melacur. persoalannya, apa yang hendak kamu pertaruhkan? harga diri, kualitas diri atau keimanan yang kau gadaikan di medan judi. bukan hanya perkara tubuh telanjang nan merangsang, tapi juga saat logika, pemikiran, perasaan, dan mungkin jabatan turut tersentuh dipertaruhkan.
tubuh sintal itu, yang terpaksa harus digilir atas nama kesejahteraan keluarga di kampung halaman. tak ada yang akan tahu pundi-pundi terkumpul dari kucuran tangan-tangan jalang yang mengusap tubuh telanjangmu. asal susu dan beras di rumah tak pernah kurang. tercukupi.
"terus kalau aku melarat dan anakku sekarat, kamu mau tanggung jawab?" Minah balik bertanya pada Tohar, seniman jalanan yang bersedia mengawininya asal Minah mau melepas pekerjaannya sebagai freelance pelacur di komplek Sunan Kuning.
sementara jabatan luar biasa itu yang kau raih dari perjuangan setengah mati, merangkak pelan ke atas, harus kalah digadaikan demi angka miliaran rupiah yang menggendut di rekening bank antah berantah.
"sudah habis bapakku jual sawah sampai jatuh miskin karena membiayai sekolahku. sudah waktunya aku balas budi pengorbanan bapak," batin Joko sambil cekat mengetik angka-angka me-mark up harga material dari proyek pembangunan jembatan di kota kelahirannya, Semarang.
ya, siapapun berpotensi menjadi baik, berguna atau jahat dan merusak. bukan sesuatu yang asing, itu karena dunia menyuguhkan berbagai intrik. kejahatan yang mendapat permakluman, sementara kebenaran dibungkam rapat-rapat hingga ke liang lahat.
jamak orang bilang, hidup itu pilihan. hari ini memilih jadi ustad, besok jadi guru, lusa jadi perampok atau kapan hari menjadi abdi negara yang mengkhianati sumpah jabatan. melacurkan jabatan, menjadi pegawai atau karyawan yang sibuk menghitung sisa anggaran yang kapan saja bisa diambilnya tanpa seorangpun tahu.
sayangnya, hanya semesta yang masih memiliki integritas tinggi saat bekerja. tak ada yang bisa menyuap ayam jantan agar lupa bertugas berseru membangunkan warga bumi jelang fajar. matahari bahkan tak akan mau bertukar tempat dengan bulan hanya karena ingin merasakan dinginnya malam. ia masih konsisten dengan tugasnya, terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat.
laut adalah surga kehidupan. ia tidak pernah membuat ikan-ikan mati kecuali minyak bergalon-galon ditumpahkan manusia di atas hamparan air maha luas itu. langit juga tak pernah lupa menampilkan bintang, awan, bulan dan matahari sebagai pemeran utama di kisah "langitku, rumahku". UFO, alien hanya cameo, cuma kebagian numpang lewat. pun, selalu ada pelangi selepas hujan pergi. dan tumbuhan manapun tak akan lupa tumbuh, meski anomali cuaca menjadikan harga mereka selangit. mereka tak peduli. tumbuh saja.
itu karena semesta percaya mereka hanya bekerja atas titah sang Maha Hidup, Tuhan. semesta tak akan pernah melawan kodratnya.
sementara, bagi sebagian manusia yang kadung kecemplung di ranah gelap kejahatan lebih memilih berasumsi, Tuhan suka mengajak mereka bercanda. kemarin dipuji, esok dibui lalu dicaci. dulu dihina karena tak punya, sekarang terhina karena berada. kalau kata mbah buyut, "iku mergo wolak-walike jaman, nok"
Tuhan mungkin memang ada di balik perubahan jaman. skenario sang maha Hidup, yang bisa kapan saja menentukan hitam, putih atau abu-abu. tapi adakah kamu percaya, melacur bukan pekerjaan final, jika kamu percaya Tuhan, kawan. belajarlah pada semesta.
bukit KR, 24 Agustus 2013, 00.49 AM
#repost
No comments:
Post a Comment