Monday, January 04, 2010

Mencari Tuhan, Bertemu Tuhan

sebuah repost..

Mungkin memang belum jodoh dan rejeki saya 'bertemu' Tuhan di tanah suci. Sedang mama saya memberi penghiburan, bahwa tiap hari pun kita telah bertemu dan bercakap dengan Tuhan, karena dia berada dekat di urat nadi kita. Bodoh saja, karena hadirnya terlalu dekat hingga terkadang kita lalu mengabaikan keberadaanNya.

Ya, menjalani kehidupan yang serba modern dan hidup di era digital rupanya membawa saya, atau mungkin sebagian orang menjelma menjadi pribadi yang selalu berkejaran dengan waktu, dituntut cepat, karena bergerak lambat hanya akan membawa kita jauh tertinggal di belakang. Memang benar, saya terus bergerak cepat hingga selalu berada di garis depan, tapi rupanya langkah saya justru makin meninggalkan Dia yang terengah-engah mengikuti saya dari belakang.

Lima kali dalam sehari sesi pertemuan saya denganNya selalu berakhir mengambang, tak memuaskan. Tak lagi harmonis dan semesra dulu. Bukan lagi seru dan mengasyikkan seperti brainstorming yang kerap saya lakukan bersama suami di atas tempat tidur sebelum kami mengantuk dan terlelap. Bahkan tak lagi sebebas anak malaikat yang berceloteh riang dalam bahasa kanak-kanaknya yang bercerita tentang hari-hari serunya di rumah bersama uti dan akung.

Aahh..pertemuan itu lalu hanya menjadi sebuah kewajiban rutin tanpa bisa dimaknai. Saya berubah cepat menjadi seorang tentara yang memberi laporan pada komandannya, dalam bahasa yang sangat singkat, cepat, padat! Lalu bisakah Dia menerjemahkan sebuah keluh kesah jika kita ngebut curhat dan malah tergoda melirik jam di dinding yang makin bergulir cepat, menunjukkan angka tertentu? Bisa tertebak lama-lama Tuhan bakal mengajukan protes dan memutuskan tak lagi mau menerima segala macam curhat dari umat-Nya..hihihi

Sebagai manusia, saya sangat memahami bahwa diri ini adalah makhluk pencari yang seringkali tak tahu apa yang dicarinya. Bahwa sebenarnya saya (manusia) mencari bahagia yang sifatnya illahiah (kekal), tapi saya (manusia) terkecoh untuk sekedar mengejar bayang ilusi semu. Terlalu sulit bagi saya (manusia) hingga tak bisa membedakan mana yang bahagia dan apa yang sekedar sebuah kesenangan
Pada buku Yasraf Amir Piliang berjudul 'Dunia yang Berlari: Mencari Tuhan-tuhan Digital', saya belajar, bahwa dunia memang telah disesaki manusia dengan segala transformasinya hingga memerangkap manusia itu sendiri dalam hidup yang dipenuhi dengan kegilaan dan ekstasinya. Manusia-manusia itu terpenjara dalam sebuah tembok besar hingga mereka tak lagi punya waktu dan ruang untuk mendekati Tuhan dan mengingat nama-Nya. Saya dan manusia-manusia dalam dunia itu lalu berlarian di dalam ruang sempit penjara, mencari sendiri Tuhan-tuhannya dan memilih mendewakan kapitalisme, postmodernisme, dan cyberspace sebagai Tuhan-tuhan kami. Miris!
Pun, saat dunia telah dikuasai penuh oleh ide, gagasan, pencitraan dan objek yang merefleksi hasrat-hasrat, dan lalu hasrat itu mengalir tanpa batas maka manusia dihadapkan pada satu titik dimana mereka tak lagi membutuhkan kehadiran Tuhan. Pada akhirnya sebuah Blackberry atau notebook Acer keluaran terbaru pun menjelma menjadi tuhan. Sepenuhnya ia diagungkan melebihi Tuhan itu sendiri.

Tuhan yang selalu berada dekat dalam urat nadi kita sedikit tergeser perannya oleh tuhan ekonomi (kapitalisme), tuhan budaya (postmodernisme) dan tuhan teknologi (cyberspace). Tuhan-tuhan yang hanyalah ilusi itu sengaja diciptakan manusia, dengan anggapan bahwa Tuhan-tuhan ini mampu memberi kebahagiaan. Terdengar konyol, bukan? Tapi itu memang nyata adanya.
Bagi saya, sebuah kesibukan sangat relatif pada masing-masing pribadi. Sebuah kesibukan apapun itu tak akan mengurangi waktu pribadi kita dengan sang Tuhan jika kita mau lebih ketat mendisiplinkan diri. Jujur, saya merasa tertohok dengan tulisan saya pribadi, pun merasa ditelanjangi. Karena demi sebuah alasan jahat, berpura-pura lupa waktu, saya pernah meninggalkan Tuhan dan lebih memilih sibuk menyelami dunia saya, dunia menulis.
Lalu, kalian, masih sempatkah 'online' dengan Tuhan saat asik berkutat dengan Blackberry kebanggaan? ataukah kalian lebih rela melewatkan misa natal malam ini demi melihat siapa yang online di Facebook atau Twitter?

No comments:

Post a Comment