Monday, October 15, 2012

memburu cemburu

tak sulit bagi mini yang aneh, dan tak populer menjadi pusat bagi dunia yang mengitari leo. mini bisa begitu mudah disukai, diminati dan dibicarakan diam-diam oleh mereka yang menyebut dirinya "pujaan".

ajak mini bicara seni, sculpture dan filsafat modern yang sanggup membuatnya tersadar sampai pagi, dan pulang kenyang. entah belajar dari mana, mini tahu bagaimana mengemas sebuah tamparan dan sindiran halus, terlihat begitu manis meski sadis, sarkastis

"tertundanya skripsimu salah satunya juga menyelamatkan bumi dari pemanasan global, roy. tolok ukurnya jelas bukan niat yang selalu tertunda, tapi berapa banyak kertas dari bahan kayu yang terbuang percuma karena setelah tanda titik kamu lupa mau mengetik apa lagi," roy yang disindir malah terkekeh.

"aku rela jadi kacung intelektualmu, selama debat kita soal global warming itu berakhir di ranjangku," meledaklah mini dalam tawa yang berderai-derai. dan roy takjub sendiri dengan pemandangan tawa yang terlepas itu.

seperti ada dua jiwa yang terjebak dalam raganya. kalem berpadu liar. dan tinggal menekan tombol "option", mini mampu menjangkau dunia siapapun. 

mini terlalu asik bertemu banyak rupa, menjajal kemampuan mereka yang hanya sanggup bertahan dengan daya pejal, memampukan sebisa mungkin berkhayal tentang mini. dan mini memilih jadi abdi, melayani mereka dengan senang hati.

dan ibarat segelas susu, empat sehat jadi sempurna, adalah sebuah alasan jelas kenapa selera makan mini semakin menggila akhir-akhir ini. segelas susu itulah mewujud serupa mario. pemahat. kawan akrab leo. pria bali berdarah itali.

inilah kenapa mini menyukai geometri. memandang mario seperti melihat susunan wajah dengan tata letak geometrik yang apik. wajah kotak ditopang rahang  tegas. mata menyalak tajam, dinaungi alis mata hitam legam melengkung. bibirnya penuh. minta dilumat.

leo sudah tahu ini akan terjadi. sejak perkenalan mereka beberapa minggu lalu, keduanya mulai intens saling mencuri perhatian.

"kamu tahu, mario bukan orang yang suka bicara tentang hidupnya, tapi dia mau membagi borok dan kurap hidupnya ke kamu. itu aneh," leo coba mengoreksi sikap mini, tanpa ingin terlihat bahwa sebenarnya ia tengah diserang cemburu.

mini menutup buku, mencodongkan tubuhnya mendekat ke wajah leo. tersenyum. "hm, manis," leo menelan ludah. leo mengingatkan mini pada sosok Neferiti. mata berwarna abu-abu kecoklatan. leher jenjang. sementara gerai rambut coklat itu jatuh sedikit menutup wajah manisnya.

mini menyibak rambutnya. yang terlihat hanya putih dan bersih. tulang pipi mini tergolong bagus untuk tipikal wajah perempuan asia. matanya mengerjap-ngerjap, bersemangat.

jika digambarkan dalam adegan slow motion, leo bakal minta adegan itu diputar ulang.

"aku menyukai belajar pada siapapun, leo. tak terkecuali pada mario, " itulah kenapa mini tak pernah merasa dirinya miskin, dikucilkan. mini siap melebarkan cuping telinganya, melebarkan matanya, membuka pikirannya. agar ia bisa menyerap semuanya dengan baik. "seharusnya kamu tahu, aku suka menyenangkan mereka."

ditatapnya wajah leo, tatapan mini seperti menyapu lembut pipi leo. lalu menyuarakan bisikan mantranya yang samar terbaca telinga, menelusup tanpa permisi ke bilik hati, "teruslah hidup dengan cemburu itu, agar aku tahu kamu menginginkanku, meski itu siksa bagimu, leo."

No comments:

Post a Comment