Monday, January 25, 2010

Kamu Seksi, Barra ;)


Barra Pattiradjawane membuat hati saya membara tak keruan. Stylenya yang macho dengan tattoo seksi di lengannya, perempuan mana sih yang tak terkinthil-kinthil dengan pesonanya yang memabukkan. Bukan saat dia begitu hebat di atas ranjang atau mencium lembut bibir wanitanya seperti dalam imaji saya, tapi saat dia memasak untuk wanita-wanitanya, dan para kaum hawa itu pun rela-rela saja meneriakkan namanya lantang ke udara.."Barra..oh..Barra".

Gaya memasak Barra saya suka. Sama sekali jauh dari kesan 'jaim'.
Gesturenya saat berkutat dengan bahan dan bumbu-bumbu memabukkan itu spontaneous dan Barra looks like enjoy it!. Tampang boleh saja sangar, brangasan, tapi justru itu yang membuat Barra makin terlihat seksi. Kerlingan mata Barra menggoda, mengajak penikmat demonya menyicip masakannya yang terasa seksi di lidah itu.

Bicara Barra memang tak ada habisnya, dia sukses membuat saya menghabiskan separuh hari ngerumpi seru bareng ibu-ibu muda itu di facebook kami. Barra yang lajang atau dia masuk dalam golongan guy, hmm..
i don't care!. Kehebatannya meramu banyak bahan dan bumbu menjadi masakan yang menggiurkan, itu sudahlah menjadi kepuasan bagi saya dan mungkin sebagian kaum hawa di luar sana.

Bagi saya, Barra mewakili pria yang mampu membuat hati saya tergetar. Bukan hanya pesonanya tapi juga karena kelihaiannya memasak.
It's so sexy for me. Mendapati juga pria saya memasak meski hanya omelet kornet atau meramukan tea kreamer kesukaan saya itu pun sudah sangat luar biasa.

Pria-pria seperti Barra atau suami saya tak pernah ragu mengambil peran wanitanya di dapur, tak canggung mereka bersentuhan dengan talenan, susruk, penggorengan atau pisau dapur, alat-alat yang jauh dari keseharian mereka. Sejenak mereka tinggalkan dunia otomotif dan techno untuk rela berpeluh keluh menikmati panasnya bara api,
and cooking with love.

Inilah pergeseran nilai-nilai budaya yang telah dan sedang terjadi. Peran perempuan tergantikan pria begitu juga sebaliknya. Wanita mengambil peran pria, sebagai pengambil keputusan maha penting dalam sebuah organisasi perusahaan dan pria bersedia masuk dapur, menggauli talenan, mengakrabi bumbu dapur, dan lalu menjadi
chef seksi yang digilai banyak perempuan. Melakukan hal yang tak biasa demi menaklukkan wanita..oohh so sweet!

Seperti juga saya, masyarakat kita masih mengganggap
patrilinear bahwa pria memasak itu hebat, dianggap terkait dengan sexily, gender, dan occupation. Sedang di luar negeri, pria memasak itu biasa saja karena pria-pria itu ingin menyalurkan kegemaran mereka meracik bumbu masak dan mengolah bahan.

Ahh..tapi memang benar adanya kok, pria yang bisa memasak itu memang hebat dan teramat seksi, dan Barra telah membuat saya memilihnya sebagi pria terseksi 2010 ;)

Enjoy Your Coffee Today..

Kopi kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. Bagi sebagian penikmat kopi, coffee is a must to start a new day. Makin marak bermunculan kedai kopi modern atau kafe khusus coffee lover, tentu saja membuat penikmat kopi semakin dimanjakan.

Dan tak hanya menjadi 'teman' berbagi suasana, mengusir penat, menyesap harum dan nikmatnya kopi ternyata menyuguhkan sensasi tersendiri.

Sekedar informasi, kopi yang segar sangat berpengaruh dari faktor waktu, udara, kelembapan, suhu panas dan cahaya, yang tentu saja mempengaruhi juga pada rasa kopi. Mau tahu cara mendapatkan rasa kopi yang segar, berikut ini trik khusus agar kualitas kopi bikinanmu tetap terjaga

Simpan kopi

Simpanlah kopi dalam tempat tertutup dengan suhu yang sejuk dan kering sekitar 50-70 derajat Fahrenheit atau sekitar 5 derajat Celcius. Jauhkan kopi dari sinar matahari dan lampu, suhunya yang mungkin terlalu panas akan mempengaruhi kualitas kopi.

Jangan simpan kopimu di dalam freezer. Kecuali jika kamu membeli dalam jumlah banyak, pisahkan sebagian kecil yang akan digunakan dan masukkan sisanya ke dalam plastik kedap udara dan lalu simpan di dalam freezer. Tapi ingat, bila sudah keluar dari freezer, jangan masukkan kembali ke dalamnya karena biji kopi akan menyerap rasa dan aroma bahan makanan lain serta perubahan suhu yang terjadi akan menimbulkan lembab dan mempengaruhi kualitas kopi.

Seduh Kopi

Jika kamu membuat kopi dengan coffee maker, pastikan tempatnya bersih dari sisa-sisa kopi sebelumnya karena itu akan mempengaruhi dan mengubah rasa kopi menjadi apek.

Seduh kopi dengan menggunakan air yang berkualitas. Bila air rumah mengandung zat besi, gunakan penyaring air. Jangan gunakan air sulingan karena dapat mengubah rasa kopi tersebut.

Terakhir, tuangkan air yang telah mendidih untuk menyeduh kopi agar seluruh rasa kopi lebih tajam saat diminum. Tunggu sekitar 30-60 detik sebelum menuangkan ke dalam gelas.

Nikmati kopi segera setelah diseduh

Rasa kopi yang nikmat akan lenyap jika didiamkan lebih dari 20 menit. Karena itu segera nikmati setelah diseduh ke dalam cangkirmu. Ingin lebih menikmatinya? Beli biji kopi yang sudah dipanggang, lalu gilinglah. Perlu diingat, jangan simpan kopi giling lebih dari tujuh hari karena rasanya pasti berkurang dan tidak nikmat lagi.

Nikmati kopi tanpa rokok

Sering kita jumpai bahwa menyesap nikmatnya kopi selalu asik ditemani dengan sebatang rokok mengepul. Sekedar informasi saja, kopi adalah komoditi yang sensitif. Aroma kuat di sekitar kopi justru akan mempengaruhi aroma dan rasa kopi itu sendiri. Karenanya, akan lebih baik jika menikmati kopi tanpa rokok

Temukan 'kawan pas' minum kopi

Minum kopi tanpa ada cemilan yang pas memang kurang nikmat. Jika teman minum kopi Amerika Latin adalah kudapan cake cokelat, itu karena kopi latin sangat beraroma cokelat. Sedang kopi Indonesia lebih 'berjodoh' dengan cemilan yang bahannya diperoleh langsung dari dalam tanah, semisal kacang tanah atau singkong goreng.

Masukkan kopi ke dalam termos

Coffee maker terbilang praktis untuk menghangatkan kelebihan kopi yang kamu buat. Tapi terlalu sering menghangatkannya dengan coffee maker juga tidak bagus. Akan lebih baik jika kopi dimasukkan ke dalam termos.

diposting juga di sini dan di sini

Saturday, January 23, 2010

Dia Tak Lagi Memakai Cincinnya..

sebuah repost

Cincin kawin itu tersematkan begitu indah di jari manis saya. Bentuknya sederhana, bulat polos tanpa hias berlian di atasnya. Itu seperti mewakili cinta kami yang sederhana saja, di dalamnya berisi segala hal yang ingin kita bagi dan kita rasakan sama-sama sampai kami mati. Secara simbolis, ring itu telah mengikat hati saya dan pria saya menjadi satu.


Hingga di suatu waktu saya dibuatnya kaget. Atas inginnya, dia meminta saya menyimpan cincinnya. Lalu, kenapa? dia tak lagi ingin saya menemaninya mewujudkan cinta yang sederhana itu bertumbuh besar dan kuat? Bukan..bukan pula dia tak lagi menginginkan cinta ini kami bagi dan rasakan sama-sama, juga bukan karena hati itu telah terbelah. Setianya dan kasih sayang tulusnya masih untuk kami yang dicintai. Saya percaya itu.

Rupanya 'Tak pakai berarti tak setia' sering telah menjadi kesimpulan salah kaprah sebagian orang ketika mendapati salah satu pasangan pria tak memakai cincin kawinnya. Hal ini mungkin saja terjadi karena suatu statemen pernah terlontar sebelumnya "Iya, ga pake, biar keliatan masih single, jadi bisa cari lagi dong." Hmm..terkekeh saja mendengar alasan lucu nan bodoh seperti itu, tanpa cincin, selingkuh bakal lancar jaya selamanya.

Saya analisa beberapa alasan logis kenapa pria saya, atau mungkin pria-pria Anda tak lagi memakai cincin kawin mereka

1. Rasa enggan karena sayang
Cincin bagi pria adalah sebuah kemewahan. Sayang jika rusak atau hilang. Memakai cincin saat bekerja bagi sebagian pria hanya akan memberi rasa tak nyaman bagi dirinya, ini terutama bagi pria-pria yang berhubungan dengan segala aktivitas pekerjaan berat. Pria-pria ini lalu hanya akan memakai cincin kawin pada even-even tertentu saja.

2. Cincin kawin adalah perhiasan
Dan tidak semua pria terbiasa memakai perhiasan. Saya maklumi itu pada pria saya. Kecuali profesi dukun yang memang senang memakai cincin-cincin bermata besar sebagai trade mark mereka.

