Monday, March 12, 2012

Samudra, Pria Penunggu Senja

Dra, Pria yang datang dengan ketabahan hati..

"Aku merasa bisa jatuh hati pada siapa saja, wanita cerdas, mandiri, cuek, mengerti kodratnya." Dra tengah mengarahkan panah itu tepat ke hati Nja, wanita yang telah mencuri hatinya, mengalihkan dunianya.

Dra ingin bisa menyentuh keindahan Senja, tak apa pula jika Nja ternyata hanya mengijinkannya sekedar dekat dan mengenal dunianya. Dra lalu menemukan ruang nyaman ini, sebuah ruang penyatuan imaji dan fantasi, sebagaimana harapan Dra mengenal Senja, nyata.

"Apakah kamu masih mencari pinjaman crayon warna-warni untuk melukis langit, aku punya dan senang berbagi denganmu, Nja." Sapa pertama Dra di ruang hati Senja.

"Masih, aku masih sangat senang melukis langit, Dra, karena langit adalah duniaku. Akulah serupa semburat jingga keemasan terlukis di langit. Indah namun juga menyimpan berjuta misteri. Boleh aku pinjam crayonmu? aku ingin melukis senjaku dengan sebentuk pelangi."

Dra yang tabah menunggu saat Nja bersedia menyapanya, begitu girang mendapati salam hangat Nja "dan sekedar berteman, mendapati sapaan hangat darimu adalah indah, Nja"

"Kau tahu, Nja, mengingat dirimu diantara tumpukan kenangan masa-masa kuliah kita, aku yang kini merasa bodoh, bisa begitu abai pada hadirmu yang begitu indah."

"Karya-karyamu telah mencuri perhatianku," Tak surut gentar Dra mencari jejak-jejak Senja di banyak tempat, "membaca catatanmu, berkunjung ke rumah pelangimu seperti sebuah ekstase yang mendebarkan. Kamu seperti menggoda, mengajakku masuk ke dalam alam pikirmu, memanjakan imajiku dan aku yang lalu berharap ini tak sekedar fantasi." Inilah penghiburan bagi Dra, meski hanya bisa membaca karya-karya Senja. Perlahan, dan suara itu begitu jelas terdengar dari dalam bilik hatinya, mengusik, menggelitik hatinya untuk berkata..

"I Adore u, Nja." bisik Dra lirih.

menyanding hebatmu
dengan kebiasaanku, yang sangat biasa
menjadi temanmu
adalah istimewa

"Hebat, itu terlalu jauh dari kesan seorang Nja, Dra..dan menjadi yang istimewa di hatimu, pun sepertinya terlalu jauh aku percaya itu." Senja merasa tak perlu buru-buru percaya pada suara hati Dra, dan ia memilih menangkis pujian hebat itu.

langkahku adalah gelombang, deburnya meriak senang
tetes embun wujud wajahku, samudra kuasaku

Nja hanya mengenal Dra yang ceria, pria flamboyan, sang pemuja ulung, dan kini ia datang padanya, menyanjungnya sedemikian rupa. "Apakah aku tengah berada dalam jeratmu, wahai pemuja?" membuat Nja perlu menajamkan akal sehatnya dan mengabaikan sementara intuisinya. "Logikaku tak boleh mati hanya karena terkalahkan rasa hati yang belum sepenuhnya bisa kucerna. Maaf, Dra."

"Aku tidak bisa membaca hatiku, Nja, aku hanya bisa menyuarakannya. Aku cari buku manual untuk membaca hati, tetap tidak ada yang menjual. Maaf, apa kejujuran hatiku terasa berlebihan, Nja? Karena sosokmu dalam pemahamanku adalah seperti itu. Aku berjanji tidak akan merepotkanmu."

Dra, pria yang tabah itu lalu kembali terpekur di sudut ruang gelap, dan tetap menunggu Nja kembali menyapanya..

"Dan saat semua tidak berpihak padaku, sangat besar inginku kembali kepada alam..dan menunggumu di senja, menatap indahmu dari samudraku yang luas, ditemani riak gelombangku yang begitu tenang adalah ikhlasku. Aku rela, Nja.."