Friday, October 19, 2012

hadiah termanis

"yuk...", sebuah pesan singkat 3 huruf tertera di layar ponsel mini. simpel. hal yang disukai mini dari leo. dan 3 huruf itu mampu membuat mini diserang penasaran berkelanjutan, "apa sih maunya?".

ya, ya, leo selalu tahu cuaca langit mini. tapi mini selalu berkelit. baginya, laporan prakiraan cuaca, cuma sekedar ramalan, soal benar atau tidak, lebih baik tanya pada langit dan awan bersangkutan.

"aku cerah, sama sekali tidak berawan. kamu?" sering batin mini meringis karena berbohong. sementara jawaban leo selalu sama, "bersih dan tenang,". mini dan leo pilih kompak menampilkan cerah yang tak sejati. karena langit mendung tak pantas jadi pajangan.

mini bertanya kemana, dan leo tak mempersiapkan apapun untuk pertemuan sembunyi-sembunyi mereka kali ini. leo tak suka terlalu banyak pertanyaan datang dari lingkungan sosialnya tentang, "kenapa harus mini, sih?" sikap dan pembawaan leo disetel sewajar mungkin, "ini kisahku, bukan santapan publik. soal sakit dan senangnya, biar aku yang tanggung."

kemana leo membawanya pergi. mini hanya diam. "jika penculikan ini adalah tiketku untuk lepas bebas menuju duniamu, aku bersedia masuk."

mini dan leo bukan teman yang saling akrab dan dekat. tapi ada sesuatu yang memampukan mereka untuk saling mendengar apa yang tak terbaca telinga, dan mengandalkan mata hati untuk membaca yang tak terbaca di permukaan. segala perasaan yang disembunyikan di sudut labirin hati.

perjalanan itu lalu terhenti di sebuah kedai. leo paham, dunia mini terlalu sederhana, bahkan untuk dimengerti.

mini dan sepi. bukan kafe, dan hingar bingar music bar. "sudah cukup membawamu ke duniaku, dan sekarang biarkan aku melihat duniamu," batin leo.

leo hanya ingin mini tahu, ia tak pernah sekerdil yang dibayangkan mini. tentang label, harga dan kelas sosial yang dipilihnya. "jangan pernah melihatku dari apa yang aku pakai, mini. aku hanya berlaku sepantasnya. pikiranku pun sesederhana kamu. kesenjangan itu memuakkan."

"semua yang melekat akan pergi, jika dimaui, tapi tidak jiwa dan hati." leo menatap mata mini, lekat. berharap mini sadar. ada yang salah terbaca mini tentangnya selama ini.

kini, mini mengerti...

dan, entah harus mulai dari mana leo menjelaskan maksud dari penculikan ini. ada sebuah bingkisan tersembunyi di balik kotak warna hijau pupus yang sudah dibawanya sedari tadi. "ini...hadiah untuk kamu," leo berupaya tetap sadar, agar masih bisa dirasakan kakinya menjejak tanah. memasuki dunia mini.

mini terkejut melihat kotak di depan wajahnya. "kamu sedang melakukan upaya perdamaian, leo?" mini sekenanya menebak-nebak maksud leo.

"aku tak pernah merasa ini akan jadi spesial, dan berharap sesuatu ini akan mencairkan kita, mini," leo tak suka niat baiknya disalahartikan mini sebagai permintaan maaf. tak ada yang perlu dimaafkan. dulu ataupun sekarang. tak mengubah apapun. hatinya tetap memilih mini.

"maaf, leo..." sesal merutuki hati mini. leo terlihat seperti kucing yang minta dipeluk dan dibelai sayang, karena ekornya terinjak kaki mini. 

"leo, aku tahu kamu punya banyak pilihan, tapi, kenapa kotak musik dan earphone?" pertanyaan mini sekali lagi selalu sanggup membuat tenggorokannya tercekat. lidahnya kelu, seperti mati kaku. tak ada jawaban yang dipersiapkan. harapan leo, mini senang, tanpa banyak bertanya kenapa. sekilas diliriknya mini tengah tersenyum menunggu jawaban leo. senyum yang menghantarkan percik-percik listrik di jaringan otak. senyum yang menyakinkan leo, bahwa dunia ini cukup indah tanpa perlu lagi ada surga.

"aku tahu, buku dan musik adalah teman sepimu, selain menulis. semoga kamu suka," sederhana sekali. leo tahu apa yang terbaik untuk mini.

dalam batinnya, leo bicara, "aku mungkin bukan pendengar yang baik untuk segala penat yang menghimpit ruang kepalamu, hingga kamu perlu menulisnya berlembar-lembar di tempat lain, hanya untuk mengatakan kamu tidak setuju dengan pendapatku. kotak musik dan earphone ini mungkin bisa menjadi teman menulismu. mewakili hadirku. meski kita berseberangan, " ditatapnya wajah itu, mencari-cari arti dari senyum yang sekali lagi dipertunjukkan mini. senyuman yang membuat leo berkecukupan.

...

"dan, sudahkan kamu berhenti menemukan yang kamu cari, leo? de ja vu. pertanyaan mini bernada sama milik dara. pertanyaan yang tak pernah menemukan jawabnya. dara yang setia menunggu leo akhirnya memilih pergi membawa lebam memar di hatinya.

leo diam. membekap badai yang memporakporandakan ruang hatinya. nama itu melebur bersama waktu, namun tidak sosok itu. dara bagai hantu. datang dari masa lalu.

hingga akhirnya hanya "hai?". satu kata saja yang memampukan leo untuk bicara. jeda tahunan lebur sudah. dara kembali datang bersama waktu, meminta leo menjawab pertanyaan-pertanyaannya yang belum sempat dijawab.

lalu, dimanakah hati mini akan tinggal, jika dara datang bertamu ke bilik hati leo?

...

No comments:

Post a Comment