3. Tak mau dibilang pamer
Dibanding wanita, kaum laki-laki tak terlalu suka show off dan mencari perhatian terlebih dengan cincin kawin mereka.

4. Malas ditanya macam-macam
Mungkin ini masih ada korelasinya dengan keinginan sang pria untuk tak setia. Tak ingin ditanya macam-macam perihal istri dan rumah tangganya oleh si perempuan gelap, dia lalu memilih meng-hide cincinnya.

Sekali lagi, cincin memang hanya simbol semata. Jaminan kesetiaan sampai mati bukan diletakkan pada sebuah cincin, tapi pada hati dan rasa percaya kita pada pasangan.

Monday, January 04, 2010

Mencari Tuhan, Bertemu Tuhan

sebuah repost..

Mungkin memang belum jodoh dan rejeki saya 'bertemu' Tuhan di tanah suci. Sedang mama saya memberi penghiburan, bahwa tiap hari pun kita telah bertemu dan bercakap dengan Tuhan, karena dia berada dekat di urat nadi kita. Bodoh saja, karena hadirnya terlalu dekat hingga terkadang kita lalu mengabaikan keberadaanNya.

Ya, menjalani kehidupan yang serba modern dan hidup di era digital rupanya membawa saya, atau mungkin sebagian orang menjelma menjadi pribadi yang selalu berkejaran dengan waktu, dituntut cepat, karena bergerak lambat hanya akan membawa kita jauh tertinggal di belakang. Memang benar, saya terus bergerak cepat hingga selalu berada di garis depan, tapi rupanya langkah saya justru makin meninggalkan Dia yang terengah-engah mengikuti saya dari belakang.

Lima kali dalam sehari sesi pertemuan saya denganNya selalu berakhir mengambang, tak memuaskan. Tak lagi harmonis dan semesra dulu. Bukan lagi seru dan mengasyikkan seperti brainstorming yang kerap saya lakukan bersama suami di atas tempat tidur sebelum kami mengantuk dan terlelap. Bahkan tak lagi sebebas anak malaikat yang berceloteh riang dalam bahasa kanak-kanaknya yang bercerita tentang hari-hari serunya di rumah bersama uti dan akung.

Aahh..pertemuan itu lalu hanya menjadi sebuah kewajiban rutin tanpa bisa dimaknai. Saya berubah cepat menjadi seorang tentara yang memberi laporan pada komandannya, dalam bahasa yang sangat singkat, cepat, padat! Lalu bisakah Dia menerjemahkan sebuah keluh kesah jika kita ngebut curhat dan malah tergoda melirik jam di dinding yang makin bergulir cepat, menunjukkan angka tertentu? Bisa tertebak lama-lama Tuhan bakal mengajukan protes dan memutuskan tak lagi mau menerima segala macam curhat dari umat-Nya..hihihi

Sebagai manusia, saya sangat memahami bahwa diri ini adalah makhluk pencari yang seringkali tak tahu apa yang dicarinya. Bahwa sebenarnya saya (manusia) mencari bahagia yang sifatnya illahiah (kekal), tapi saya (manusia) terkecoh untuk sekedar mengejar bayang ilusi semu. Terlalu sulit bagi saya (manusia) hingga tak bisa membedakan mana yang bahagia dan apa yang sekedar sebuah kesenangan
Pada buku Yasraf Amir Piliang berjudul 'Dunia yang Berlari: Mencari Tuhan-tuhan Digital', saya belajar, bahwa dunia memang telah disesaki manusia dengan segala transformasinya hingga memerangkap manusia itu sendiri dalam hidup yang dipenuhi dengan kegilaan dan ekstasinya. Manusia-manusia itu terpenjara dalam sebuah tembok besar hingga mereka tak lagi punya waktu dan ruang untuk mendekati Tuhan dan mengingat nama-Nya. Saya dan manusia-manusia dalam dunia itu lalu berlarian di dalam ruang sempit penjara, mencari sendiri Tuhan-tuhannya dan memilih mendewakan kapitalisme, postmodernisme, dan cyberspace sebagai Tuhan-tuhan kami. Miris!
Pun, saat dunia telah dikuasai penuh oleh ide, gagasan, pencitraan dan objek yang merefleksi hasrat-hasrat, dan lalu hasrat itu mengalir tanpa batas maka manusia dihadapkan pada satu titik dimana mereka tak lagi membutuhkan kehadiran Tuhan. Pada akhirnya sebuah Blackberry atau notebook Acer keluaran terbaru pun menjelma menjadi tuhan. Sepenuhnya ia diagungkan melebihi Tuhan itu sendiri.

Tuhan yang selalu berada dekat dalam urat nadi kita sedikit tergeser perannya oleh tuhan ekonomi (kapitalisme), tuhan budaya (postmodernisme) dan tuhan teknologi (cyberspace). Tuhan-tuhan yang hanyalah ilusi itu sengaja diciptakan manusia, dengan anggapan bahwa Tuhan-tuhan ini mampu memberi kebahagiaan. Terdengar konyol, bukan? Tapi itu memang nyata adanya.
Bagi saya, sebuah kesibukan sangat relatif pada masing-masing pribadi. Sebuah kesibukan apapun itu tak akan mengurangi waktu pribadi kita dengan sang Tuhan jika kita mau lebih ketat mendisiplinkan diri. Jujur, saya merasa tertohok dengan tulisan saya pribadi, pun merasa ditelanjangi. Karena demi sebuah alasan jahat, berpura-pura lupa waktu, saya pernah meninggalkan Tuhan dan lebih memilih sibuk menyelami dunia saya, dunia menulis.
Lalu, kalian, masih sempatkah 'online' dengan Tuhan saat asik berkutat dengan Blackberry kebanggaan? ataukah kalian lebih rela melewatkan misa natal malam ini demi melihat siapa yang online di Facebook atau Twitter?

High Heels, si Seksi yang Menyeramkan

sebuah repost..

Donna berjalan seperti melambai diterpa angin, tubuh tinggi rampingnya terbalut sutra mahal. Betis indahnya bertumpu pada sepatu berhak tinggi lima senti dan berujung lancip yang mengundang keseksian. Anggunnya Donna. Ia terlihat makin menjulang seperti Monas di pusat Jakarta. Kilat matanya tersorot lampu, tajam seakan menantang para tamu yang hadir di acara pagelaran busana malam itu.

Ya, Donna dan stiletto, seperti juga perempuan lain di jagat ini yang menyukai sepatu berhak tinggi. Stilleto diburu dan dikoleksi agar passion dari peradaban fashion ini tak akan pernah jadi punah. Pun, Donna dan sebagian kaum hawa tak gentar takut meski sepatu bersol runcing tinggi itu ternyata justru menyeramkan.

Tak mereka sadari, high heels yang membantu kaki mereka terlihat jenjang panjang dan seksi itu telah memunculkan beragam efek hingga alarm warning di tubuh para perempuan itu berbunyi begitu keras. Ada semacam nyeri pada pinggang yang lalu dirasakan.

Pemakaian high heels saat duduk terlalu lama atau berdiri dengan menumpu tubuh pada satu kaki rupanya membuat tubuh mengalami salah posisi (mal position) sehingga timbullah nyeri. And see, bukan sebuah awal dari gejala penyakit ginjal atau batu karang, tetapi nyeri itu terbawa dari efek si sepatu cantik itu.

Bahkan dunia medis sepertinya 'emoh' berjalan beriringan dengan dunia fashion saat bicara tentang high heels. Jika sepatu hak tinggi bagi fashion adalah passion, maka bagi dunia medis, sepatu hak tinggi tak mendapatkan tempat yang layak, baiknya dibuang ke tempat sampah saja.

Jika ada yang mampir mengeluh kapalan (hammertoe) di tumit dan mendadak mengalami gejala Schizophrenia, para dokter itu pun langsung meminta pasiennya 'membuang' jauh-jauh high heels mereka dari daftar tetap fashion yang harus diikuti :D

Bisa jadi Donna dan sebagian kaum hawa itu lalu bergidik ngeri, pun saya, tapi ketakutan itu rupanya hanya sementara, karena studi yang dilakukan Dr Maria Cerruto, seorang ahli urology asal Italia menepis ketakutan mereka.
Studi yang dilakukannya pada 66 wanita usia 50 tahun ke bawah dan pengguna sepatu berhak dengan sudut 15 derajat dan tinggi 2 inci (5 cm), justru memiliki postur tubuh yang sama baiknya dengan mereka yang lebih suka memakai sepatu bersol rendah dan sedikitnya mereka menunjukkan aktivitas elektrik pada otot dasar panggul.
Dalam bahasa sederhana, aktivitas otot dasar panggul para pengguna sepatu hak tinggi yang berada dalam posisi optimal ditengarai mampu memperbaiki kekuatan dan kemampuan saat berkontraksi. Wow!

Sekedar informasi saja, otot dasar panggul adalah salah satu komponen penting pada tubuh wanita yang bisa memperbaiki performa dan kepuasan saat bercinta. Dan pemakaian high heels ternyata dipandang sang ahli Urology, Dr Cerruto sebagai jawaban untuk membantu melatih otot dasar panggul tersebut.

