Saturday, January 02, 2010

Sang Belahan Jiwa

sebuah repost..

Tubuhnya teramat mungil, rapuh dan ringkih. Ruang bersalin itulah saksi perjumpaan saya dengannya, sang anak malaikat.

Lengkingan tangisnya membuyarkan lelah dan payah saya. Jahitan perih apapun itu tak lagi terasa sakit ketika melihatnya begitu dekat, erat dalam pelukan. Anak malaikat bermain insting mencari sumber penghidupannya, pada puting susu penawar kelegaan dan ketenangan. Perjalanannya bertemu saya terbayar.

Desir hangat tercipta ketika jari kami saling sentuh, tatapan mata dan batin kami saling bicara. Membelai hati kami, menyelipkan sebentuk cinta, rasa kasih juga sayang.

Satu setengah tahun berlalu teramat cepat. Kini tubuhnya tak lagi ringkih, tapi telah bertumbuh kekar, besar. Mata coklatnya tajam, menghujam jantung ketika dia menatap penuh kasih. Tangan mungilnya menggenggam kuat apapun yang diraihnya. Kaki kekarnya menapak kuat, memanjat pijakan tinggi. Tak surut takut, malah senang bermain dengan berani. Aah..kau memang jagoan terhebat milik mama, nak.

Hitung bintang di langit dan cicak yang mengintip malu di balik pilar tembok itu, nak. Ya, sang belahan jiwa telah pandai berhitung. Satuuu, duaaa, tigaaa..teriaknya riang. Benda angkasa berwujud bintang diucapnya jelas, dan dia mengenal cicak yang berdecak lewat lagu yang selalu berulang berputar di kepalanya.

Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap..Hap!..dan meledaklah tawanya yang renyah, pamer deret giginya yang putih. Sebuah senyum tersungging, manis. Senyum yang saya wariskan untuknya. Pelukan di kepala dan ciuman lembut di rambut adalah wujud sayangnya untuk semua yang dikasihinya, uti, akung, papa juga mama.

Pada adzan yang bergema, pada surat Al-Fatihah yang kami bisikkan di telinganya di hampir tiap malam, penghantar tidurnya. Pada segala gerak kami saat khusu' berbicara dengan Tuhan, yang ditirunya. Dia telah belajar mengenal sang Pencipta.

Kadang terbersit rasa tak sabar menantinya tumbuh meranum, berkawan dengan lewan jenisnya. Mencoba menebak saja, berapa ya kira-kira wanita yang dipatahkan hatinya? Ahh, jangan ya, nak. Itu nakal namanya. Jadilah laki-laki yang setia pada satu hati.

Jika patah hati nanti jangan pernah malu untuk menangis, nak. Tangismu tak akan membuat dirimu berubah jadi pria yang melemah. Tangismu adalah obat pelega, kau akan memerlukan itu. Percaya mama.

Jaman pasti akan memangkas jatah hidup saya, dan lalu..
Masih bisakah saya mendampinginya di kelulusan dan wisudanya, kelak?
Masih bisakah saya menyemangatinya di kala ia tengah berjuang meraih mimpi?
Masih bisakah saya mendampingi ia melamar pujaan hatinya?
Masih bisakah saya hadir kala dia tengah mengucap ikrar suci pernikahan?
Masih bisakah saya menggendong anak malaikatnya?

Ahh terlalu banyak pertanyaan, pasti Tuhan akan sulit memberi jawabnya. Hanya Dia yang tahu berapa sisa umur saya bisa bertahan di dunia ini. Semoga saja Tuhan berbaik hati, memberi bonus berlimpah untuk umur saya agar bisa menemani sang belahan jiwa melewati fase hidupnya.

Ya, sang belahan jiwa itu bernama Faiz. Dialah guru yang mengajarkan saya untuk terus belajar kuat, belajar tegar. Pada dialah, saya mengolah sabar, meraih ikhlas, mengharap surga. Dan dialah sang anak malaikat, yang akan membantu melapangkan jalan saya pulang kembali ke hadapan Tuhan.

No comments:

Post a Comment