Friday, February 05, 2010

Perempuan dan Tattoo

Perempuan tidak ber-tattoo bebas masuk surga, sedang perempuan ber-tattoo bebas kemana saja, keluyuran rumah tengah malam, merokok, dan mereka dianggap memiliki perangai yang buruk dan nakal.
Hmm, sebuah pemikiran picik, sempit dan maha dangkal?. Tak heran, masyarakat kita belum terbiasa dengan pemikiran 'open minded', karena masih terikat erat dengan adat ketimuran. Semua yang terlihat 'nganeh-anehi', tidak pada umumnya lalu ternilai negatif. Dan pepatah 'don't judge a book by it's cover' pun terpatahkan.

Saya akui, saya suka perempuan ber-tattoo, mereka itu nyentrik nan eksentrik. Sempatlah beberapa hari sebelum menuliskan tentang tattoo ini, sebuah ide gila menghias tubuh dengan tatoo menghampiri saya. Jujur, ada keinginan itu. Meski akhirnya tertepis karena saya masih terlalu takut.

Sebuah sekat agama menghalangi saya melakukan itu, dan saya tak berani mendobraknya. Tersebutkan bahwa sebuah dosa besar di kepercayaan saya merajah tubuh dengan tattoo. Ahh soal dosa atau tidak, masuk surga atau tidak, hanya Tuhan saja yang bisa memutuskannya, bukan? Namun tetap saja membayangkan dosa saya yang sudah bertumpuk banyaknya, belum lagi dikalkulasi dengan dosa besar yang satu itu, hati saya langsung nyeri, ngeri.

Tak hanya itu, alasan lain pun jadi pertimbangan. Keberadaan saya dalam lingkup aturan norma-norma kemasyarakatan juga keluarga besar di sekitar saya tentu akan segera merespon cepat atau yang lebih parah 'menyerang' saya atas keputusan maha gila saya untuk ber-tattoo.

Hmm..jika sudah begitu, biarlah saja menjadi keinginan terpendam. Biar jadi mimpi terindah saya memiliki tattoo bergambar kura-kura besar di punggung. What?!..*weird of dream*..hihihihi :D

Dan cukuplah saya menikmati hasil karya indah perempuan-perempuan ber-tattoo itu. Sebuah kata 'wow!' langsung terucap di bibir saya manakala berhasil mengintip dua dari sembilan tattoo cantik seorang Nicole Richie yang menghiasi kulit mulusnya. Sepasang sayap mungil di belakang punggung dan sebuah Rosario terpahat di ankle-nya. Sangat cantik dan artistik.

Nicole Richie dan semua perempuan-perempuan ber-tattto itu berani berekspresi, mengungkapkan rasa, menghargai karya seni. Merekalah perempuan-perempuan yang bersedia melalui rasa sakit dirajah jarum suntik dan rela-rela saja tubuhnya dipahat bak kayu. Terlukislah tubuh mulus bak kanvas itu dengan tinta warna-warni, tersematkan simbol, quote favorit bahkan replika foto.

'The sign' itulah yang menandai sebuah momen penting dalam kehidupan mereka, pun sebagai handicap menuju keterkenalan mereka. Salut dan menjura untuk mereka karena telah berani memilih melalui rasa sakit itu demi menjadi terlihat seksi dan nyentrik. Sakitnya yang mereka rasa setimpal dengan nyeri yang mereka alami saat operasi pengecilan payudara dan liposuction dilakukan. The present is in your hands, dude!

Inilah bukti bahwa fungsi tattoo sudahlah bergeser, menjadi bagian dari nafas fashion dan tren gaya hidup. Tak lagi tattoo difungsikan sekedar sebagai penanda pencapaian fase-fase terpenting dalam kehidupan perempuan-perempuan suku saat mereka mencapai pubertas, menikah dan memutuskan memiliki anak.

Tak dipungkiri, kembali lagi hanya prinsiplah yang bisa memutuskan seseorang untuk 'menandai' tubuhnya. Tak ada guna sekedar ikut tren, jika hanya untuk kesenangan sesaat dan lalu menyesal memiliki 'tanda' itu. Akan jadi sebuah keterpurukan jiwa saja. Itu dialami seorang Kelly Osborne yang memberi saran pada anak-anak muda untuk tak ber-tattoo. Saat interview-nya dengan Access Hollywood,
she urged teens to lay off the ink, 'Don't get tattoos, please, because you hate them when you get older. I hate them.'
Pun hampir samalah dengan penyesalan seorang Damian Perez. Mantan suami Julia Perez, si seksi bohay itu rela merajah nama sang istri di lengannya. Kenyataan pahit, pernikahan itu kandas. Mau diapakan tanda itu, tetap dikenang? jika tak ada lagi rasa yang tersemat di sana, untuk apa tanda itu masih terpahat?. Hapus, hilangkan dan buang jauh-jauh adalah cara tepat. Namun saya yakin rasa sakit 'mencabut' tanda itu dari tubuhnya tak akan seberapa dibanding dengan sakit perihnya melupakan kenangan sang mantan istri.

diposting juga di sini

No comments:

Post a Comment