Padahal fakta yang pernah saya dapatkan bahwa elastisitas otot dasar panggul akan mengendur dan melemah usai melahirkan dan seiring bertambahnya usia. So, lalu sebegitu pentingkah sebuah sepatu hak tinggi mampu membantu otot dasar panggul bekerja baik menjawab banyak pertanyaan tentang ketidakpuasan performa 'intim' di atas tempat tidur?

Hmm, saya kok lebih percaya sebuah latihan rutin semacam olahraga lebih bisa diandalkan untuk membantu kerja semua organ tubuh bekerja dengan optimal ya? bukan pada sebuah sepatu entah bersol rendah atau tinggi, pun obat kuat apapun itu ;)

Hai temans, suka juga memakai sepatu hak tinggi, and are you feel so sexy? ;)

Makhluk Multitasking itu Bernama Wanita

sebuah repost..

Tampaknya hebat, sebuah bakat multitasking yang hampir dipunyai kaum wanita, kaum saya. Dengan banyak tugas, banyak pula masalah, mereka mengandalkan kedua tangan dan dua otak untuk bekerja simultan. Meski saya belum tahu pasti penyebab munculnya stereotip seperti itu, namun saya akui hal itu ada benarnya juga. At least, it works for me!

Ya, menjadi ibu rumah tangga memang tak bisa saya lakoni secara penuh utuh menyeluruh, karena demi hak mengaktualisasi diri, saya ingin tetap bisa bekerja dan berkarya. Lalu, tak hanya urusan dapur, kasur dan sumur yang menjadi keseharian, bahkan urusan menulis, editing, memoderasi jadi bagian dari kontribusi saya di ladang tempat bekerja. Konsekuensinya, saya harus pintar berbagi tubuh. Menyediakan energi dan membagi pikiran secara simultan, agar bisa terakomodir semua kepentingan.
Sebuah artikel menguatkan, bahwa otak wanita memiliki Corpus Callosum, sekelompok syaraf yang menghubungkan otak kanan dan kiri. Sedang pada pria, syaraf ini memiliki ukuran 25% lebih kecil dibanding wanita. Itu artinya, wanita cenderung mudah menghubungkan antara perasaan dan pikirannya. Dalam bahasa sederhana, wanita memutuskan lewat jalan tol untuk menghubungkan antara perasaan mereka dengan percakapan, sedang pria cenderung memilih lewat gang-gang sempit dengan banyak rambu stop, berbelit-belit, tak praktis.
Kuatnya koneksi antara bagian-bagian otak yang berlainan itu rupanya yang lalu mampu memunculkan kemampuan wanita dalam hal multitasking. Dalam satu waktu, mereka mampu berpikir, mengingat, merasa dan mendengar serta merencanakan suatu hal secara bersamaan. Mungkin inilah yang lalu membuat saya bisa cepat menulis dan mengedit sambil mendengarkan musik. Aneh saja, karena tanpa musik, ide menulis saya mampet tak ingin keluar.

Sedang kerja otak pria sangat terspesialisasi, hanya mengandalkan satu belahan otak untuk melakukan suatu pekerjaan. Otak wanita malah lebih mampu bekerja secara simultan dengan kedua belahan otaknya untuk melakukan banyak hal. Perbedaan neurologis inilah yang membuat pria *termasuk pria saya* cenderung melakukan segala hal satu persatu. Fokus pada pekerjaan hingga lupa waktu, dan tak tepati janji makan malam dengan wanitanya. Hal inilah yang terkadang disalahartikan sebagian wanita sebagai sikap pelupa dan cuek pria. *tersindir tulisan sendiri* :D

Sebenarnya ketrampilan yang dimiliki wanita dalam hal multitasking ini selain terhubung dari sifat alami bawaan sejak lahir (nature), bahwa corpus collosum wanita nyata-nyata lebih luas daripada pria, yang memungkinkan wanita melakukan multitasking lebih efisien, ternyata juga disangkutkan dengan kebiasaan (nurture) yang berpengaruh serta imbas produk liberal berjudul kesetaraan gender.

Bahwa sudah menjadi kodratnya, wanita dituntut untuk menjalani hidupnya sebagai 'konco wingking' suami. Tuntutan profesi inilah yang lalu terasah wanita hingga memunculkan ketrampilan multitasking. Melakukan segala aktivitas di dapur, di kasur dan di sumur, mengasuh anak dan mengurus rumah plus keluarga, pun dinobatkan juga sebagai bendahara negara kecil bernama 'rumah tangga'.

Lalu karena kesetaraan gender yang diperjuangkan Kartini di masanya dulu, wanita yang telah menuntaskan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu lantas ingin menjajal kemampuan multitaskingnya dengan meminta hak. Mereka juga ingin berkarya dan mengaktualisasi diri, menjadi mandiri dan berdikari. Para wanita itu, termasuk saya lantas mencoba sedikit menggeser posisi tanpa berusaha meninggalkan posisinya semula. Tetap menjadi ibu dan istri yang loyal terhadap rumah tangga dan suami, tetapi juga menjadi pekerja wanita yang loyal terhadap karir dan perusahaan tempatnya bekerja.
Dan inilah yang lalu menjadi konsekuensi saya, seorang ibu rumah tangga merangkap pekerja wanita, dengan doble tugas. Dituntut untuk bisa bekerja multitasking. berbagi tubuh dan pikiran. Beruntungnya saya wanita, karena ketrampilan itu sudah bakat alam, karunia dari Tuhan yang harus disyukuri, dijalani sebaik-baiknya dengan tetap menunaikan kewajiban dan meminta hak tanpa melanggar batas-batas gender.

Eros atau Agape..Pilih Mana?

sebuah repost..

Cupid telah melepas busur panahnya. Menancapkan tepat di hati manusia. Pada busur itu lalu telah pula teraliri partikel serupa cinta, apakah Eros atau Agape, hanya kata hati manusia itu sendiri yang akan memutuskan.


Apa sih yang menarik hingga Dewi tertarik dan terikat hati pada Bram, prianya? Dewi tertarik pada Bram yang berkacamata minus, manis dan berhidung mancung. Rasa suka dan kagum Dewi diletakkan pada objek serupa Bram, tanpa melibatkan hati, asal sudah 'gathuk', tak jadi soal.

Dalam bahasa latin, cinta Dewi itu disebut sebagai cinta yang Eros. Gairah semacam 'Erotic' terlecut. Saat bersamanya, Bram harus tampil mempesona, wangi, tak boleh kumel apalagi lusuh. Ahh, kecintaan yang memberlakukan ketentuan dan syarat. Bram lelah, apalagi Dewi.

Tapi setelah sekian lama menjadi kawan dekat satu hati, Dewi belajar pada Bram tentang sebuah cinta yang Agape. Gairah Dewi pada pesona Bram melebur menjadi rasa serupa kasih dan sayang. Tak lagi bersyarat cinta itu, karena kasih mereka saling tercurah tanpa menuntut balas. Tuhan telah membasuh jiwa kering yang bersemayam di hati Dewi dengan sebentuk cinta tulusnya pada Bram.

***

Cinta yang Eros bisa datang dan pergi sesuka hati. Jika tak lagi memenuhi standar dan kualifikasi, bersiaplah terdepak dari kehidupannya. Ia datang layaknya burung yang hinggap di atas pohon, tak terduga kemunculannya. Ada yang memancing gairah manakala burung yang menarik lewat selintas di depan mata, dan menggelitik rasa ingin menangkapnya.

Parahnya, terkadang seseorang terlena panah cinta eros dan lalu menjadi irasional terhadap orang yang dicintainya. Mata hati tertutup dan lalu cinta menjadi buta. Hanya bisa merabai tanpa bisa merasai. Sebuah kekurangan tertutupi rapat dan runtuh seketika setelah endapan kelebihan yang ada pada diri seseorang muncul ke permukaan. Hal ini tak bisa lepas dari tendensi satu komposisi umum dari cinta, yaitu rasa suka.
Ahh lagi-lagi sebuah penelitian membenarkan bahwa kadar emosi yang meluap kala jatuh cinta dikarenakan oleh sebuah molekul yang disebut nerve growth factor [NGF] yang jumlahnya fluktuatif. NGF inilah yang lalu bertanggungjawab atas tumbuhnya jerawat pada seseorang yang sedang dimabuk cinta.
Namun, rasa suka dan sebuah kecocokan memang selalu bisa memunculkan benih cinta. Ia tersemai di dasar hati, terpupuki oleh kasih dan sayang, disirami jiwa yang bersih. Itulah yang dirasa Dewi pada Bram. Rasa sukanya telah berkembang pesat menjadi sebentuk cinta yang tumbuh subur di dalam hati, sebuah cinta yang Agape.

Tapi waspadalah, pada fase cinta ini, sebuah kecocokan satu rasa bisa saja lalu berubah menjadi ketidakcocokan. Mungkin saja karena kadar NGF pada cinta sangat tinggi di tahun pertama, dan lalu menurun drastis di tahun-tahun berikutnya. Jika terus terpelihara, ketidakcocokan akan menjadi persoalan besar yang berujung pada penghentian rasa cinta. Sebuah perpisahan lantas menjadi jalan satu-satunya untuk mengatasi masalah. Ahh miris!
Hanya dengan bersikap dewasa dan penuh kearifan dalam menyikapi sebuah masalah. Cinta tak akan jadi mati dalam hati, jika kita masih punya kekuatan dan niat untuk kembali memupuknya, menyiraminya, merawatnya, dan senantiasa memperhatikan tumbuh kembangnya. Inilah pelajaran hidup sesungguhnya, belajar mencintai sebuah ketidaksempurnaan dengan cara yang sempurna.

