Friday, November 06, 2009

Pizza dan Pramunikmat, Sampah yang 'Berkelas'


Sebuah repost

Pizza. Siapa sih yang tak suka? Saya Pizza Lover!. Meski dibilang tak menyehatkan bagi raga, tapi penikmatnya *termasuk saya* justru makin banyak. Pizza terbilang cemilan murmer *baca = murah meriah*, tapi karena dikemas mewah, junk food macam ini di Indonesia malah dipandang mewah dan mahal.

Pernah disuatu waktu saya kencan berdua dengan suami selepas pulang bekerja. Penat dan lelah tentu saja membuat kami lapar. Kami buas dan sedang ingin sekali menyantap hangatnya Pizza tersaji diatas piring kami. Pizza dengan toping daging asap, paprika, keju parut dan saus sambal, merah nan menggairahkan, dilengkapi pinggiran pizza terisi lelehan keju gurih yang menggoda. Saya nikmati honey lemon tea dan suami menikmati pesanannya, segelas besar coca cola. Penawar dahaga kami di sore itu.

Tiba waktu menyantap nikmat dan hangatnya Pizza, saya malah bingung dihadapkan pada berderet-deret sendok dan garpu yang tersaji di atas meja kami.

"Ah..sekelas pizza ternyata bisa juga bikin penikmatnya jadi ribet ya?"

Lalu terbersit pertanyaan di benak saya,

"Apa karena resto Pizza ini begitu mewah dan istimewa jadi penyajian Pizza haruslah mengikuti standar table manner?"

Tak peduli table manner, kami lapar dan butuh dipuaskan dengan sepotong pizza dihadapan kami saat itu. Dobrak saja kungkungan itu. Meski kami penikmatnya sejati, tak perlulah Pizza diperlakukan istimewa. Makan saja sepotong lalu sepotong lagi, sampai perut benar-benar menolaknya. Tak perlu piring, apalagi garpu dan pisau. Tak perlu juga jijik, saus yang menempel di sela jari-jemari itu jilati saja *asal sudah mencuci tangan loh ya*. Menjilat makanan seperti ini justru di-sunnah-kan di agama saya.

Sambil menikmati sepotong demi sepotong Pizza yang siap tandas di dalam perut, saya berimaji, mengibaratkan Pizza yang saya nikmati ini layaknya seorang pramunikmat. Meski dianggap 'sampah masyarakat' keberadaannnya mampu menembus kalangan 'high class'. Tak menyehatkan jiwa sih, tapi bisa bikin bugar raga. Ia dikemas mewah dan 'mahal'. Jika ingin mencicipinya, perlulah merogoh kocek lebih dalam.

Saat akan menikmati raganya, ada semacam standar dan perlu pakai ribet yang harus dijalani. Penikmat mesti pakai kondom, dan penikmat tak boleh ejakulasi di mulutnya.

Kata si pramunikmat "it's disgusting!".

"Apa karena kamu merasa mahal dan istimewa, lalu kamu minta saya perlakukan sama?, Saya sudah bayar kamu mahal, saya berhak atas kamu, saya lapar dan butuh dipuaskan".

Tak peduli standar-standar itu, si penikmat tubuhnya lakukan apa saja sesuka yang dia mau pada si pramunikmat. Menyantap tubuh indahnya. Menikmati setiap jengkal demi jengkal tubuhnya seperti sedang menikmati sepotong pizza. Penawar lapar dan dahaga yang menggoda.

Dan di tengah resto yang mewah itu, di suatu senja beberapa waktu lalu, saya nikmati saja sepenuhnya dua 'sampah' yang sangat 'berkelas' itu, sepotong Pizza dan imaji saya tentang si pramunikmat ;)

No comments:

Post a Comment