Friday, November 06, 2009

Pria dan Air Mata

Sebuah repost

Sosoknya yang tegar, kuat dan begitu tangguh di hadapan saya menangis. Tak pernah saya melihatnya begitu rapuh. Ada sakit terdalam yang tak bisa ia obati hanya dengan diam atau tegar. Teramat menyesakkan, hingga bulir air matanya jatuh juga. Sepuasnya dia mencoba mengobati luka batinnya, wajah tegarnya yang lelah menahan beban menyandar ke dada saya, mata tajamnya yang selalu saya lihat penuh dengan semangat, meredup..dibasahi mata air yang membuncah keluar tak terkendali. Saya menguatkannya..'menangislah sayang, agar kamu lega'.


Pria saya bukan sedang mengiba cinta atau haus dibelai, dia sedang penat. Butuh pegangan baginya menyandarkan diri, dan sayalah tempat paling tepat untuknya bersandar. Dia bisa juga lemah, tak tangguh, dan label 'super' pada dirinya bisa juga luntur. Melihatnya menangis, membuat saya memahaminya. Bahwa dia sedang meminta..'tolonglah, pahami saya'. Bahwa tak selamanya saya bisa egois saat kami mulai mendebatkan suatu masalah, bahwa dia butuh kepercayaan kuat dari saya dan bukan malah menyudutkannya.


Pria saya sama seperti juga pria-pria lainnya di berbagai belahan dunia manapun. Makhluk bernama pria yang diciptakan memiliki sembilan logika dan satu perasaan. Itulah kenapa laki-laki selalu mengandalkan logikanya dalam menyelesaikan masalah.

Seperti rumah joglo, begitulah pria diibaratkan. Punya satu tiang soko guru dan ribuan batu bata, tapi jika satu tiang soko guru itu tercerabut, maka seluruh bangunan itu akan runtuh.
Dan saat wanita menangis?..itu sih wajar. Karena wanita selalu mengandalkan rasa. Sebuah bentuk pelampiasan emosi a la wanita. Wanita menangis belum tentu dinilai cengeng, sedang pria menangis, meski hanya menitikkan setetes air mata tetap saja dinilai 'cengeng'..terdengar tak adil, tapi begitulah realitanya. Wanita 'halal' menangis, dan pria 'haram' menangis.

Saya lalu mencoba mencari jawab atas tangis pria saya..

Saya pikir tangisan pria saya adalah buah dari emansipasi yang didengung-dengungkan sejak jaman Kartini hingga sekarang. Bahwa meski tak kasat mata, bukan hanya wanita yang ingin sejajar dengan pria. Pun, pria saya dan kebanyakan pria ingin setara dengan wanita, rela menanggalkan separuh citra dirinya yang kekar dan maskulin menjadi sedikit feminin. Lagi-lagi karena emansipasi, kini, mereka, para pria-pria itu berubah menjadi pribadi yang halus tapi tegar, pasif namun agresif, dan akrab tapi tetap menjaga jarak. Pria-pria yang berubah jadi lembut dan ekspresif.


Hebatnya, saat memaknai tangisan pria saya ini, saya malah mendapati pengakuan dari seseorang tentang pria-pria yang juga memiliki siklus layaknya wanita.
Bahwa siklus pria dimulai dari tanggal 17 sampai 23 per bulan, dimana saat-saat itu pria tengah dalam puncak kelelahan dan keletihan atau dalam istilah psikologinya, 'burn out'
Jadi, jangan pernah ganggu priamu di rentang waktu itu, nanti dia akan menangis sejadi-jadinya..;) Lalu, masih tetap mencari jawab kenapa pria-pria itu menangis..saya mencoba menyibak akal pikiran terdalamnya. Bahwa akal ternyata menjadi penentu pria-pria ini menangis. Kenapa?..karena saat air matanya berderai-derai, itu tanda, bahwa dia sesungguhnya telah lelah berpikir. Akalnya sedang tak mampu diajak kompromi, dan lalu terjadilah, logikanya kalah telak oleh rasa.

Tangisannya adalah kelegaannya bahwa saya masih ada untuknya. Bahwa, seburuk apapun hidup dan kehidupan kami, saya akan tetap berada di sampingnya, mencoba tegar untuknya. Bahwa saya tak boleh lemah, karena tolol saja jika saat pria saya butuh dikuatkan malah saya melemah. Bahwa saat pria saya sedih, hanya sayalah tempat penghiburannya. Bahwa saat dia menangis, label 'egois' dalam diri saya mendadak ikutan luruh.

dan menangislah, bila harus menangis..
satu lagi,
keluarkanlah air matamu hanya pada saat yang tepat!..
That's my advice for you, man ;)

2 comments:

  1. :jempol:

    _wayang_

    ReplyDelete
  2. terimakasih juga ya pernah berbagi kisah haru ibu tua dan semangkok sotonya. dan baru kali ini aku melihat sosok tegarnya menangis setelah menceritakan kisah itu

    ReplyDelete