Pendek dan Cemburu, Sebuah Berkah

sebuah repost..

Bertubuh pendek tak kunjung meninggi seringkali menjadi kecemasan banyak orang. Hingga lalu sebuah produk susu muncul demi membantu menjawab banyak kecemasan. "Tumbuh tuh ke atas, bukan ke samping". Begitulah kira-kira bunyi tag line iklannya. Dan tak usah lagi cemas, cukuplah minum susu itu tiap hari, dan tubuh terbantu untuk jadi tinggi.

Jika memang sudah menjadi kuasa Tuhan, entah pendek, tinggi, slim atau gemuk, terima saja. Apa boleh bikin. Sudah nasib. Tapi nasib buruk tak melulu membawa hidup seseorang lalu jadi buruk dan terpuruk, kan?. Justru nasib buruk terkadang bisa pula mendatangkan baik, seperti contoh, nasib Tom Cruise.

Tubuhnya yang pendek dibawah rata-rata pria-pria Eropa malah membuatnya digelari sebagai pria pendek terseksi di dunia. Pendek tubuhnya tak membuat Tom lantas tak percaya diri, justru dari kelemahannya itu, dia mampu mempesona banyak kaum hawa, termasuk Katie Holmes dan Nicole Kidman. Great job, Tom!

Namun benar adanya, dibalik kelemahan memang selalu bisa memunculkan rasa takut untuk menghadapi sesuatu. Seperti Tom yang cemas dan takut dengan nasib tubuhnya yang pendek dan lalu dia berubah posesif dan cemburu terhadap Katie. Saya dapati sebuah artikel yang membenarkan sifat cemburu yang dirasa Tom itu pada sebuah hasil riset.
Laporan riset yang dimuat dalam jurnal Evolution and Human Behaviour mengatakan bahwa pria pendek cenderung memiliki sifat pencemburu, sedang pria bertubuh jangkung cenderung tak cemburuan. Bisa jadi karena pria bertubuh tinggi lebih merasa percaya diri. Dengan tubuhnya yang tinggi menjulang, mereka sangat yakin mampu mempesona lawan jenisnya, bertindak penuh kuasa dan unggul dalam hal reproduksi. Hmm..
Tom atau pria bertubuh pendek lainnya merasa terancam akan kekuatan dan daya tarik para pesaingnya, si pria-pria bertubuh jangkung itu. Fenomena ketakutan pria-pria pendek ini bahkan begitu natural muncul di kehidupan satwa. Para pejantan bertubuh besar, kekar cenderung memenangi banyak pertarungan dan berkuasa serta memonopoli penuh sang betina.

Sebuah riset bisa jadi terlalu asal dan tak logis menyimpulkan hasil temuannya. Namun saya percaya, menjadi pendek atau tinggi bukanlah faktor utama yang berperan dalam mempengaruhi sifat cemburu seseorang, kok. Bahkan rasa serupa itu pun kerap menyerang saya, meski saya tak pendek-pendek amat *setidaknya mama saya menilai seperti itu*.

Cemburu itu rasa alami yang dimiliki setiap manusia manapun. Kalau kata kawan dekat saya, cemburu itu sebuah berkah, bahwa kita masih punya hati, punya rasa. Ya, inilah sebuah rasa yang bisa mendadak keluar karena timbulnya rasa takut dan cemas akan kehilangan yang dicinta, kehilangan juga power untuk menguasai seseorang. Bahwa kendali diri adalah obat terampuh mengatasi cemburu, sebuah tumor ganas yang bersemayam di dalam hati.
Menjadi pendek adalah berkah, jika kita mau mensyukuri itu. Pun, Tom telah bersyukur, mengucap 'thanks God', bahwa meski dirinya pendek, tapi tak lantas membuat rasa percaya dirinya surut, nyata-nyata Katie malah terpesona dan lalu jatuh cinta pada Tom. Sedang jika lalu cemburu itu hadir pada diri Tom, itu masih pula berkah. Bahwa Tom terikat hati pada Katie, tak ingin kehilangan cintanya.
Hei, kamu si tinggi yang pencemburu ataukah si pendek yang tak suka cemburu? ;)

Mari Bertengkar Sehat

sebuah repost..

Menikah adalah belajar menghadapi jatuh bangun membangun sebuah mimpi dan cita berwujud rumah indah pernikahan berpondasi iman yang kuat. Berharap semua pasangan menginginkan kehidupan yang dibayangkan indah itu akan selalu hadir sepaket dengan adanya kebersamaan, keharmonisan yang terlingkupi cinta, setia, sayang dan kasih.


Tapi akankah bisa proses membangun itu berjalan mulus? sandungan serupa batu dan duri pasti jadi halangan.
Cinta yang diibaratkan kayu lantas melapuk dimakan waktu, rayap serupa orang ketiga hadir menggerogoti pondasi rumah indah itu. Butuh treatment untuk menjaga kualitas kayunya tetap terjaga, sebegitu juga ekstra kerja keras memilih pembasmi jitu agar si rayap tak lagi datang mengganggu.
Saya dan suami, atau pasangan menikah manapun mungkin sedang mati-matian juga menjaga pondasi rumahnya tak akan rubuh. Inilah ujian yang sama-sama kita lakoni, bahkan mungkin akan lebih sulit dari sekedar ujian akhir semester atau ujian masuk perguruan tinggi.
Butuh belajar ekstra, tak hanya suami, istri pun iya. Tak bisa mengandalkan belajar sistem kebut semalam, karena memang harus belajar setiap hari, setiap saat. Dan sewaktu-waktu kaki menjegal langkah, kita telah siap diri bangun dari kejatuhan, karena kita telah pernah belajar menghadapi rasa sakit itu sebelumnya.
Pada sebuah kehidupan pernikahan ada hal yang ingin sebisa mungkin kita hindari. Bertengkar. Tapi bisakah?, sedang kadang agak susah mengakomodir dua ingin yang berbeda dari dua pribadi beda karakter, beda selera. Memunculkan lalu banyak versi, ada yang rela mengalah demi kebaikan, demi pasangan, ada yang teguh kukuh tak mau mengalah dan lalu ada yang memanfaatkan kuasanya, mengandalkan ego agar inginnya terpenuhi, tak pernah sudi mengalah.
Pertengkaran, seharusnya membuat banyak pasangan belajar, menyibak apa yang sama-sama dimaui, diingini. Tentang segala hal yang dirasa, dialami atau dihadapi. Ini seperti sebuah peledakan segala yang menyumpal dada, menyumbat otak, asal jangan sampai mematikan rasa. Bertengkar yang mungkin akan jadi melegakan jika kita bisa sama-sama menguasai diri, pun mengolah emosi dengan baik.
Saya tak menganjurkan kalian bertengkar dengan pasangan, toh saya sendiri pernah bertengkar dengan suami, meski tak sering. Hanya saja jika ini harus terjadi, setidaknya ada beberapa batas yang harus dipagarkan, agar tak melewati koridor. Agar pertengkaran tak hanya menjadi sekedar adu urat dan otot semata. Debat tanpa hasil, tanpa win-win solution yang bisa menjembatani dua ingin itu.

Sekedar beberapa tips bertengkar sehat, dari saya pribadi..

Pilih masalah

Siapapun pasti kesal dan kecewa pasangannya bikin gregetan dan makan hati, memicu diri untuk melawannya. Demi ego, jika perlu harus memenangkan 'pertarungan'. Tak disadari, justru semakin dilawan malah memperuncing masalah. Butuh bijak ternyata untuk bisa memilah milih mana masalah yang harus dibicarakan dan menyelesaikannya saat itu juga.

Waktu dan Tempat yang tepat

Bertengkar dan berdebatlah jika memang harus, di waktu dan tempat yang tepat tentunya. Tak mudah meski itu berarti harus menahan diri agar emosi tak meledak. Seburuk apapun masalah yang membentur kehidupan sebuah keluarga hendaknya gejolak itu diredam di dalam. Memunculkannya di luar malah hanya akan mengumbar aib dan mempersilahkan orang lain mengintip private room kita dan pasangan.

Tak Egois Melebar Masalah

Kesal karena dia datang terlambat menjemput, itu wajar. Tapi menjadi tak benar jika lantas kekesalan itu merembet ke hal lain. Sisi egois yang kuat lalu dimunculkan, masih belum memaafkannnya karena terlambat datang, dan lalu melebarkan masalah, mengulik salah dan alpanya di masa lampau. Hentikan! Memaksa mengingatkan salah terdahulunya hanya akan malah membuka luka lama. [mengacu tips 1]

Be a good listener

Bertengkar itu seperti sebuah cara berkomunikasi yang mesti berjalan juga dua arah. Bijak untuk mau mendengar apapun penjelasan dari sudut pandangnya. Jadi pendengarlah yang baik, malah membantu untuk mengatasi kesalahpahaman yang timbul.

Mauku, Maumu Juga

Grundelan dan segala unek-unek memang bagusnya dikeluarkan agar tak menyumpal isi otak, hati dan pikiran yang hanya akan memunculkan penyakit hati. Maumu dan maunya adalah harap yang ingin diwujudkan untuk ada dan tercapai. Share apa yang menjadi ganjalan hati, setidaknya ini membantu mencari tahu apa yang terbaik untuk diputuskan.

Saturday, January 02, 2010

pecandu film biru

sebuah repost..

