Angelina Jordan |
tubuh kecilnya dibalut dress putih,
sepasang mata sayu miliknya cemerlang memancar haru. rambutnya digerai,
sedikit berantakan. bahkan bernyanyi tanpa alas kaki, ia hadir menjadi dirinya
yang tak biasa. lalu dengan menjentikkan tangan mungilnya, gadis kecil
itu meminta band pengiring memainkan musik.
Gloomy Sunday terdengar begitu naif saat dinyanyikannya -
tapi, jika boleh ikut mengapresiasi, gadis itu berhasil melampaui
Billie Holiday, pendahulunya. Angelina, nama gadis itu - mungkin saja tak pernah membayangkan akan seterkenal sekarang karena sanggup mencuri perhatian juri.
gadis kecil Norwegia itu selayaknya kanak-kanak yang polos. mungkin seperti juga Kinar, putriku, yang gemar merajuk dan pernah
marah karena mainannya direbut paksa. ya, karena kepolosan kanak-kanak adalah barisan wajah-wajah
yang sanggup membuat kita menaruh haru. membelai nurani kita untuk
mengasihi. tapi kadang memang tak selalu begitu.
ada mereka di luar sana, menyebut dirinya sebagai manusia
tapi sifat ke-manusia-annya mengalami krisis akut. ada mereka yang dekat
memberi hangat tapi tajam mengintai. merenggut paksa kepolosan itu.
bahwa yang polos cenderung lemah lalu lebih mudah dibinasakan.
kali ini pusat itu tertuju pada Angeline. miris, yang kita
dapat di negeri sendiri. kepergian Angeline yang terlalu cepat amat
disayangkan. ia dielukan, dikasihani justru karena jasadnya telah
ditemukan.
bukan kesengajaan, Angelina dan Angelina punya nama yang
hampir mirip, usia yang sebaya dan sosok yang sekilas mirip. meski nasib
dan takdir tak membawa mereka pada jalan yang sama.
Angeline |
Angelina dilimpahi
hidup yang begitu mudah terbalik menyenangkan. tapi tidak pada Angeline.
dilahirkan dalam kondisi ayah ibu yang papa, Angeline
menjalani takdirnya. begitu ironis, rasa percaya dan harapan yang
ditanamnya, dimatikan begitu saja oleh orang-orang terdekat - keluarga
yang pernah mengangkatnya dari jurang kemiskinan.
Angelina dan Angeline ibarat dua sisi mata uang. keduanya tak pernah ingin memilih akan jadi seperti apa. Angeline pergi karena hidupnya suram, dan Angelina menyanyikan kepahitan itu untuknya.
Angelina selayaknya kanak yang dihujani dukungan orang tua,
dilimpahi kasih sayang berwujud hati lembut yang dirajut bersama doa di
setiap langkahnya. sayang, semua itu hanya sebatas harapan yang
terkubur bersama mimpi abadi Angeline.
Angeline telah tiada. dan simpati menderas dari segala
arah. masyarakat berduka tapi ujungnya lalu sibuk menyalahkan pihak lain
adalah menggelikan. ya pantas, karena memang selalu mudah memberi cap
buruk pada orang lain.
tapi, sebenarnya sudahkah kita belajar dari kisah pilu
Angeline. jujur, mungkin saja kita pernah tidak sengaja melontarkan
intimidasi verbal dan mental pada buah hati sendiri. tapi
terlambat kita sadari, kita sudah menciptakan generasi rapuh dan gloomy.
lantas, masihkah akan ada Angeline lain di luar sana yang terancam di lingkungan terdekatnya sendiri? semoga jangan.
No comments:
Post a Comment