Saya melihatnya beberapa hari lalu, seorang anak berbaju kumal dan lusuh terlihat menangis. airmatanya meleleh hangat membasahi pipinya yang tirus. Bocah ini terlihat begitu kurus, membawa sekantung besar plastik warna hitam, entahlah apa yang dibawanya. Terduduk bocah malang ini di depan rumah orang, tanpa alas kaki. Terus saja dia menangis, mungkin juga dia lapar, kedinginan atau sedih karna dia hidup sebatang kara, hidup sendiri terlunta lunta tanpa belaian kasih ibu dan ayah.
Saya terenyuh melihatnya, bergetar hati saya melihat pemandangan seperti ini, merasakan penderitaannya. Angkot melaju terus..saya masih menatap bocah itu dari kejauhan, di dalam angkot. Pagi itu saya sedih, tak bersemangat.
Saya teringat putra teman saya. Setiap kali melihatnya, saya begitu takjub. Matanya bersinar dan senyumnya yang ceria begitu bahagia. Hmm..bocah yang pastinya lebih beruntung memiliki keluarga yang lengkap. Ada ayah ibu yang senantiasa memberi kasih sayang, menyiraminya dengan perhatian dan dukungan dalam hidup dan kehidupannya.
Apa jadinya bocah malang itu nanti?..bagaimana dia bisa tetap bertahan hidup, sedangkan dia sendiri seperti kehilangan pegangan untuk bersandar. Bocah sekecil dan serapuh itu harus mengalami kenyataan pahit atas kehidupan yang terlanjur pait untuk dikecap. Apa bocah ini akan tetap ada di jalanan..terlunta lunta tanpa tujuan?. saya tidak tahu, saya hanya mengharap ada yang mencintainya seperti anak sendiri dan memberinya kasih sayang tulus.
Saya terenyuh melihatnya, bergetar hati saya melihat pemandangan seperti ini, merasakan penderitaannya. Angkot melaju terus..saya masih menatap bocah itu dari kejauhan, di dalam angkot. Pagi itu saya sedih, tak bersemangat.
Saya teringat putra teman saya. Setiap kali melihatnya, saya begitu takjub. Matanya bersinar dan senyumnya yang ceria begitu bahagia. Hmm..bocah yang pastinya lebih beruntung memiliki keluarga yang lengkap. Ada ayah ibu yang senantiasa memberi kasih sayang, menyiraminya dengan perhatian dan dukungan dalam hidup dan kehidupannya.
Apa jadinya bocah malang itu nanti?..bagaimana dia bisa tetap bertahan hidup, sedangkan dia sendiri seperti kehilangan pegangan untuk bersandar. Bocah sekecil dan serapuh itu harus mengalami kenyataan pahit atas kehidupan yang terlanjur pait untuk dikecap. Apa bocah ini akan tetap ada di jalanan..terlunta lunta tanpa tujuan?. saya tidak tahu, saya hanya mengharap ada yang mencintainya seperti anak sendiri dan memberinya kasih sayang tulus.
sedih sekali aku may. membayangkan hidup yang begitu berat ini yang harus diemban seorang bocah. apalagi yang nggak bisa sekolah, nggak dapet pendidikan baik, makanan pun susah. ya allah ya robbi, semoga mereka diberikan kemudahan hidup ke depan.
ReplyDeletemay..di ambil jd anak angkatmu wae..!!!
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteDaripada kawin lagi, buat anaknya lamaaaaaa ... mending ngambil anak-anak ini jadi anak kan ?
ReplyDeletea comment buat aa'
hmm.. aku jadi ikut terharu May. Beberapa bulan lalu aku juga memposting hal yang hampir serupa dengan postingan mu. Aku masih ingat lho pelajaran PPKN waktu jaman sekolah. Katanya negara memelihara anak-anak terlantar. hmm.. mana buktinya ya May...?
ReplyDeletesemoga bocah itu mendapat pertolongan dari Allah.Amin
ReplyDeletemay, dont worry about what a child will become tomorrow. trust me he became somebody someday
ReplyDeletehehehe..iya mbak, aku ambil suara mayoritas aja, diangkat jadi anak angkat saja, hehehe
ReplyDeletenasib bocah itu berada di tangannya sendiri may... mungkin kamu bisa berhenti dari angkot dan menolongnya untuk saat itu. tapi lagi2 harapan buatnya hanya terletak pada dirinya sendiri. Gak usah merasa bersalah, kalo kamu punya nyali dan sedikit kebaikan silakan langsung tolong waktu itu juga. Kalaupun kamu gak berhenti itu bukan salahmu. Tuhan memang sama sekali tidak adil dalam bidang ekonomi, tapi dalam cinta dan harapan semuanya sama.