Berada di dalam sarang penyamun bersama sekumpulan pria saat itu, membuat saya dihadapkan pada kondisi tak nyaman. Saya harus berbagi ruangan dengan pria-pria haus gairah. Dan dahaga di tengah siang yang dingin di dalam ruangan bersuhu 16 derajat itu mereka dapatkan pada sebuah tayangan sepasang manusia tengah telanjang.

Erangan menuju nikmat ke puncak orgasme menyesaki telinga. Terlihat meski sekelebat, pria-pria yang saya akrabi dalam keseharian di tim kerja tengah duduk tak nyaman. Geser sebentar ke kanan lalu ke kiri, mengangkat pantat, mencari posisi yang pas. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal, yang tiba-tiba menyesak melesak membuat sesak celananya.

Mata memang menatap monitor, tapi otak saya rupanya sedang tak ingin sinkron dengan mata. Konsentrasi terpecah. Penasaran menggelitik hati, apa yang tengah mereka nikmati itu?, ingin mengintip, tapi rasa malu saya menahannya. Tampilan visual nan sensual sepasang manusia tengah intim rupanya berhasil memicu gairah mereka meledak-ledak.

Seorang perempuan dari kaum saya telanjang dalam film itu dan lantas menjadi objek pembangun hasrat. Gambar-gambar erotis nan dramatis sukses dihadirkan dalam otak mereka sebagai perangsang yang membangkitkan simpul syaraf hingga organ vital sang pria bergerak.

Ketidaknyamanan pada situasi itu rupanya perlahan membawa saya belajar, memahami mereka. Bersentuhan dengan dunia pria membawa saya tahu apa yang pria-pria itu suka, mau dan ingin. Ya, layaknya anak kecil girang dengan balon dan permen di tangannya, pria pun sama, selalu akan senang dan riang jika disuguhi sesuatu serupa seks. Sang pemuja seks sejati, saya sematkan di dada pria-pria itu. Bahkan pada pria saya, sekalipun.

Dan ternyata tak hanya nafsu dan seks yang mengelilingi otak pria, bahkan mereka bersedia pula bermain ego demi memenangkan sebuah hadiah berwujud cinta, wanita, harta dan kuasa. Inilah yang lalu membuat pria selalu tampil begitu hebat dan wibawa.
Pria-pria di tengah atmosfer kerja saya sudahlah begitu. Biar! Toh saya telah menjadi kebal dengan banyak perilaku yang mereka munculkan. Menonton film porno bersama pria-pria itu kini tak lagi membuat saya merasa tak nyaman. Menjadi seperti biasa saja, tak lagi jengah, resah jika pria-pria itu lalu menelanjangi saya dalam pikiran mereka. Tak bisa dicegah, kendali otak, juga rasa hanya pria-pria itulah yang bisa menguasainya.

Wajar yang normal, saya nilai seperti itu. Film biru sampai kapanpun akan selalu menjadi dunia yang diakrabi pria yang teramat asik untuk disinggahi, karena disana diletakkan kesenangan. Peduli setan dengan dosa dan neraka, Tuhan lebih berhak memutuskannya.

Surga yang kekal abadi mungkin tak akan menerima pria-pria pecandu film biru, tapi setidaknya pria-pria itu telah menemukan sebuah surga dunia meski sementara saja. Ya, pada film biru, sarana relaksasi mengendorkan syaraf otak yang tegang dan mengalihkan ketegangan itu pada syaraf yang lain ;)

Yang Datang dan Pergi..

sebuah repost..

Ada yang saya rindui ketika yang dulu ada begitu dekat kini harus lepas, terbang ke alam lain. Ada rindu yang terselip meski kini kita tak lagi berada bersisian. Harus saya rela dan ikhlaskan semua yang berada dekat dalam kehidupan saya pergi dan mungkin tak akan pernah kembali.

Itulah kehidupan. Ada yang datang dan lalu pergi. Seperti juga saya dan manusia di belahan dunia manapun, datang ke dunia dan lalu akan pergi setelah membawa amanah, untuk hidup dan lalu akan pergi membawa mati setelah hidup telah tertempuh sejauh apapun Tuhan inginkan kita berjalan.

Kedatangan dan kepergian seperti sebuah fenomena yang datang silih berganti memberi warna bagi kehidupan di jagat ini. Pun layaknya fenomena alam, tentang pergantian siang dan malam. Ada bulan yang datang menggantikan peran matahari, berjaga malam. Lalu esoknya tugas bulan beralih lagi pada matahari, yang bertugas mengganti tampilan malam kelam dengan langit cerah meriah.

Sebebas apapun saya, kita, kalian diberi hak untuk mencintai, memiliki dan lalu menguasai apapun, siapapun, tapi tak ada yang pernah menjadi kekal. Saya, kita, kalian harus tetap bersiap diri berpisah dengan yang pernah hadir dalam hidup, yang pernah kita cinta, sayang, melepas juga apa yang pernah kita miliki atau kuasai.

Waktu, telah membawa yang datang dan hadir dalam hidup, mengambil pergi pula apa yang digenggam dan dimiliki. Waktu yang datang tanpa pernah kita mengundangnya dan lalu pergi begitu saja tanpa permisi. Relakan saja, ikhlaskan. Hanya itu obat penawar terampuh. Karena jaman dan waktu memang tak bisa dilawan. Toh pada waktu yang berurai nanti, kita tetap masih bisa mengenang yang telah pergi, yang pernah kita miliki.

Tulisan ini adalah obat saya berdamai dengan diri sendiri. Di jarak yang berdekatan, saya harus rela berpisah dengan kawan, partner kerja satu tim. Wajah lama yang dulu saya akrabi tergantikan wajah-wajah baru. Kedekatan diri layaknya keluarga beralih saling selidik, jegal menjegal. Apa mau dikata, perubahan seiring waktu inilah yang mengharuskan saya belajar, berenang mengikuti arus. Sesekali harus belajar juga melawannya, jika berusaha menghanyutkan.

Ya, pada yang datang dan pergi bersama waktu, yang timbul lalu tenggelam bersama arus sungai, kita semua belajar menjalani ujian hidup yang sesungguhnya..bahwa tak pernah ada yang kekal di dunia ini.

Sang Belahan Jiwa

sebuah repost..

Tubuhnya teramat mungil, rapuh dan ringkih. Ruang bersalin itulah saksi perjumpaan saya dengannya, sang anak malaikat.

Lengkingan tangisnya membuyarkan lelah dan payah saya. Jahitan perih apapun itu tak lagi terasa sakit ketika melihatnya begitu dekat, erat dalam pelukan. Anak malaikat bermain insting mencari sumber penghidupannya, pada puting susu penawar kelegaan dan ketenangan. Perjalanannya bertemu saya terbayar.

Desir hangat tercipta ketika jari kami saling sentuh, tatapan mata dan batin kami saling bicara. Membelai hati kami, menyelipkan sebentuk cinta, rasa kasih juga sayang.

Satu setengah tahun berlalu teramat cepat. Kini tubuhnya tak lagi ringkih, tapi telah bertumbuh kekar, besar. Mata coklatnya tajam, menghujam jantung ketika dia menatap penuh kasih. Tangan mungilnya menggenggam kuat apapun yang diraihnya. Kaki kekarnya menapak kuat, memanjat pijakan tinggi. Tak surut takut, malah senang bermain dengan berani. Aah..kau memang jagoan terhebat milik mama, nak.

Hitung bintang di langit dan cicak yang mengintip malu di balik pilar tembok itu, nak. Ya, sang belahan jiwa telah pandai berhitung. Satuuu, duaaa, tigaaa..teriaknya riang. Benda angkasa berwujud bintang diucapnya jelas, dan dia mengenal cicak yang berdecak lewat lagu yang selalu berulang berputar di kepalanya.

Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap..Hap!..dan meledaklah tawanya yang renyah, pamer deret giginya yang putih. Sebuah senyum tersungging, manis. Senyum yang saya wariskan untuknya. Pelukan di kepala dan ciuman lembut di rambut adalah wujud sayangnya untuk semua yang dikasihinya, uti, akung, papa juga mama.

Pada adzan yang bergema, pada surat Al-Fatihah yang kami bisikkan di telinganya di hampir tiap malam, penghantar tidurnya. Pada segala gerak kami saat khusu' berbicara dengan Tuhan, yang ditirunya. Dia telah belajar mengenal sang Pencipta.

Kadang terbersit rasa tak sabar menantinya tumbuh meranum, berkawan dengan lewan jenisnya. Mencoba menebak saja, berapa ya kira-kira wanita yang dipatahkan hatinya? Ahh, jangan ya, nak. Itu nakal namanya. Jadilah laki-laki yang setia pada satu hati.

Jika patah hati nanti jangan pernah malu untuk menangis, nak. Tangismu tak akan membuat dirimu berubah jadi pria yang melemah. Tangismu adalah obat pelega, kau akan memerlukan itu. Percaya mama.

Jaman pasti akan memangkas jatah hidup saya, dan lalu..
Masih bisakah saya mendampinginya di kelulusan dan wisudanya, kelak?
Masih bisakah saya menyemangatinya di kala ia tengah berjuang meraih mimpi?
Masih bisakah saya mendampingi ia melamar pujaan hatinya?
Masih bisakah saya hadir kala dia tengah mengucap ikrar suci pernikahan?
Masih bisakah saya menggendong anak malaikatnya?

Ahh terlalu banyak pertanyaan, pasti Tuhan akan sulit memberi jawabnya. Hanya Dia yang tahu berapa sisa umur saya bisa bertahan di dunia ini. Semoga saja Tuhan berbaik hati, memberi bonus berlimpah untuk umur saya agar bisa menemani sang belahan jiwa melewati fase hidupnya.

