat angkuh di pojokan rak. Ia memilih tidak tersentuh periuk-periuk lainnya, karena takut tubuhnya ternoda hitam. Dalam hatinya ia berharap tidak pernah dipilih untuk menjadi wadah memasak.
"Huh, seharusnya bukan di sini tempatku. di sini kotor dan menjijikkan," periuk baru seperti menyesali keberadaannya di rak itu.
Istri si perajin tanah liat diketahui sangat gemar memasak. Beragam macam masakan lezat telah ia buat dengan periuk-periuk tua yang menjadi penghuni tetap rak dapurnya.
"Ketahuilah wahai periuk muda, Tuanmu itu selalu memilih kami sebagai wadah masakannya. Panasnya bara api tungku yang menyentuh tubuh sudah jadi hal biasa bagi kami. Kamu tahu, saat dicuci, tubuh kami disikat, sakit sekali. Tapi, kesakitan kami terbayar, kami merasa lebih berguna daripada kamu yang cantik tapi sama sekali tak berguna," kata periuk paling tua.
Periuk muda geram, dalam hatinya ia membenarkan perkataan periuk paling tua. Namun, periuk muda tetap tak mau kalah. Ia membalas perkataan periuk paling tua.
"Biar saja. Tempatku memang bukan di sini. Saatnya nanti aku pasti akan dipindah ke tempat yang lebih baik," periuk baru semakin angkuh
Periuk cantik itu rupanya lupa, dirinya dulu hanya seonggok tanah liat tak berbentuk. Kehadirannya diharapkan bisa berguna, tapi ia terlalu sibuk dengan kecantikan yang dimilikinya.
Hingga tibalah suatu hari, keluarga perajin tanah liat menggelar hajatan besar. Istri perajin tanah liat terlihat begitu sibuk mempersiapkan berbagai masakan di dapurnya. Semua tetangga ikut membantu memasak. Tak ayal, peralatan dapur terpakai semua, tak terkecuali periuk muda nan cantik ikut terpakai untuk memasak air.
Periuk muda tampak gugup, keringat dingin keluar dari tubuhnya. Ia ketakutan saat akan didudukkan di atas tungku api panas itu. "Hei, lihat si periuk muda itu keliatan takut sekali. Wajahnya pucat," periuk paling tua merasa kasihan, tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Periuk muda di atas tungku api berteriak-teriak kepanasan. Saat air dalam wadahnya mendidih, periuk muda diangkat dari atas tungku. Namun, karena sibuknya suasana di dapur itu, periuk muda yang dibawa terjatuh dan "praaaang!!", pecah berkeping-keping.
Suasana dapur seketika menjadi gaduh. Sisa-sisa periuk yang hancur berkeping-keping disapu bersih. dan kini, periuk muda pasrah dibuang di tempat sampah di pojokan dapur. Tempat yang sepantasnya untuk dirinya yang sombong.
*Karya lama yang masih diingat anak lanang...dongeng pengantar sebelum tidur