Saturday, December 16, 2006

5 tahun yang lalu..

'Bundaaaa'

bocah perempuan 5 tahun itu berlari menghampiri Fatia
'bunda, ayo kita pulang!'..Mutia berlari kecil menyambut Fatia yang muncul dari kejauhan

Fatia melangkah menunduk tergesa, melewati salah satu meja di tengah resto itu,

sepasang mata dari kejauhan menatap Fatia yang berlalu...mata Faisal

5 tahun yang lalu,
Fatia meraung tak bersedia menggugurkan kandungannya, menangis memohon untuk dinikahi. Janin di dalam perutnya semakin membesar sedang dirinya bimbang dan memilih menjadi pengecut, karena telah berkeluarga saat itu.

5 tahun yang lalu,
Faisal meninggalkan Fatia dan Mutia..tanpa cinta, tanpa kasih sayang

'Mutia, maafkan Ayah..'


Tuesday, December 12, 2006

recharge

Saya baru saja kembali dari recharge energi. Layaknya baterai yang udah low saya butuh di'recharge' biar tambah semangat.Maklum saja, saya mulai penat dan letih dengan rutinitas kerjaan senin-sabtu dari 8-16.

Tgl 8 Des 2006 saya dan bunda berangkat ke Bogor, demi memenuhi undangan Kakak saya yang memang akan menggelar acara Akikah putra keduanya. Kami naik kereta jumat malam dan tiba sabtu pagi jam 3 subuh di Stasiun Jatinegara, dijemput kakak ipar dan langsung meluncur ke Gunung Putri, Bogor. Betapa senangnya saya melihat Nadya, ponakan saya yang pertama semakin tumbuh besar dan menggemaskan. Tertawanya lepas dengan gigi besar mirip kelinci. Bicaranya tak terlalu jelas..saya pikir itulah bahasa planet Nadya..yang hanya bisa dipahami dirinya sendiri, dan orang lainpun hanya bisa mereka reka kata yang terucap dari bibir mungilnya.

Ponakan saya yang keduapun begitu menggemaskan. Affan Kamal Ramadhan., lahir 21 oktober 2006 yang lalu. Affan makin besar dan montok..padahal usianya juga baru sebulan tapi sudah semakin kelihatan besar dan berat. Tapi sayangnya, ketika saya disana baby ini rewel terus, mungkin karena pilek. Tiap kali menatap matanya yang besar dan melihatnya tersenyum, saya terkesima. Saya jadi ingin cepat cepat punya baby sendiri.

Disana saya tidak hanya recharge energi a.k.a liburan. Saya belajar banyak dari kaka saya, bagaimana merawat baby-nya. Mulai dari menggendongnya, menidurkan bayinya, mengajaknya bercanda, memandikan, memberinya ASI, mengganti juga popoknya ketika Affan mulai pup dan pipis. Melelahkan sekali pastinya. Tiap kali melihat mata kakak saya yang sayu, saya tahu dia pasti lelah. Jam tidurnya otomatis mengikuti jam tidur baby-nya. Hmm..jadi saya akan merasakan seperti ini nantinya :)..tapi biarpun lelah saya yakin orang tua manapun tak akan pernah lelah dan letih memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak anaknya.

Saya dan Bunda hanya sebentar di Bogor, tepatnya hanya sehari dua malam saja. Tapi itu sudah cukup membuat saya senang, walopun sempat merasa sedih juga secara ada masalah pribadi yang benar benar di luar dugaan bisa menimpa saya. Tapi saya harus kuat, saya mesti bersabar dan belajar dari cobaan ini. Di tengah kegembiraan keluarga saya, saya mensti mengecap pil pahit atas sesuatu yang saya pilih untuk saya tanggung resikonya.

Alhamdulillah, hari ini saya sudah kembali mendapatkan 'energi' untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Jadi sekarang saya siap untuk kembali bergabung dengan kalian semua..*hugs*


Tuesday, December 05, 2006

bocah malang itu..

Saya melihatnya beberapa hari lalu, seorang anak berbaju kumal dan lusuh terlihat menangis. airmatanya meleleh hangat membasahi pipinya yang tirus. Bocah ini terlihat begitu kurus, membawa sekantung besar plastik warna hitam, entahlah apa yang dibawanya. Terduduk bocah malang ini di depan rumah orang, tanpa alas kaki. Terus saja dia menangis, mungkin juga dia lapar, kedinginan atau sedih karna dia hidup sebatang kara, hidup sendiri terlunta lunta tanpa belaian kasih ibu dan ayah.

Saya terenyuh melihatnya, bergetar hati saya melihat pemandangan seperti ini, merasakan penderitaannya. Angkot melaju terus..saya masih menatap bocah itu dari kejauhan, di dalam angkot. Pagi itu saya sedih, tak bersemangat.

Saya teringat putra teman saya. Setiap kali melihatnya, saya begitu takjub. Matanya bersinar dan senyumnya yang ceria begitu bahagia. Hmm..bocah yang pastinya lebih beruntung memiliki keluarga yang lengkap. Ada ayah ibu yang senantiasa memberi kasih sayang, menyiraminya dengan perhatian dan dukungan dalam hidup dan kehidupannya.

Apa jadinya bocah malang itu nanti?..bagaimana dia bisa tetap bertahan hidup, sedangkan dia sendiri seperti kehilangan pegangan untuk bersandar. Bocah sekecil dan serapuh itu harus mengalami kenyataan pahit atas kehidupan yang terlanjur pait untuk dikecap. Apa bocah ini akan tetap ada di jalanan..terlunta lunta tanpa tujuan?. saya tidak tahu, saya hanya mengharap ada yang mencintainya seperti anak sendiri dan memberinya kasih sayang tulus.