Ya, sang belahan jiwa itu bernama Faiz. Dialah guru yang mengajarkan saya untuk terus belajar kuat, belajar tegar. Pada dialah, saya mengolah sabar, meraih ikhlas, mengharap surga. Dan dialah sang anak malaikat, yang akan membantu melapangkan jalan saya pulang kembali ke hadapan Tuhan.

Notes, Catatan dari Masa ke Masa

sebuah repost..

Pada sebuah meeting kerja beberapa waktu lalu, sambil mencatat tulisan, mata saya tertarik menarik sesuatu yang terselip, mengintip di balik saku agenda warna coklat. Sebuah notes. Bergambar di sudut bawahnya, pria plonthos sedang duduk dan membaca koran.

Kertas pada tiap lembarnya sudahlah mblobor. Terlalu menekan kuat saat menulis hingga timbul emboss. Isinya? Beragam. Semacam catatan petunjuk mengalami kebuntuan menghadapi masalah teknis, pekerjaan dulu yang masih bersinggungan dengan layout dan coding.

Notes jadul nan lecek itu layaknya 'kitab'. Dialah pegangan bagi saya mengatasi kebuntuan masalah. Jika tak terbawa, bisa payah saya!. Pada notes itulah saya terbantu. Kendala kerja teratasi pada jawaban di dalamnya. Bahkan saya bisa mengendalikan ke-impulsif-an saya pada si notes, disanalah segala macam pengeluaran dan pemasukan dibuat balance :D
Tulisan di notes itu serupa kotak. Kecil dan rapi. Tulisan rapi yang lalu jadi andalan saya didapuk sebagai sekretaris kelas atau kelompok di jaman sekolah. Aaahh, mengingat notes malah lari ke masa lalu. Sayang saja kini jari-jari saya lebih diandalkan untuk mengetik cepat. Bukan pada notes itu lagi, tapi pada Homesite, semacam software edit dokumen HTML. Bukan untuk mencatat petunjuk teknis, tapi mengetikkan semua ide dan imaji. Menuangkannya menjadi sebuah tulisan.

Notes 'kitab' lecek itu masih tersimpan rapi di selipan agenda kerja. Penggalan catatan berharga yang menjadi bagian dari penggalan masa lalu, yang akan selalu membawa saya terkenang pada masa-masa itu. Perannya lalu tergantikan oleh notes digital. Kembali lagi menyimpan, mengetikkan apapun disana, dari yang penting sampai yang sama sekali tak penting.

Ada sebait catatan di ketik seseorang di sana, bukan umbar kata romantis, hanya ungkapan singkat bahwa dia menyayangi saya. Itu saja. Ditambahkannya pemanis, muah! muah! di akhir ungkapan. Sebuah perwakilan kecupan di pipi saya. Ya, catatan isi hati yang tak akan terhapus, bahkan hingga akhirnya kami menikah.
Notes digital tak ubahnya 'kitab', tetap setia menyimpan banyak catatan. Terselip resep obat, penawar nyeri ulu hati yang kerap membuat saya kumat kesakitan, sebuah rangkaian nama anak malaikat tercatat pula disana. Bahkan doa melihat hujan pun terketik. Untuk apa? tentu saja untuk saya, karena saya suka hujan. Dan saya ingin kedatangannya bersama doa yang tercatat yang lalu saya ucap itu akan menyejukkan jiwa, menenangkan batin, pun membawa berkah.

Yang penting disimpan, begitu juga yang tak penting, diselipkan jua. Semacam formula menentukan berat badan ideal pun memenuhi notes. Apa alasan? Tak ada, hanya ingin mencatatnya saja. Siapa tahu di tahun-tahun mendatang berat badan saya melonjak naik, dan catatan formula ini menjadi penting, karena diandalkan untuk mendapat acuan berat tubuh ideal..hihihi

Catatan lain pun datang dan pergi, terketik dan lalu terhapus. Ya, daftar belanja bulanan agar saya terbantu untuk menjadi tak impulsif. Tetap guna sekalipun berpindah tempat, dari sebentuk notes mungil beralih ke notes digital. Sama-sama membantu agar neraca ekonomi keluarga menjadi lebih balance.

Back to Notes!..Kalian masih memilikinya? Apa yang kalian tulis dan catat di sana? Lets share!

Mimpi Si Badut

sebuah repost..

Teringat masa kecil dulu, bersama papa dan mobilnya mengelilingi kota, dan saya kerap melewati bangunan berdinding unik itu. Dinding bangunannya terlapis wallpaper bercorak, seperti batako bersusun, coklat kotak-kotak. Ya, coklat, seperti mata saya, warna yang lalu menjadi sangat favorit bagi saya.

Pada dinding atasnya tertempel gambar seorang pria plonthos tampak belakang sedang duduk dan membaca koran. Buat orang lain mungkin bangunan itu sama sekali tak berkesan, tapi tidak bagi saya.

Setelah beberapa tahun lamanya, masih setia berkendara dengan papa dan keluarga di malam minggu, saya tetaplah menaruh kagum pada gedung itu, berharap suatu saat saya bisa berada di sana, meski hanya sekedar menilik ke dalamnya, berkeliling dan melewati setiap koridor yang saya temui.

Waktu berlalu, kali ini mengambil rute lain. Acara berkeliling kota di malam minggu itu membawa saya melintasi sebuah bangunan. Berkebalikan dengan bangunan pertama yang membawa kesan mendalam, tapi tidak pada bangunan ini, tua dan dinding bangunannya mengelupas, tak terawat. Tak pernah terbersitpun berharap saya berada di dalam sana menghabiskan waktu. Tidak!!!

Ternyata makin saya berkata tidak, malah membawa saya makin dekat pada bangunan jelek itu. Inikah bagian dari rencana Tuhan yang jauh dari perkiraan saya? Sepertinya memang iya. Pada bangunan tua itulah Tuhan rupanya sedang menuntun arah hidup saya. Pada bangunan itulah, mimpi saya bermuara. Tentu saja Tuhan tak lantas meluluskan ingin dan mimpi saya begitu saja, Tuhan ingin saya berenang jauh, sekuat tenaga agar saya bisa menuju muara itu.

Inilah HarapNya, agar saya belajar berproses dari jatuh bangun merajut mimpi, merasakan dulu sakitnya ditempa baja setebal apapun itu. Saya, si badut itu sedang berupaya merombak diri dan finally dinyatakan lolos 'uji kelayakan'. Dibukakan jalanNya bagi saya untuk menggapai, meraih mimpi itu hingga begitu kuat saya menggenggamnya.

Kini, impian itu telah berada di tangan saya, berada di bangunan berdinding unik ini. Menjadi bagian di dalamnya. Apakah itu berarti mimpi saya berakhir? Belum kawan, mimpi saya belumlah berakhir. Muara yang mengarah pada laut belumlah saya renangi. Selama denyut jantung ini masih berdetak, dan kekuatan itu masih ada, antrian mimpi saya masih menunggu untuk diwujudkan.
Dan itu berarti saya harus bersiap diri lagi, kembali melewati jalan rintangan, penuh semak belukar, tikungan tajam, turunan bahkan tanjakan. Tentu saja saya butuh peta Tuhan, karena saya sama sekali tak kenal medan berikutnya. Jalan lain yang ditunjukkan Tuhan tak berarti menyesatkan, Dia lebih tahu jalan mana yang terbaik untuk saya lalui. Karena Dialah yang maha hebat, sang navigator yang akan menuntun saya berjalan, pada pencapaian mimpi-mimpi saya selanjutnya.
Pada bangunan unik berdinding lapis batako bersusun itu, di dalamnya saya sedang belajar menjadi seorang penulis dan sepertinya Tuhan sedang mengarahkan jalan saya pada ranah ini agar ingin saya itu terjembatani :)

Beda itu Indah dan Hebat

sebuah repost..

Tiga anak terlahir dari rahim yang sama, membawa sifat-sifat khas yang menurun dari sang orangtua. Bukan salah bunda mengandung, anak kedua tumbuh besar dengan kebodohannya dan sangat bengal. Bertanyalah sang mama,

"Kenapa kamu begitu berbeda dari kedua saudaramu? contohlah mereka!"

"Entahlah, mama. Aku memang beda dari mereka, itu berarti aku unik kan?" si anak bengal menjawab sekenanya.
Pahatan karya Tuhan berupa saya mungkin memanglah sengaja dibentuk unik. Pantas dihadirkan untuk memeriahkan suasana rumah yang sepi, ditampilkan sebagai badut penghibur yang konyol, bodoh dan bengal.
Si badut yang benci matematika, lebih menyukai mengarang bebas dan bikin puisi, tak butuh formula ribet njelimet yang bikin otak kusut, karena cukup andalkan imaji saja.

Si badut yang rela-rela saja sang papa lebih memilih mengambil rapor si kakak pandai atau si adik rajin. Alasan papa yang naif, karena lebih bangga dikerumuni dan ditanya layaknya selebritis, "Om, kakak pandai juara kelas lagi ya?" atau "Om, adik rajin ranking satu lagi ya?

Si badut yang membuat mamanya terheran-heran karena bisa tembus masuk jurusan IPA, padahal si badut bodoh benar soal rumus. Si badut yang masih juga dibeda-bedakan, karena hanya dia, satu-satunya anak yang gagal tembus masuk perguruan tinggi favorit.