ReplyDeletekemana Pemerintah??? pemerintah jauh dari cinta dan sama sekali tidak bisa diharapkan. UUD hanya konsep untuk diujikan di setiap ulangan anak SD.
dan comment di blog, hanya untuk mencaci maki, padahal aku sendiri gak bisa berbuat apa2 dengan kondisi seperti ini.
Hih, tulisanmu membuatku marah!
kenapa sih harus ada hal seperti itu?
Hidup kadang memang keliatan tidak adil. Tapi percayalah, segala sesuatu happened for a reason.
ReplyDeleteGOD helps the poor boy.
Memang tidak semua anak lahir dalam keluarga yg serba kecukupan. Itulah warna-warni hidup...
ReplyDeleteiyaaaa pasti hati terenyutt (bahasa apa ini..)
ReplyDeletetapi positivethinking aja siapa taw dia itu lagi kesasar nyari ibunya.. trus keujanan makanya bajunya lusuh,, he3x...
memang bruntung kita ini masi bisa merasakan canggihnya teknologi.. keren nya internet... he3x
hiks hiks... klo bisa ktm lagi, mba may mo bbuat ap?
ReplyDeletemay.... kasiyan tuh bocah deh....
ReplyDeletenangis bareng yukkk... :p
may daku jg gampang tersentuh klo liat anak2 kecil dijalanan...binun mesti begimana...??? cuma tanda tanya yg tersisa..
ReplyDeleteAduh jadi ikutan sedih dech...jd merasa sangat beruntung & lebih bersyukur krn dilahirkan dgn ortu yg sayang & care sm g
ReplyDelete:(
ReplyDeletebanyak anak yang terpaksa harus hidup di jalanan..
aku jadi malu krn blm banyak berbuat apa2 untuk anak2 yg kurang beruntung spt mrk..
Hmm.. pemandangan seperti itu banyak sekali yah dijumpai di kota2 besar ini...
ReplyDeleteMenyedihkan memang... :((
sekarang2 sepertinya pemandangan seperti itu selalu hadir tiap hari yah?
ReplyDelete... anak sekecil itu berkelahi dengan waktu ... demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu ...
ReplyDeleteMay, cerita pendek ini kadang mengusik batin saya. Apalagi, jika saya tiap hari harus menemukan kisah pedih ini ketika menyusuri jalan kota tempat saya kuliah.
ReplyDeleteSekarang, saya terpenjara di asrama kampus dan jarang melangkahkan kaki. Oh ya, di negeri Jiran, saya jarang menemukan fenomena semacam ini.
Lalu, jika jari ini hanya menari di tuts komputer untuk menyambangi dunia maya, bukan nyata, saya khawatir, ini akan membuat diri ini mati rasa dan jiwa.
Ma kasih May telah ingatkan ini semua!
Memang kita perlu di ingetken bahwa kita2 ini juga punya kewajiban / tanggung jawab sosial thd mereka..
ReplyDeleteDi jalan2 emper Monrovia - anak2 model begini banyak ramai lalu lalang di pinggir jalan...sambil melihat mereka - tatapan mata yang kosong.. teringatlah pada anak sendiri di kampung halaman, sembari mengulurkan selembar atau dua L$5.00
Seneng udh bisa mampir kesini, salam hangat dari Afrika Barat
kita sering trenyuh, tapi toh akhirnya kita tidak melakukan apa-apa....
ReplyDeleteheran jg byk org yg nikah cerai gara2 gak bisa mendapatkan anak, pdhl msh banyak anak2 yg terlantar, punya anak sendiripun kadang mentelantarkan
ReplyDelete*ikut sedih*
ReplyDeletesetuju ama pepeng...
ReplyDeleteangkat jadi anak,,
salam may, selama ada orang kaya (harta), yang miskin juga ada;
ReplyDeletesemoga saja kamu kaya harta, pikiran dan hati, sehingga bisa membantu yang miskin.
jika orang miskin berpikiran melarat itu masih bisa dipahami,
namun bagaimana jika kaya harta namun miskin budi?
saya percaya banyak orang melarat yang kaya budi, merekalah yang suatu
ketika nanti bisa bangkit dari keterpurukan.
wah jadi sedih nih tant..
ReplyDeletekesian emanng, kita cuma bisa berdoa aja, mudah2an masa depan mereka cerah deh .... :-)
ReplyDeletemeski kita belum bisa berbuat apa-apa, paling tidak kita bantu dengan doa; Semoga Allah merahmatinya. Karena kita yakin akan kasih sayang-Nya yang Maha luas itu. Kalau tidak lewat tangan kita, pasti Allah akan menolongnya lewat tangan orang lain atau lewat cara yang lain.
ReplyDeletesaya pikir tadi bocah yang asalnya dari kota malang ...hehe
ReplyDeleteorang tuanya juga kemana ya...? kadang orang tuanya yang nyuruh mereka mengemis gitu ortunya tinggal terima setoran