Friday, November 06, 2009

to Give and Receive..

Sebuah repost dari situs sebelah

Libur telah berlalu, energi yang dilesatkan demi merayakan kemenangan sekarang tinggal tersisa beberapa serpih saja, tapi pasti semangatnya masih tetap ada. Rindu pada yang jauh di mata dekat di hati telah saya tuntaskan. Bersenang-senang sebentar, relaksasi, dan menikmati kumpul bocah, juga mengais kenangan setelah lama tak sua, membuat rindu saya terobati sudah.

Dan lalu saya disini, kembali mengakrabi lagi atmosfer ruangan dan pojokan itu, ternyata rindu pada pojokan itu makin menggebu. Ah, saya lebay!.Biar!. Memang begitulah adanya perasaan saya sekarang. Maklum, jatah libur dua hari di hari raya bukan sekali dua kali saya mengalaminya, sudah kebal saja kalau pada akhirnya banyak yang mencibir, 'kerja di hari libur, atas nama loyalitas atau koyalitas semata?'

Terserah saja siapapun yang akan menilai. Tak munafik, loyalitas saya terhadap profesi ini dihargai dengan sebentuk reward yang menggiurkan. Memang sudah seperti itu play rule-nya. Peluh keluh saya haruslah berbuah, meski sekecil apapun itu.

Ngantor di tengah atmosfer libur yang masih menggila, meninggalkan yang terkasih dan tersayang atas nama profesionalitas. Saya ikhlas. Dan perusahaan yang merasa punya karyawan teladan macam saya ini, haruslah tahu diri bagaimana menghargai karyawannya. Saya sudah menuntaskan kewajiban, maka saya berhak atas hak-hak itu, reward yang setimpal dengan ‘harga' yang telah saya bayarkan.

"Hari gini mana ada yang gretongan?!," *meminjam istilah gaul*. Kentut pun *mungkin* bisa jadi kena denda, karena sudah mencemari udara, melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Ah, itu hanya andai-andai saya saja loh ya. Tiliklah, sekelas penjaja seks yang menjual nikmat lewat raganya pun tak akan mau dibayar cuma-cuma hanya dengan ucapan 'terimakasih, semalam itu kamu benar-benar hebat'. Cih!. Sekedar SSI alias speak-speak iblis, short time, atu one night stand, tentu saja sudah jelas 'harga' yang mesti dibayar si penikmat tubuh mereka.

Bahkan Tuhan yang maha sempurna pun memberlakukan hal yang sama pada umat-Nya. Dia mengajarkan umat-Nya untuk belajar menghadapi ujian hidup melalui proses ikhtiar, berdoa dan lalu ikhlas dan berserah diri pada-Nya atas apa yang Dia kehendaki atas kita. Jika lulus ujian, maka Tuhan akan memberikan reward, menjawab doa-doa yang dipanjatkan untuk-Nya dengan meluluskan permintaan kita.

Inilah hukum alam, hukum Tuhan atau Sunnatullah yang sudah berlaku dari dulu, sekarang dan di masa yang akan datang. Adanya hubungan timbal balik antara diri kita dengan orang lain, juga dengan Tuhan kita yang dikenal dengan konsep 'to give and receive'. Ada keikhlasan yang terpancar di sana meski ada pula terselip ke-semu-an belaka.

Teringat lalu saya pada sebuah quote, tentang sebuah senyuman..mengena juga pada konsep to give and receive ini

"Pada perjalanan karirmu, kamu akan bertemu banyak orang. Semuanya penting!. Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan sepotong senyuman, atau sekilas "hallo"!

Bahwa saat sunggingan senyum yang ikhlas pada tatap muka dengan orang yang mungkin tidak saya kenal sekalipun, pasti akan berbalas sebuah senyuman yang menyejukkan hati. Itulah reward atas keikhlasan yang terpancar dari senyum saya. Bisa jadi dari senyum itu pula saya telah mempererat persaudaraan dengan sesama.

Back to concept!. Tak saya namai konsep hubungan timbal balik itu dengan konsep 'Take and Give', karena bagi saya konsep itu salah kaprah dan terdengar pilon. Secara konsep 'take and give' lebih diartikan mengambil dulu kemudian memberi. Seperti halnya konsep ini mengakar kuat di ranah politik, melekat dekat dengan birokrasi kita.

Tengoklah dan mungkin kalian merasakannya, birokrasi yang berbelit saat mengurus dokumen di sebuah departemen atau instansi pemerintah. Saya pastikan tak akan semudah yang dibayangkan, karena pengurusannya tak akan selesai dalam tempo satu bulan padahal persyaratan sudah lengkap, pejabat yang berwenang sudah membubuhkan tanda-tangannya.

Lalu kenapa begitu lama?. Jelas, karena oknum-oknum keparat itu sengaja mengulur waktu, dan baru akan 'give' dokumen yang kalian butuhkan jika mereka sudah 'take' sesuatu dari kalian. Dengan begitu mereka bakal rela-rela saja dan senang hati disogok berapapun. Suap-menyuap pun dihalalkan. Sigh! Mental 'take and give' yang mengakar kuat hingga kini. Tuhan saja bisa dipermainkan apalagi kita-kita ini. Siyal!

Dan inilah hasil dari keikhlasan saya yang terpancar lewat tulisan ini, bahwa saya tak merasa berat hati melepas yang di rumah, karena saya harus berbagi tubuh, tak hanya disana, disini pun kontribusi saya ditunggu. Saya nikmati saja dengan lebih banyak memberi dan melayani orang lain. Karena saya percaya konsep 'to give and receive' berlaku tak pandang bulu, tak kenal waktu apakah kemarin, hari ini atau esok pagi.

No comments:

Post a Comment