Monday, January 04, 2010

High Heels, si Seksi yang Menyeramkan

sebuah repost..

Donna berjalan seperti melambai diterpa angin, tubuh tinggi rampingnya terbalut sutra mahal. Betis indahnya bertumpu pada sepatu berhak tinggi lima senti dan berujung lancip yang mengundang keseksian. Anggunnya Donna. Ia terlihat makin menjulang seperti Monas di pusat Jakarta. Kilat matanya tersorot lampu, tajam seakan menantang para tamu yang hadir di acara pagelaran busana malam itu.

Ya, Donna dan stiletto, seperti juga perempuan lain di jagat ini yang menyukai sepatu berhak tinggi. Stilleto diburu dan dikoleksi agar passion dari peradaban fashion ini tak akan pernah jadi punah. Pun, Donna dan sebagian kaum hawa tak gentar takut meski sepatu bersol runcing tinggi itu ternyata justru menyeramkan.

Tak mereka sadari, high heels yang membantu kaki mereka terlihat jenjang panjang dan seksi itu telah memunculkan beragam efek hingga alarm warning di tubuh para perempuan itu berbunyi begitu keras. Ada semacam nyeri pada pinggang yang lalu dirasakan.

Pemakaian high heels saat duduk terlalu lama atau berdiri dengan menumpu tubuh pada satu kaki rupanya membuat tubuh mengalami salah posisi (mal position) sehingga timbullah nyeri. And see, bukan sebuah awal dari gejala penyakit ginjal atau batu karang, tetapi nyeri itu terbawa dari efek si sepatu cantik itu.

Bahkan dunia medis sepertinya 'emoh' berjalan beriringan dengan dunia fashion saat bicara tentang high heels. Jika sepatu hak tinggi bagi fashion adalah passion, maka bagi dunia medis, sepatu hak tinggi tak mendapatkan tempat yang layak, baiknya dibuang ke tempat sampah saja.

Jika ada yang mampir mengeluh kapalan (hammertoe) di tumit dan mendadak mengalami gejala Schizophrenia, para dokter itu pun langsung meminta pasiennya 'membuang' jauh-jauh high heels mereka dari daftar tetap fashion yang harus diikuti :D

Bisa jadi Donna dan sebagian kaum hawa itu lalu bergidik ngeri, pun saya, tapi ketakutan itu rupanya hanya sementara, karena studi yang dilakukan Dr Maria Cerruto, seorang ahli urology asal Italia menepis ketakutan mereka.
Studi yang dilakukannya pada 66 wanita usia 50 tahun ke bawah dan pengguna sepatu berhak dengan sudut 15 derajat dan tinggi 2 inci (5 cm), justru memiliki postur tubuh yang sama baiknya dengan mereka yang lebih suka memakai sepatu bersol rendah dan sedikitnya mereka menunjukkan aktivitas elektrik pada otot dasar panggul.
Dalam bahasa sederhana, aktivitas otot dasar panggul para pengguna sepatu hak tinggi yang berada dalam posisi optimal ditengarai mampu memperbaiki kekuatan dan kemampuan saat berkontraksi. Wow!

Sekedar informasi saja, otot dasar panggul adalah salah satu komponen penting pada tubuh wanita yang bisa memperbaiki performa dan kepuasan saat bercinta. Dan pemakaian high heels ternyata dipandang sang ahli Urology, Dr Cerruto sebagai jawaban untuk membantu melatih otot dasar panggul tersebut.

Padahal fakta yang pernah saya dapatkan bahwa elastisitas otot dasar panggul akan mengendur dan melemah usai melahirkan dan seiring bertambahnya usia. So, lalu sebegitu pentingkah sebuah sepatu hak tinggi mampu membantu otot dasar panggul bekerja baik menjawab banyak pertanyaan tentang ketidakpuasan performa 'intim' di atas tempat tidur?

Hmm, saya kok lebih percaya sebuah latihan rutin semacam olahraga lebih bisa diandalkan untuk membantu kerja semua organ tubuh bekerja dengan optimal ya? bukan pada sebuah sepatu entah bersol rendah atau tinggi, pun obat kuat apapun itu ;)

Hai temans, suka juga memakai sepatu hak tinggi, and are you feel so sexy? ;)

No comments:

Post a Comment