Wednesday, January 25, 2012

Cerita Sepasang "Telinga Kedua"

sebuah repost

Meski dia hanya pinjaman, saya dan dia seperti tak bisa terlepas satu dengan yang lain, itu karna kami sehati. Saya begitu sayang padanya, dan saya tahu sekali, dia kurang akur dengan sang tuan, yang cuek-cuek butuh padanya. Dengan saya dia merasa beda. Sepanjang hari, saya rela-rela saja meminjamkan telinga untuk mendengar segala macam penghiburannya.

Pagi itu, betapa kagetnya saya, menemukan dia tak berada di tempat biasanya dia berada. Menghilang kemana dia?, atau mungkin dia sudah kembali pada tuannya?. Saya lemas, berasa separuh napas ini dibawa pergi sama dia. Mungkin memang sudah waktunya saya mengucapkan selamat tinggal, dia kan bukan milik saya?, meski kami sehati. Saya rela dia dibawa pergi sang tuan yang lebih berhak atas dia.

Di awal hari itu, tanpanya jelas terasa begitu berat, saya mengalami penurunan drastis. Penyemangat dan penghiburan yang dulu setia bersama saya, lenyap. Hingga tiba di pertengahan hari, saya menemukan dia di pojok ruangan gelap, sendirian. Seperti tak bertuan. Aah, rupanya sang tuan meninggalkannya sendirian di sana.

Atas ijin sang tuan, saya membawanya kembali, kembali kepada saya yang lebih membutuhkannya. Hati ini sumringah, sang penyemangat tak jadi lenyap. Dan hingga akhir cerita saya ini, dia masih berstatus sebagai pinjaman semata, yang masih setia jadi penghiburan, dikala saya mulai dilanda penat. Dia yang akan selalu menjadi 'sepasang telinga' kedua bagi saya..

*dedicated to earphone milik teman'

Salam

1 comment:

  1. selama sang penyemangat dan penghibur masih setia menemani jangan pernah berhenti memberi warna ke duniaMu.

    "....always be colour ur world...."

    ReplyDelete