Kami bertiga dikemas berbeda, pun ketiganya telah memiliki nasib hidupnya sendiri-sendiri. Si kakak, pemilik kulit sawo matang itu pandai, saya kagum pada keenceran otaknya. Lain si adik, dia keriting, hitam, mirip ambon manise dengan senyum manisnya, rajin dan tentu saja pintar. Saya kagum juga. Sedang saya, dinilai lebih menonjol dari segi interior, tapi eskteriornya dianggap kosong melompong. Si putih yang masa depannya terlihat suram, kelam. Entahlah, kakak pandai dan adik rajin bangga atau tidak ya punya saudara yang bengal ini.

Ketiganya tumbuh beriringan bersama pembedanya yang akan dibawa mereka sampai mati. Dalam tumbuh kembang itu, si badut sadar tak selamanya tubuh dan pikirannya akan serupa seperti itu saja dari masa ke masa. Meski si badut merasa unik dan berbeda, tapi si badut ingin kemasan pada dirinya sedikit dirombak. Dengan usaha dan kerja keras, tentunya. Bukan untuk menyenangkan hati sang mama papa, tapi untuk dirinya pribadi. Bukan agar si badut tak lagi dipandang sebelah mata, tapi hanya ingin menunjukkan bahwa si badut bisa dan mampu.

And here i am, sambil membenarkan kerah baju di depan cermin.."inilah saya, bukan lagi si badut konyol itu.."
Percayalah, sesuatu yang berbeda dan unik itu tak selamanya bikin orang memicingkan mata. Justru dengan keunikan itu kamu haruslah bersyukur atas segala kelebihan yang Tuhan berikan atasmu. Gali saja kelebihan itu lebih dalam, agar memancarkan yang indah dan hebat dalam dirimu.

Barang Laris itu Bernama Aib

sebuah repost..

Anak malaikat merengek minta diantarkan main ke rumah tetangga sebelah rumah. 'Ini sudah malam, nak..besok saja ya?', dibujuk dengan apapun, tetaplah tangan saya digamit sambil menunjuk sebelah rumah. Ya, sudah, apalah daya saya, anak malaikat rindu ingin main bareng kawannya.

Dengan setengah hati, saya antarlah anak malaikat kesana. Agak tak enak hati juga karena takut mengganggu si empunya rumah. Eh ternyata benar, kedatangan kami hendak mengajak anak-anaknya main malah membuyarkan konsentrasi si ibu nonton 'Termehek-mehek'. What?!..Tidaaaaakk!!

Agak janggal ketika kali pertamanya saya melafalkan judul acara 'Termehek-mehek'. Menyebut ini sebagai bagian dari kata gaul, setipelah dengan terkintil-kintil atau terkepret-kepret. Diartikan sebagai tergila-gila.

Apanya sih yang membuat acara ini bisa begitu digilai oleh kaum hawa *terutama*?, Maaf nih, tidak pada saya, daripada nonton itu mending saya tidur. Mungkinkah pada suguhan yang digagas dan dikemas apik hingga terkadang sedikit di dramatisir? Mirip sih dengan alur cerita sebuah shitnetron.

Pembedanya hanya pada intrik kotor dan cerita tak logis yang tak terlihat ditemukan pada drama reality ini. Pemepatan waktu tayang jelas jadi kendala hingga tak disuguhkan begitu lengkap dan panjang berseri-seri. Masih ingat dong sinetron kejar tayang "tersanjung", dari jaman saya masuk SMA sampe lulus kuliah, sinetron ini ndak kelar-kelar. Hingga berganti wajah tokoh utama, alurnya seru saja dibikin mbulet. Yaelah yang mbulet kayak ulet memang ya disukai banget.

Pernah gara-gara otak koslet waktu itu, terbersit oleh saya, kenapa orang sebegitu mudahnya ya membuka aib pribadi, keluarga atau rumah tangga di depan umum?. Aib yang seharusnya ditutup rapat agar busuknya tak tercium, eeh ini malah sengaja diumbar lalu dinikmati berjamaah, gratisan pula.

Saya tak bicara pada konteks entertainer atau artis karena memang keseluruhan hidup mereka sudahlah menjadi milik publik. Penggemar berhak tau apa yang terjadi pada artis A, B atau C, meski pada akhirnya para artis merasa jengah juga 'private room'nya diintip banyak orang. Ya, silahkan saja protes, resiko dan konsekuensinya harus siap ditelan mentah. Sila dilepeh kalau dirasa tak enak ;)

Pada 'Termehek-mehek', proses bantuan yang ditawarkan untuk menolong sang 'klien' pada akhirnya bermuara pada pembukaan aib, ada terselip cerita miris yang mau tak mau, suka tak suka harus dimunculkan. Dialog yang bukanlah bagian dari naskah skenario, meski telah diedit sehalus apapun itu tetaplah tak bisa dihindari. Dan olala..justru pembukaan aib inilah kemudian diletakkan serunya, hebohnya, larisnya.

Dan masih menikmati otak saya yang koslet, keheranan malah muncul lagi, pada sebagian artis itu ada`kerelaan di diri mereka aibnya terumbar di ranah publik. Entahlah, mungkin karena mereka putus asa tak lagi cemerlang dan mencetak prestasi hingga sisi negatif merekalah yang akhirnya 'dijual', demi sebuah kata eksis. Ini loh gue, masih tetep eksis meski tak lagi laris!
Aah, ternyata tak hanya barang bagus yang laku dijual ya, barang buruk serupa aib pun ternyata mampu menarik perhatian. Beginilah kalo sudah terbentur pada kata 'komersil', seburuk apapun itu jika dikemas apik, maka bakal jadi produk yang bakal diminati, menaikkan rating dan mendatangkan pundi-pundi.

Obat Kuat Pria, Sekedar Mitos

sebuah repost..

Tangkur Buaya, Purwaceng, Torpedo Kambing, sebagian dari obat kuat pria yang ditengarai mampu menambah stamina agar si lemah berubah kuat dan gesit. Pada yang beginian ini, pria-pria 'putus asa' mengharap ke-digdaya-an. Berharap si loyo kembali tegak berdiri, sambil manggut-manggut berkata 'siap menyodok!'
Layaknya make up yang ditebalkan pada sebagian wajah polos dan natural milik kaum hawa. Pun liposuction dilakukan begitu amat menyakitkan bagi kaum hawa demi lemak-lemak di tubuh mereka menyusut habis memunculkan kelangsingan mirip manekein berjalan. Begitu juga pada pria, pendongkrak stamina itu lantas rela ditenggak, meski sama sekali tak enak, demi sebuah kata 'jantan dan perkasa.
Ya, jaman sudahlah makin maju, penemuan banyak dilakukan, membuat manusia makin dimanjakan, ingin praktis dan serba instan, permak bodi hingga manipulasi keperawanan dan kejantanan lalu dihalalkan.
Seperti yang dialami sebagian pria, takut merasa lemah syahwat, itu berarti ancaman 'Kiamat' bagi mereka, merasa binasa sudah kejantanan yang mereka banggakan. Mulai merasa ada yang tak beres dengan masalah ranjang yang tak lagi bergoyang hebat, pria-pria itu lalu lari mencari solusi kilat nan praktis.
Sangat salah kaprah. Resiko apapun berani ditempuh demi menjadi jantan kembali. Pun pada akhirnya jika tak bijak lantas berubah upaya dan orientasi, melewati batas yang sudah ditetapkan Tuhan.

Pada dialah kemudian diletakkan ujian, dengan segala manipulasi yang telah ia ciptakan, dia lalu berulah. Pengendalian diri jadi taruhannya. Pria yang lantas perkasa, ingin menjajal keperkasaannya pada banyak wanita yang kemudian dipilih untuk dinikahi. Muncul madu satu, tak cukup puas muncul lagi madu dua, lalu berlanjut madu ketiga hingga Ahmad Dhani terinspirasi menyanyikannya. Sayang, P. Ramlee sebagai penciptanya belumlah menemukan madu keempatnya :))

Apa guna si obat kuat? Hanya karena percaya mitos seks menyesatkan lantas lupa cara bijak mengatasi problem sebenarnya.
Seperti ketika menghadapi masalah hidup, sesungguhnya yang perlu dicari lebih dulu dari sebuah permasalahan adalah akar si masalah.
Dan pada si pengidap lemah syahwat, tak perlulah lantas berburu obat kuat, bisa jadi 'si junior' tampak loyo karena sepertinya ada yang mesti dibenahi dari dalam terlebih dulu ;)

Senandung Riang Kumpul Bocah

sebuah repost..

Pada bintang kecil di langit dan cicak yang merayap di dinding, anak malaikat belajar mengenal dua kata 'bintang' dan 'cicak' di usianya yang satu setengah tahun berjalan. Takjub saja, ketika melihat di kelamnya malam dia menunjuk ke arah langit dan berkata dengan jelasnya 'bintang', dan betapa awas si kecil menangkap bayangan cicak lewat sudut matanya, cicak yang mengintip malu di balik pilar tembok rumah kami.


Si mata coklat besar menggemaskan itu belajar kata-kata pada sebuah nyanyian. Tak jauh beda dengan mamanya dulu, yang belajar berhitung pada Puput Melati, tentang berapa jumlah satu ditambah satu.

Di suatu senja, saat acara kumpul bocah, salah seorang anak perempuan didaulat menyanyi. Sambil penuh percaya diri si anak maju dan langsung menyambar microphone yang dipegang si master of ceremony

'mau nyanyi lagu apa, dek?'

