Monday, December 12, 2011

Doubt, Sebuah Ragu yang Menyerang

Sebuah repost

Ingin dan harap pada sebuah keraguan yang bergulir di depan mata adalah terkuaknya sebuah kebenaran. Sedang benar atau salah, dosa atau tidak hanya Tuhan yang mengetahuinya. Lalu bagaimana manusia menyikapi sikap ragu *skeptis* ini, sedang dengan sebentuk analisa dan penelitian yang mengandalkan rasio pun bisa juga memunculkan salah.

Dikisahkan, Pastor Brendan Flynn dengan keberaniannya ingin mendobrak tradisi yang mengekang kuat di dalam gereja St.Nicholas. Keputusannya menerima Donald, seorang anak lelaki kulit hitam menjadi murid di sana dan mengangkatnya sebagai putra altar tentu saja menimbulkan ketidaksenangan di diri Suster Aloysius, sang suster kepala gereja.

Rasa tak senang pada seseorang memang selalu bisa memunculkan sikap curiga dan penolakan. Suster Aloysius sangat yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi antara pastor Flynn dan Donald. Apalagi kecurigaan ini makin diperkuat dengan khotbah bertema keraguan yang pernah disampaikan Pastor Flynn. Bahwa sebuah sikap ragu punya kekuatan menyatukan sama kuatnya dengan sebuah sikap yakin.

Penolakan makin gencar dilakukan suster Aloysius dengan memberi perintah kepada suster James, wali murid Donald, untuk mengawasi gerak-gerik sang pastor. Makin kuatlah analisa suster Aloysius selama ini, mendapati cerita suster James yang memergoki sang pastor meletakkan kemeja putih secara diam-diam ke dalam loker Donald. Masih ditambah pula penuturan suster James di lain hari, yang mencium bau alkohol menyengat dari mulut Donald setelah menghadap pastor Flynn.

Keduanya lalu mencipta prasangka atas kejadian yang dilihat sekejap mata. Prasangka buruk lebih dominan muncul, itu jelas. Tersimpulkan keduanya, bahwa pastor Flynn telah melakukan tindakan yang tak senonoh pada Donald. Ragam cara dilakukan suster Aloysius demi menguak ketidakberesan hubungan antara Pastor Flynn dan Donald. Debat kuat digulirkan, dan saling mempertahankan ideologinya masing-masing. Sedang suster James berada dalam kebimbangan.

Tepat disini suster James dihadirkan sebagai perwakilan sisi diri penonton yang juga ragu dan bingung, termasuk saya, siapakah yang seharusnya dibela. Suster Aloysius atau Pastor Flynn?

Demi sebuah pembenaran, Aloysius telah menebar fitnah dan berhasil menyingkirkan sikap ragunya. Teringat betul di ingatan saya, penggalan kalimat yang terucap dari bibir suster Aloysius,

"Selangkah keluar dari jalan Tuhan, untuk sebuah kebenaran". Wow!

Cukup hanya berbekal dugaan saja dari cerita sejarah masa lalu sang pastor, suster Aloysius akhirnya berhasil mendepak Pastor Flynn keluar dari gereja. Betapa hebatnya suster Aloysius. Tak ragu menilai dan memutuskan atas apa yang dia lihat, dan rasakan, karena itulah kekuatannya untuk mencari kebenaran.

Lalu, pada kita, bisakah kita melakukannya? menyingkirkan sikap ragu demi mendapatkan sebuah kata benar?

Sedang Descartes pun menemukan banyak kesalahan yang telah pernah diperbuatnya selama melakukan penelitian. Sempatlah dia kehilangan kepercayaan dan keyakinan, ada keraguan yang terselip dalam pikirnya hingga lalu tak tersisa sedikitpun lagi keyakinan di dalam dirinya.

dan dalam ragu serta bimbangnya, dia tersentak dan berkata,
"Sekalipun saya ragu terhadap semua yang telah saya dapat selama ini, sekalipun saya ragu terhadap segala sesuatu yang ada di depan mata saya, namun satu hal yang TIDAK SAYA RAGUKAN adalah, bahwa saya TIDAK RAGU kalau saya sedang ragu"
Ya, seperti Descartes, Aloysius pun tak ragu ketika keraguan tengah menyerangnya. Keraguan Aloysius terlambat hadir justru setelah pilihan dijatuhkan, apakah itu benar atau salah, entahlah!. Itulah buah resiko dari pengadilan buta Aloysius atas kontroversi moral di masa itu.


***

Two thumbs up! dan menjura untuk John Patrick Shanley yang berhasil membawa pulang Pulitzer Award dan Tony Award dalam genggaman tangannya. Berhasil dirinya sebagai penulis menggulirkan kisah yang tertuang dalam novelnya berjudul "Doubt: A Parable" dan lalu sebagai sutradara, ia menuangkan kisah novelnya itu ke dalam media film berjudul hampir sama, "Doubt".

Hebatlah kerja semua tim yang bersatu di 'Doubt', tak hanya sutradara, bahkan empat pemain utama film ini pun berhasil mendapatkan nominasi Oscar. Meryl Streep dan Philip Seymour Hoffman sangat kuat dan berhasil masuk ke dalam karakter mereka masing-masing. Sedang Amy Adams tampil gemilang menghidupkan sosok Suster James yang muda, polos, mudah bimbang dan lalu cepat percaya pada orang lain. Lain lagi dengan Viola Davis, meski hanya diberi satu adegan dialog saja, namun ia mampu menyeimbangkan kemampuan aktingnya di hadapan Meryl Streep.

Jujur, saya tak begitu suka cerita film dengan ending yang sudah bisa tertebak, happy atau sad? itu sudah biasa. Memunculkan pertanyaan yang menggantung di akhir cerita, justru membuat diri belajar menarik kesimpulan dari sebuah cerita yang disuguhkan. Kesimpulan apapun itu, sah-sah saja.

Senanglah saya diombang-ambingkan dalam keraguan (doubt), dan mencari tahu sendiri apakah Pastur Flynn yang wibawa dan bermulut manis itu tidak salah atau suster Aloysius yang memang sangat diktator itulah yang sejatinya benar. Suguhan beragam pertanyaan inilah yang membuat sebuah film, semacam Doubt, terasa begitu menarik untuk dibahas. Tak hanya asik saat ditonton tapi juga seru saat digulirkan ke dalam sebuah forum diskusi.


Salam


2 comments:

  1. halo apa kabar? kabarku baik2 saja #alibi

    ReplyDelete
  2. andaikan bisa saling bertegur sapa dan berbicara

    ReplyDelete