perempuan dan laki-laki setengah baya yang duduk di seberang meja kafe itu saling tatap. laki-laki itu sengaja mengajak perempuannya ke sana. katanya, ada es krim favorit berdua yang bisa mereka habiskan sama-sama sambil bercanda.
tatapan mata perempuan itu seakan merajuk, ketika laki-lakinya menggoda, urung menyuapkan sendok ketiga banana split yang meleleh di atas piring mereka.
ya, ya, si perempuan berbaju terusan polkadot itu memang punya senyum yang menggemaskan.
"aku tak memiliki senyum semanis itu, pantas Hans selalu kangen dengan senyum perempuannya ini," Mita membatin.
masih Mita memperhatikan keduanya dari balik jendela butik yang berhadapan dengan kafe itu. tiga tahun sudah perempuan itu hadir di antara mereka. laki-laki itu suamiku. Hans selalu tahu bagaimana membuat perempuannya itu nyaman dan merasa tenang. dan baru ini Mita melihat senyum Hans begitu sumringah. lepas, natural.
"aku rela perempuan itu mencuri hari-hari suamiku. aku rela suamiku lebih memilih tidur bersamanya. aku relakan juga bahu suamiku kelak akan menjadi sandarannya. saat perempuan itu mulai mengerti cinta, dan dia punya suamiku yang menguatkannya."
"aku cemburu, tapi rasanya ini membahagiakan. suatu saat ketika cinta ini aku lepaskan, mereka pasti akan bisa saling menjaga." Mita tersenyum, berjalan tenang menghampiri keduanya.
"sudah makan es krimnya?, yuk kita pulang," ajak Mita.
Kenes memegang tangan Hans, dan memberi kode agar Hans menggandeng Mita.
"i'm so tired, i wanna go home, mommy..." Kenes manja pada Mita.
ketiganya berlalu meninggalkan kafe, meninggalkan senja. menyisakan harap Mita pada sepiring banana split, dan waktu yang bersedia memberi Hans dan Kenes ruang untuk kembali bercanda.
"karena aku tak akan pernah selamanya ada di antara kalian..."
No comments:
Post a Comment