Mantap dan tanpa ragu, si anak menjawab

'Nyanyi I'm Sorry Say Goodbye' *dang!..gubrak!*,

Kumpul bocah di sore itu pun mendadak berganti atmosfer ajang pemilihan idola cilik. Si anak tak mau menceritakan dunia masa kecilnya yang begitu naif lewat lengkingan suaranya yang nyaring itu, tapi lebih bangga hati bernyanyi lagu berat tema, lagu cinta lengkap dengan segala cerita derita, bahagia dan pengkhianatan.

Dan suguhan ajang idola cilik di sore itu memaksa saya flashback ke jaman piyik dulu. Saya dan anak perempuan itu ternyata sama parahnya, penikmat dan pengila lagu-lagu dewasa. Ingat waktu itu, saya jatuh cinta pertama kali pada sebuah lagu jadul, 'Please Release Me' nya kakek Engelbert Humperdinck.

Lagu jadul yang selalu rajin ditembangkan papa saya bersama organ tuanya di setiap acara kumpul keluarga. Ada kekaguman pada lagu itu. Entahlah, meski saat itu saya tak paham sama sekali dengan makna dan bahasanya. Baru sadar saja setelah paham bahasa bule, makna yang tersirat dari lirik lagunya ternyata amat sangat perih dan sedih. Weladalah, parah!

Mungkin saja belum terlambat, jika Chica Koeswoyo, Adi bing Slamet, Melissa, Puput Melati atau Bondan Prakoso dengan versi terbaru bermunculan lagi di era ini, menyanyikan dengan riang gembira lagu kanak-kanak untuk anak malaikat dan bocah-bocah polos lainnya.

Hingga tak perlu ada Patton atau idola-idola cilik lain yang 'dipaksa' bernyanyi lagu dewasa, karena stok lagu anak-anak tempo dulu dianggap tak lagi menjual, tak mutu, karena yang terhebat dan termegang banget tetaplah lagu-lagu milik tante manekein, Krisdayanti atau grup band Ungu. Dianggap cocok dinyanyikan untuk segala usia. Cih!

Jadilah anak kecil saja dengan segala kepolosan itu, dan nikmati kumpul bocah di bawah rembulan malam, sambil main congklak dan bersenandung..

Yo prakonco dolanan ning njobo..padang bulan padange koyo rino..

Malaikat Pendosa, Sebuah Alter Ego

sebuah repost..

Apakah saya berkepribadian ganda?, entahlah, sepertinya memang iya. Tubuh, pikiran serta hati saya mewakili satu sisi baik dan satu sisi buruk, bisa alim, lalu tiba-tiba gila sesaat.

Saya mendapati bahwa kepribadian ganda atau yang lebih keren dikenal dengan Alter Ego adalah kepribadian individu yang terpecah sehingga muncul kepribadian lain, yang merupakan perwujudan ekspresi dari kepribadian utama. Tak ada yang salah itu muncul, karena pribadi utama tak mampu mewujudkan hal yang ingin dilakukannya.
Dalam bahasa sederhana, penganut dua kepribadian ini terkadang hidup seperti bunglon, tak menetap pada satu pribadi saja. Ia bisa begitu hebat mengikuti situasi dan kondisi, tapi buruknya dia cenderung moody. Apa yang saya dapati pada diri saya ini terkadang saya menyebutnya tidak waras.

Lalu, jika tak waras kenapa saya masih mengingat Tuhan, ya?, *garuk-garuk kepala*
Ya, mungkin yang saya alami ini adalah salah satu bentuk usaha saya menghibur diri, sejenak lari dari penat yang menjerat dan lalu menciptakan kepribadian lain yang dapat menampung semua perasaan saya. Sisi lain dari saya yang muncul pada diri si malaikat pendosa. Hidupnya dipenuhi dengan keteraturan, disiplin tinggi, sangat patuh pada tatanan dan bisa sangat manis, namun di sisi lain, ia bisa koplak, liar, nakal dan rebel mendadak.
Double personality ini bisa terwujud dari peristiwa traumatik masa kanak-kanak. Teringat lalu saya pada Sybil, kok saya mirip dia ya?. Kepribadiannya malah berlipat ganda. Tepatnya 16 kepribadian. Kisah Sybil yang lalu diangkat menjadi sebuah novel karya Flora Rheta Screiber. Kalau kalian pelahap buku-buku bermuatan kejiwaan, buku ini wajiblah dibaca.

Bercerita tentang Sybil, seorang guru TK penderita Multiple Personality Disorder. Berawal dari masa lalu Sybil saat itu yang seringkali mendapati kekerasan pada fisiknya yang dilakukan oleh sang ibu. Penyiksaan yang berulang dan dialami sejak masih kanak-kanak kemudian membuat kepribadian Sybil muncul dalam 16 pribadi yang saling bertentangan. Wew!

The next Sybil sebenarnya sudahlah bermunculan. Banyak kita jumpai pada kekerasan dalam rumah tangga yang melibatkan anak-anak sebagai korbannya. Segala bentuk hukuman dari ringan hingga keras mampir pada anak-anak ini jika mereka melakukan kesalahan. Tindak bullying yang bahkan dilakukan sebagian orang tua dan guru mereka di sekolah *zombie yang mengerikan*. Miris!

Cukuplah saya, Sybil dan anak-anak malang korban kekerasan lainnya mengalami ini, tak perlu terwujud pada anak malaikat atau anak-anak bermata indah di luar sana.

Dan jika kamu tanyakan pada saya, nyamankah memiliki dua kepribadian ini dalam tubuhmu?
Jawabnya sangat nyaman. Tapi rasa nyaman ini bakal hilang seiring timbul 'chaos' di otak, pikiran dan hati saya karena tak mampu mengatur dua pribadi ini secara simultan. Kalau sudah begitu, warning bagi saya agar segera berhenti memanjakan ego, mencumbui kesemuan, lari sejenak dari kenyataan, karena mau tak mau, suka tak suka saya harus kembali bertempur menghadapi hidup yang sesungguhnya.



Siyal!..postingan ini menelanjangi diri saya bulat-bulat..:D

Rokok, Simbol Kejantanan Pria?

sebuah repost..

Jika uni Sabai bisa memahami prianya heboh dengan bola bundar yang menggelinding di lapangan dan direbutkan 22 orang, saya pun memahami itu pada pria saya, karena dia juga penikmat bola.


Ya, bola dan pria, saling mengikat kuat. Sama kuatnya dengan gambaran pria pada sebatang rokok. Para pria perokok yang selalu tampak 'manly' dan begitu jantan ketika menghembuskan kepulan asap rokoknya ke udara. Seksi!

Lihat pencitraan yang ditampilkan pada seorang bintang iklan rokok, tampak selalu begitu sempurna, dengan tubuh atletis, dada berbidang, perut rata, ditopang dengan bahu kekar dan rahang tegasnya. Pria gagah dan keren yang pantas disandingkan dengan wanita cantik manapun.

Pada pria ini lalu dihadapkan sebuah realita gaya hidup modern, penuh kemapanan. Hidup yang diperciki dengan bumbu cita rasa kesuksesan. Bahwa dengan rokok, karir atau kehidupan percintaan mereka bisa begitu mudah di raih dan akan berakhir dengan kesuksesan dan kebahagiaan. Hiperbolik?, jelas!

Bahkan pria-pria perokok ini tak pernah lepas dari pencitraan seorang adventurer, penyuka tantangan, penggila olah raga pemacu adrenalin. Bagi mereka, tantangan bukan untuk ditakuti tapi untuk dihadapi, sekeras apapun itu. Ego pada pria yang muncul begitu kuat, tapi diam-diam banyak wanita malah menyukai itu, termasuk saya.

Tak ada yang salah dengan iklan rokok yang memasang bintangnya serupawan mungkin atau alur cerita pada iklan dibuat amat sangat dramatis sekali. Sah-sah saja, lhah wong ini bagian dari proses menarik peminat, kok. Tak melibatkan SPG cantik dan seksi yang berjejer di stan produk rokok, karena produk memang tidak sedang dipasarkan secara verbal. Tetapi disuguhkan berupa visualisasi, penggambaran iklan yang dibuat sebagus mungkin, semewah mungkin, hingga selalu saja iklan rokok merek tertentu dibuat begitu kolosal. Keren!

Back to topic. Lalu, bagaimana dengan pria saya, pria kamu atau kalian, yang sama sekali bukan penikmat rokok? mereka tak cukup jantan kah? atau lantas surutkah karir dan kehidupan percintaannya karena mereka begitu bodoh meninggalkan rokok?

Pencitraan hebat tentang seorang pria dan rokoknya sudahkah terlanjur kuat melekat, hingga jantan dan sukses lalu diidentikkan pria pada sebatang rokok?

Sebodo amat dengan rokok. Meski pria saya bukanlah penikmat rokok, kejantanannnya tak lantas jadi surut atau lebih parah karirnya tak secemerlang para perokok-perokok itu *sila kalau mau dibilang saya narsis*. Berhenti merokok adalah keputusannya yang patut saya acungi jempol, dan saya mendukungnya penuh.

Tak mudah bagi dia melepaskan diri dari jerat benda yang bisa membuatnya lari dari penat. Dan saat saya tanya apa alasannya berhenti merokok, dia hanya menjawab singkat, jelas, tepat dan mengena..
"aku masih sayang paru-paru dan isi dompet di kantongku, dear.." :))