Saturday, January 02, 2010

Barang Laris itu Bernama Aib

sebuah repost..

Anak malaikat merengek minta diantarkan main ke rumah tetangga sebelah rumah. 'Ini sudah malam, nak..besok saja ya?', dibujuk dengan apapun, tetaplah tangan saya digamit sambil menunjuk sebelah rumah. Ya, sudah, apalah daya saya, anak malaikat rindu ingin main bareng kawannya.

Dengan setengah hati, saya antarlah anak malaikat kesana. Agak tak enak hati juga karena takut mengganggu si empunya rumah. Eh ternyata benar, kedatangan kami hendak mengajak anak-anaknya main malah membuyarkan konsentrasi si ibu nonton 'Termehek-mehek'. What?!..Tidaaaaakk!!

Agak janggal ketika kali pertamanya saya melafalkan judul acara 'Termehek-mehek'. Menyebut ini sebagai bagian dari kata gaul, setipelah dengan terkintil-kintil atau terkepret-kepret. Diartikan sebagai tergila-gila.

Apanya sih yang membuat acara ini bisa begitu digilai oleh kaum hawa *terutama*?, Maaf nih, tidak pada saya, daripada nonton itu mending saya tidur. Mungkinkah pada suguhan yang digagas dan dikemas apik hingga terkadang sedikit di dramatisir? Mirip sih dengan alur cerita sebuah shitnetron.

Pembedanya hanya pada intrik kotor dan cerita tak logis yang tak terlihat ditemukan pada drama reality ini. Pemepatan waktu tayang jelas jadi kendala hingga tak disuguhkan begitu lengkap dan panjang berseri-seri. Masih ingat dong sinetron kejar tayang "tersanjung", dari jaman saya masuk SMA sampe lulus kuliah, sinetron ini ndak kelar-kelar. Hingga berganti wajah tokoh utama, alurnya seru saja dibikin mbulet. Yaelah yang mbulet kayak ulet memang ya disukai banget.

Pernah gara-gara otak koslet waktu itu, terbersit oleh saya, kenapa orang sebegitu mudahnya ya membuka aib pribadi, keluarga atau rumah tangga di depan umum?. Aib yang seharusnya ditutup rapat agar busuknya tak tercium, eeh ini malah sengaja diumbar lalu dinikmati berjamaah, gratisan pula.

Saya tak bicara pada konteks entertainer atau artis karena memang keseluruhan hidup mereka sudahlah menjadi milik publik. Penggemar berhak tau apa yang terjadi pada artis A, B atau C, meski pada akhirnya para artis merasa jengah juga 'private room'nya diintip banyak orang. Ya, silahkan saja protes, resiko dan konsekuensinya harus siap ditelan mentah. Sila dilepeh kalau dirasa tak enak ;)

Pada 'Termehek-mehek', proses bantuan yang ditawarkan untuk menolong sang 'klien' pada akhirnya bermuara pada pembukaan aib, ada terselip cerita miris yang mau tak mau, suka tak suka harus dimunculkan. Dialog yang bukanlah bagian dari naskah skenario, meski telah diedit sehalus apapun itu tetaplah tak bisa dihindari. Dan olala..justru pembukaan aib inilah kemudian diletakkan serunya, hebohnya, larisnya.

Dan masih menikmati otak saya yang koslet, keheranan malah muncul lagi, pada sebagian artis itu ada`kerelaan di diri mereka aibnya terumbar di ranah publik. Entahlah, mungkin karena mereka putus asa tak lagi cemerlang dan mencetak prestasi hingga sisi negatif merekalah yang akhirnya 'dijual', demi sebuah kata eksis. Ini loh gue, masih tetep eksis meski tak lagi laris!
Aah, ternyata tak hanya barang bagus yang laku dijual ya, barang buruk serupa aib pun ternyata mampu menarik perhatian. Beginilah kalo sudah terbentur pada kata 'komersil', seburuk apapun itu jika dikemas apik, maka bakal jadi produk yang bakal diminati, menaikkan rating dan mendatangkan pundi-pundi.

No comments:

Post a Comment