Kanker adalah suatu kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.
Berdasarkan data di organisasi kesehatan dunia (WHO), kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai sekitar 40 kasus setiap 100.000 penduduk pada tahun 2012.
Dibandingkan dengan negara tetangga kita, Malaysia, kanker payudara di Indonesia lebih banyak diderita oleh wanita usia muda dan pada tahap yang lebih lanjut. Namun, Kanker payudara tidak hanya menyerang kaum wanita tapi juga pria walaupun jarang.
Dr Subianto, spesialis bedah tumor dari RS Columbia Asia mengatakan gejala kanker payudara biasanya tidak terdeteksi. Karena itu, pemeriksaan payudara sendiri (sarari) setiap bulan sebaiknya dilakukan sebagai tindakan pencegahan sejak dini.
Sarari dianjurkan sesudah haid hari ketujuh sampai kesepuluh sejak hari haid pertama. Lalu, mengapa pada rentang tersebut yang lebih baik untuk diambil? Dr Subianto menjelaskan, "karena hormon estrogen paling rendah, sehingga retensi cairan pada tubuh termasuk payudara lebih rendah. Hal ini memudahkan untuk meraba benjolan pada payudara."
Belum diketahui penyebab timbulnya kanker payudara. Lebih jelasnya, karena dipengaruhi faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam yakni faktor genetik.
"Apabila ada ibu atau saudara perempuan yang pernah terkena kanker, maka kita harus waspada," imbuh Dr Subianto.
Pemicu kanker payudara dari luar adalah dari pola makan yang terlalu banyak mengandung kolesterol. Seperti kita ketahui, kolesterol menjadi bahan dasar membentuk hormon estrogen. "Sehingga bila hormon estrogen banyak, maka rangsangan terhadap payudara juga tinggi," jelasnya.
Agar bisa lebih dini dicegah, segera diwaspadai adanya benjolan pada payudara sampai terbukti secara hisapatologis sel kanker tersebut tidak ganas. "Puting susu yang gatal, dan tidak juga sembuh juga harus dicurigai sebagai gejala awal kanker payudara. Apalagi jika keluar cairan pada puting payudara, terutama dengan warna seperti cucian daging."
Mengenai benar tidaknya kanker payudara lebih rentan terjadi pada wanita yang tidak menyusui atau tidak hamil, Dr Subianto mengungkapkan, pada wanita yang menyusui dan hamil tidak mengalami haid. Pada fase menyusui dan hamil inilah payudara dan sel-sel di dalamnya diberi kesempatan beristiraha. "Secara statistik, memang ada kemungkinan pada wanita yang tidak menyusui terkena kanker payudara lebih tinggi, karena terus menerus ada rangasangan pada payudara," ungkap Dr Subianto.
Ia menegaskan juga, sebaiknya pengguna KB yang pernah terkena tumor jinak pada payudara disarankan tidak menggunakan KB hormonal (pil, susuk, dan suntik). Penggunaan KB hormonal yang bisa memicu naiknya hormon estrogen juga perlu mempertimbangkan faktor usia. "Usia lanjut sebaiknya tidak menggunakan KB hormonal," imbuhnya.
Dr Subianto menggarisbawahi, "Pada hakekatnya semua orang bisa terkena kanker, dengan prosentase satu persen penderita kanker payudara pada laki-laki. Jadi, Tuhan sebenarnya sudah menyusun sistem agar sel tubuh mampu membelah diri (memperbaiki diri). Jadi, kenapa kanker timbul? hal itu karena sel tubuh tidak melakukan tugasnya untuk memperbaiki diri."
Diungkapkannya, sebesar 70-80 persen, pasien datang kepada dokter pada usia stadium lanjut. Ini amat disesalkan. Untuk itu, mendeteksi lebih dini gejala kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan pada payudara sendiri sangat diperlukan.
"Perlu sarari (pemeriksaan payudara sendiri) sejak dini, dan pada yang sudah usia menopouse harus rajin memeriksakan diri ke dokter. Apabila ada benjolan pada payudara harus segera diwaspadai."
Lantas, apa saja terapi yang diperlukan bagi penderita kanker.
"Kita perlu melihat dulu stadiumnya melalui metode TNM. Tumor size (ukuran), Node (kelenjar getah bening regional), Metastasis (anak sebar). Di samping itu, tergantung pemeriksaan tambahan yang lebih tepat lagi (terapi). Karena prinsipnya memberi terapi pada pasien kanker payudara adalah seperti tailoring, artinya tidak semua kasus kanker payudara memerlukan terapi yang sama," jelas Dr Subianto.
Kanker payudara bisa "sembuh". "Tahun pertama setelah dimanipulasi dengan terapi yang baik kemungkinan recurrant ada, namun di tahun kedua, ketiga, keempat. kondisi pasien jauh menurun. Dan di tahun kelima lebih, ada kemungkinan recurrant itu tumbuh lagi. Namun tak perlu dikhawatrikan, semakin lama, teknik pemeriksaan kanker semakin bagus, meski dengan kemajuan pelan namun pasti."
Aman tidakkah mengobati kanker dengan tanaman herbal, dok? Dokter Subianto menjelaskan, herbal hanya pelengkap dan alternatif saja dari pengobatan.
"Biasanya yang merugikan di Indonesia, banyak orang lebih memilih pengobatan alternatif dulu. Padahal tidak semua kandungan pada tanaman herbal, memiliki efek menyembuhkan bagi tubuh. Misal kulit manggis. Unsur kandungannya banyak sekali, ada yang bermanfaat ada yang merugikan. Namun, unsur yang bermanfaat mungkin lebih sedikit dari unsur yang merugikan. Hal ini yang menyebabkan, satu penyakit sembuh, muncul penyakit baru," demikian dijelaskan Dr Subianto.
Dengan pemeriksaan EHC, dijelaskan Dr Subianto, tidak perlu menggunakan kemoterapi, hanya hormonal terapi. Meski tetap ada persyaratan tertentu. "Namun apabila sudah stadium lanjut, maka kita harus melakukan tindak operasi pengangkatan payudara, radiasi, kemoterapi yang semuanya mengeluarkan biaya tak sedikit."
Sementara, jika kanker payudara sudah diketahui sejak stadium awal, tindakan dokter tidak mengangkat seluruh payudara.
"Kita ambil benjolan dengan jaringan sehat sekitarnya dan dilakukan pembersihan saja. Payudara masih utuh meskipun sebagian diambil namun bentuk dan putingnya masih ada. Itu harus memenuhi persyaratan tertentu," jelasnya.
Untuk itu, sebaiknya pencegahan sejak dini terhadap penyakit ini sangat diperlukan. "Makin awal gejala diketahui makin bagus, hasil pencegahannya lebih baik. survival lifenya juga jauh lebih baik," tandasnya.
* Akan ada masanya segala usaha kita menjadi berguna. Tak sia-sia. Satu lagi, artikel kesehatan yang pernah saya susun, dengan narsum om sendiri. Di mana jauh lebih tegang dibanding mewawancarai narsum lain. 😊
No comments:
Post a Comment